Bukti audit apa yang diperlukan jika auditor akan menguji keakuratan saldo piutang usaha

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 13 are not shown in this preview.

Bagikan

"Fakta yang diperoleh sebagai hasil pemeriksaan fisik, hitung ulang, penegasan pihak ketiga, pencocokan, pernyataan pejabat, dan lain-lain; fakta itu menjadi dasar yang layak untuk memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan (auditing evidence)."

Bukti Audit atau audit evidence adalah segala informasi yang digunakan auditor untuk membuktikan apakah informasi yang diaudit sudah sesuai dengan kriteria tertentu. Memperoleh sejumlah bukti audit yang berkualitas sangatlah penting untuk mencapai tujuan audit. 

Auditor memerlukan bukti audit sebelum melakukan proses audit untuk menghasilkan pelaporan audit yang kompeten. Bukti audit kompeten harus didapatkan lewat inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan yang diaudit. 

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor seputar kelayakan bukti audit, yaitu:

  • Pertimbangan profesional, atau professional judgment yang berarti probabilitas seorang auditor untuk menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam sistem akuntasi klien.
  • Integritas manajemen, atau management integrity yang berarti sikap kejujuran dari pihak manajemen perusahaan dalam menghasilkan laporan keuangan.
  • Kepemilikan publik versus terbatas, yang berarti suatu jenis perusahaan apakah termasuk jenis perusahaan terbuka atau perusahaan terbatas.
  • Kondisi keuangan, atau financial condition yang menunjukkan apakah perusahaan mendapatkan laba atau dalam kondisi merugi. 

Kompetensi bukti audit ini berkaitan dengan sejauh mana bukti-bukti yang diperoleh dapat dipercaya. Jika bukti yang didapatkan adalah sangat kompeten, maka hal ini sangat membantu auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan yang diperiksanya sudah disajikan dengan wajar. Pertimbangan yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan apakah bukti audit sudah kompeten bisa didasarkan pada:

  1. Relevansi (Relevance). bukti audit yang relevan haruslah sesuai jika digunakan untuk maksud tertentu, yang dalam ini berarti harus berhubungan dengan tujuan auditor. Jika tujuan auditor adalah untuk menentukan keberadaan suatu persediaan, auditor bisa mendapatkan buktinya dengan melakukan observasi langsung pada persediaan tersebut.
  2. Sumber Perolehan (Sources), sumber informasi sangat berpengaruh pada kompetensi bukti audit. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi kompetensi bukti adalah sbb: 1) Jika sumber informasi didapatkan dari sumber independen di luar perusahan, 2) Semakin efektif struktur pengendalian internal perusahaan, maka semakin besar jaminan yang diberikan atas keandalan data akuntansi dan laporan keuangan, 3) Pengetahuan auditor secara pribadi dan secara langsung dari pemeriksaan fisik, pengamatan, penghitungan, dan inspeksi lebih meyakinkan daripada informasi yang didapat secara tidak langsung.
  3. Ketepatan Waktu (Timeliness), ketepatan waktu berhubungan dengan tanggal penggunaan bukti audit. Kriteria ini menjadi penting khususnya untuk memverifikasi aktiva lancar, utang lancar, dan akun surplus-defisit karena bisa mengecek apakah cut off sudah dilakukan dengan tepat.
  4. Objektivitas (Objectivity), bukti audit yang objektif dipandang lebih kompeten jika dibandingkan dengan bukti audit yang bersifat subjektif. Untuk menilai objektivitas bukti audit, diperlukan juga penilaian atas kualifikasi personal yang memberikan bukti tersebut.

Berikut tujuh jenis bukti audit:

  1. Pengujian fisik (physical examination), merupakan bukti yang diperoleh lewat pemeriksaan secara fisik atau lewat perhitungan oleh auditor terhadap harta perusahaan. Misalnya, uang tunai, surat berharga, barang persediaan.
  2. Konfirmasi, merupakan bukti yang didapatkan lewat penegasan dari pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi yang berkaitan dengan asersi manajemen dan tujuan audit.  Umumnya auditor lebih memilih konfirmasi tertulis karena mudah di-review oleh supervisor audit dan memberikan dukungan keandalan.
  3. Dokumentasi, merupakan pemeriksaan atau penyelidikan oleh auditor atas dokumen dan catatan klien guna mendukung informasi yang telah tersaji. Dokumentasi digunakan secara luas sebagai bukti audit karena biayanya yang relatif rendah dan pada banyak kesempatan menjadi satu-satunya bukti audit yang tersedia dan layak.
  4. Prosedur analitis, dengan cara menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data lainnya tampak wajar. Misalnya, auditor melakukan perbandingan total beban gaji dengan jumlah tenaga kerja untuk menunjukkan apakah ada pembayaran gaji yang tidak semestinya.
  5. Wawancara dengan klien, merupakan upaya untuk memperoleh informasi secara lisan ataupun tertulis dari klien yang menjadi bukti respon atas pertanyaan dari auditor. 
  6. Perhitungan ulang, merupakan pengujian atas keakuratan hasil perhitungan klien. 
  7. Observasi, merupakan penggunaan alat indera untuk menilai aktivitas klien. Misalnya, auditor melakukan kunjungan ke lokasi pabrik untuk mengamati proses produksi.

Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang, atau jasa yang dapat diterima dalam jangkawaktu satu tahun, atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan. Piutang umumnya disajikan di neraca dalam dua kelompok: piutang usahan dan piutang non usaha. Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari transaksi penjualan barang atau jasa dalam kegiatan normal perusahaan. Piutang nonusaha timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak luar, seperti misalnya piutang kepada karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang dividen dan bunga.

Pengujian substantif merupakan prosedur-prosedur pengauditan yang dibuat oleh auditor untuk menguji atau mendeteksi kesalahan salah saji material dalam nilai rupiah yang mempengaruhi langsung kebenaran dari saldo-saldo dalam laporan keuangan.

Maka auditor harus menghimpun semua bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan perusahaan yang diauditnya. Pengujian substantif menyediakan bukti mengenai kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang signifikan.

Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha

Tujuan pengujian substantif terhadap piutang usaha adalah:

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan piutang usaha.

2. Membuktikan keberadaan putang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha yang dicantumkan di neraca.

3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo piutang usaha yang disajikan klien atas piutang yang dicantumkan di neraca.

4. Membuktikan kewajaran penilaian piutang usaha yang dicantumkan di neraca.

5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan piutang usaha di neraca.

Untuk mencapai tujuan tersebut dirancang pengujian substantif yang digolongkan ke dalam lima kelompok: prosedur audit awal, prosedur analitik, pengujian terhadap transaksi rinci, pengujian terhadap saldo akun rinci, verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan. Kelima kelompok pengujian substantif tersebut ditujukan untuk memverifikasi lima asersi menajemen yang terkandung dalam akun putang dan akun penilaiannya: (1) keberadaan atau keterjadian, (2) kelengkapan, (3) penilaian, (4) hak kepemilikan, dan (5) penyajian dan pengungkapan.

Program Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha

Program audit untuk pengujian substantif terhadap piutang usaha berisi prosedur audit yang dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraikan di atas. Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap, yaitu:

3. Pengujian terhadap transaksi rinci

4. Pengujian terhadap saldo akun rinci

5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan

Pada tahap awal, auditor menempuh prosedur audit yang memperoleh keyakinan bahwa informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangn didukung dengan catatan akuntansi. Pada tahap berikutnya, auditor mengumpulkan berbagai ratio dan perbandingan untuk memfokuskan kemana pengujian terhadap transaksi dan saldo akun rinci diarahkan. Pada tahap-tahap akhir, auditor melaksanakan pengujian terhadap transksi dan saldo akun rinci, serta verivikasi tehadap penyajian dan pengungkapan dan pengungkapan saldo akun dalam laporan keuangan.

Sebelum membuktikan apakah saldo piutang yang dicantumkan oleh klien di dalam neracanya sesuai dengan saldo piutang usaha yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor menempuh prosedur audit awal dengan cara melakukan rekonsiliasi antara informasi piutang usaha yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Auditor melakukan 6 prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi piutang usaha di neraca dengan catatan akuntansi yang bersangkutan:

1. Unsur saldo piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun piutang usaha yang bersangkutan di dalam buku besar.

2. Hitung kembali saldo akun piutang usaha di dalam buku besar.

3. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumbe posting dalam akun Piutang Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang Usaha.

4. Usut saldo awal akun Piutang Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang ke kertas kerja tahun yang lalu.

5. Usut posting pendebitan akun Piutang Usaha ke dalam jurnal yang bersangkutan.

6. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol piutang usaha dalam buku besar ke buku pembantu piutang usaha

Pada tahap awal pengujian substantif terhadap piutang usaha, pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Untuk itu, auditor melakukan perhitungan berbagai ratio berikut ini:

1 Tingkat perputaran piutang usaha = Pendapatan penjualan bersih + Rerata piutang saldo

2 Ratio piutang usaha dengan aktiva lancar = Saldo piutang usaha + Aktiva lancar

3 Rate of return on net sales = Laba bersih + Pendapatan penjualan bersih

4 Ratio kerugian piutang usaha dengan pendapatan penjualan bersih = Kerugian piutang usaha + Pendapatan penjualan

5 Ratio kerugian piutang usaha dengan piutang usaha yang sesungguhnya tidak tertagih = Kerugian piutang usaha + Piutang yang usaha sesungguhnya tidak tertagih

Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan dapat membantu auditor untuk mengungkapkan: peristiwa atau transaksi yang tidak bisa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.

Prosedur Audit Terhadap Transaksi Rinci

Keandalan saldo piutang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi berikut ini yang didebit dan dikredit ke dalam akun Piutang Usaha:

1. Transaksi penjualan kredit

2. Transaksi retur penjualan

3. Transaksi penghapusan piutang usaha

4. Transaksi penerimaan kas dari piutang usaha

Keandalan saldo akun Piutang Usaha ditentukan pula oleh ketepatan pisah batas yang digunakan untuk mencatat berbagai transaksi tersebut. Auditor melakukan pengujian sibstantif terhadap transaksi rincian yang mendebit dan mengkredit akun Piutang Usaha dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut.

• Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun piutang usaha ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut

• Periksa pendebitan akun piutang ke dokumen pendukung: faktur penjualan, laporan pengiriman barang, dan order penjualan.

• Periksa pengkreditan akun piutang ke dokumen pendukung: bukti kas masuk, memo kredit untuk retur penjualan atau penghapusan piutang.

• Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi penjualan dan retur penjualan

• Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.

• Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya piutang usaha dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.

• Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi penerimaan kas.

Pengujian Terhadap Saldo Akun Rinci

Tujuan pengujian saldo akun piutang usaha rinci adalah untuk memverifikasi:

1. Keberadaan atau keterjadian

Keberadaan, kelengkapan, hak kepemilikan atas piutang usaha yang dicantumkan di neraca dibuktikan oleh auditor dengan mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur. Ada tiga tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur:

1. Tentukan metode, saat, dan luas konfirmasi yang akan dilaksanakan.

2. Pilih debitur yang akan dikirimi surat konfirmasi.

3. Kirimkan surat konfirmasi.

Prosedur tersebut ditempuh oleh auditor dengan tujuan untuk membuktikan keberadaan dibitur perusahaan pada tanggal neraca dan memiliki utang pada tanggal tersebut kepada klien sebesar yang dicatat oleh klien.

Penyajian Dan Pengungkapan Akun Dalam Laporan Keuangan

1. Prosedur audit terhadap penyajian dan pengungkapan piutang usaha adalah:

2. Periksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.

3. Periksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang usaha dan piutang nonusaha.

4. Tentukan kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk transaksi antarpihak yang memiliki hubngan istimewa, piutang yang digadaikan, piutang yang telah dianjakkan ke perusahaan anjak piutang.

Mulyadi. 2014. Auditing Edisi 6, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

//datakata.wordpress.com/2014/12/26/pengujian-pengendalian-dan-pengujian-substantif/

//www.e-akuntansi.com/berbagai-macam-pengujian-audit

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA