Berapa lama proses operasi usus buntu

Operasi usus buntu adalah prosedur bedah untuk mengangkat usus buntu yang meradang dan mengalami infeksi (radang usus buntu, alias apendisitis). 

Usus buntu atau apendiks merupakan organ berbentuk kantong tipis yang menempel pada usus besar. Organ yang juga dikenal dengan nama umbai cacing ini terletak di perut bagian kanan bawah.

Ketika usus buntu meradang dan membengkak, kuman dapat berkembang dengan cepat dan membentuk nanah. Peradangan dan nanah ini bisa menyebabkan rasa nyeri di sekitar pusar yang menyebar hingga perut kanan bawah.

Itu sebabnya, sakit perut sebelah kanan bawah identik dengan gejala usus buntu.

Usus buntu bisa sembuh tanpa operasi asalkan diketahui dan diobati sedini mungkin. Sebab, abses yang muncul di usus buntu berpotensi pecah jika telanjur memburuk.

Pecahnya kantung nanah (abses) usus buntu ini dapat membuat nanah mengotori rongga perut. Kondisi ini bahaya dan mengancam nyawa. 

Apa saja jenis operasi usus buntu?

Terdapat dua teknik operasi usus buntu, yaitu bedah terbuka dan laparoskopi. Jenis operasi yang dipilih akan bergantung pada kondisi pasien dan preferensi dokter. 

1. Operasi usus buntu bedah terbuka

Teknik bedah terbuka merupakan operasi standar untuk mengatasi apendisitis. Prosedur ini melibatkan pembuatan sayatan sebesar 5-10 cm di perut bagian kanan bawah agar dokter dapat mengakses usus buntu yang akan diangkat. 

Operasi usus buntu terbuka biasanya dilakukan pada kondisi apendisitis yang sudah pecah dan infeksinya telah menyebar. Selain itu prosedur ini juga sering kali dipilih ketika pasien tidak direkomendasikan untuk menjalani laparoskopi.

2. Operasi usus buntu laparoskopi

Laparoskopi merupakan teknik operasi yang lebih baru dan minimal invasif. Artinya, dokter tidak membutuhkan sayatan besar saat mengoperasi. 

Dengan menggunakan laparoskopi, dokter hanya memerlukan 1-3 sayatan kecil dan memasukkan alat bernama laparoskop ke dalam salah satu sayatan.

Bagian ujung laparoskop memiliki pisau bedah dan kamera. Gambar dari kamera akan ditampilkan pada layar dan dokter akan melakukan proses pengangkatan usus buntu dengan panduan gambar tersebut.

Usus buntu yang telah dipotong akan diangkat dan dikeluarkan melalui salah satu sayatan kecil lain yang telah dibuat di perut pasien.

Kelebihan operasi usus buntu laparoskopi dibanding teknik bedah terbuka adalah rasa nyeri dan bekas luka operasi yang lebih kecil. Proses pemulihan pasien pascaoperasi juga cenderung lebih singkat.  

Meski begitu, laparoskopi tidak direkomendasikan pada pasien dengan kondisi tertentu, seperti sedang hamil trimester pertama, tengah menjalani terapi radiasi atau imunosupresif, mengidap hipertensi portal berat, gangguan pembekuan darah (koagulopati), atau memiliki lemak yang tebal di area perut.

Kapan operasi usus buntu perlu dilakukan?

Operasi usus buntu sering kali dilakukan sebagai tindakan darurat medis pada peradangan usus buntu yang parah dan terancam pecah atau bahkan sudah pecah. Dokter akan memastikan dulu diagnosis apendisitis dengan beberapa pemeriksaan, seperti USG abdomen

Selain pemeriksaan untuk mengidentifikasi radang usus buntu, dokter juga akan melakukan tes lain, seperti tes darah atau tes urine untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, seperti infeksi saluran kemih atau gangguan ginjal. 

Selain itu, pada pasien wanita, sekaligus akan di tes kehamilan karena beberapa gejala usus buntu mirip dengan gejala kehamilan.

Beberapa orang mungkin tidak membutuhkan apendektomi dan usus buntu bisa sembuh tanpa operasi. Situs National Institutes of Health menyebutkan, sebelum menyarankan operasi dokter biasanya akan memberikan antibiotik terlebih dulu.

Jika kondisinya membaik dan peradangan membaik, Anda mungkin tidak membutuhkan operasi.

Usus buntu juga bisa sembuh tanpa operasi apabila kasusnya masih ringan dan ditemukan di awal peradangan. Nanah yang terkumpul juga mungkin masih dapat dikeluarkan dengan jarum atau pembedahan.

Apa saja persiapan untuk menjalani operasi usus buntu?

Sebelum menjalani apendektomi, pasien perlu menjalani beberapa persiapan berikut:

  • Menginformasikan gejala dan riwayat kesehatan pada dokter, seperti status kehamilan, penyakit yang sedang atau pernah diderita, alergi, dan obat-obatan yang dikonsumsi. 
  • Menjalani pemeriksaan fisik dan tes penunjang, seperti tes darah, pemeriksaan jumlah sel darah putih, tes urine, CT scan atau USG, serta pemeriksaan rontgen dada.
  • Berpuasa selama delapan jam sebelum operasi untuk menghindari isi lambung naik ke paru-paru dan memudahkan dokter melihat bagian dalam rongga perut selama operasi.
  • Melepaskan perhiasan atau aksesori lainnya yang dapat mengganggu kelancaran operasi.
  • Pasien juga akan diminta untuk mengenakan pakaian khusus untuk operasi.
  • Jika terdapat rambut pada area yang akan dibedah, pasien juga akan diminta untuk mencukurnya.

Operasi usus buntu umumnya berlangsung selama kurang lebih satu jam dengan proses sebagai berikut:

Prosedur bedah terbuka:

  • Pasien akan diminta untuk berbaring di meja operasi.
  • Infus akan dipasang di tangan atau lengan pasien.
  • Pasien dapat menjalani bius total atau lokal agar tidak merasakan sakit selama operasi..
  • Selang oksigen lalu dipasang melalui tenggorokan untuk membantu pernapasan pasien.
  • Dokter spesialis anestesi akan memantau denyut jantung, tekanan darah, pernapasan, dan kadar oksigen darah selama operasi berlangsung.
  • Dokter bedah kemudian akan membuat sayatan pada perut bagian kanan bawah.
  • Otot perut pasien akan dipisahkan dan dokter akan membuka perut pasien.
  • Usus bantu akan diikat dengan jahitan lalu diangkat.
  • Apabila usus buntu sudah pecah, perut akan dibersihkan dengan larutan garam (saline).
  • Dinding perut dan otot perut akan ditutup kembali dengan jahitan.
  • Selang kecil akan diletakkan pada sayatan untuk mengeluarkan cairan dari dalam rongga perut.

  • Setelah pasien siap dan diberi obat bius, dokter akan membuat beberapa sayatan kecil di beberapa area sebagai jalan masuk peralatan yang akan digunakan.
  • Gas karbon dioksida kemudian akan dialirkan ke dalam perut untuk memperlebar ruang dalam rongga. Dengan ini, dokter dalam melihat organ dalam perut dengan lebih jelas dan memiliki lebih banyak ruang untuk bekerja.
  • Alat laparoskop akan dimasukkan lewat salah satu sayatan untuk mencari lokasi usus buntu.
  • Alat lain yang diperlukan dalam operasi akan dimasukkan melalui sayatan lain.
  • Usus buntu lalu diikat dengan jahitan dan diangkat lewat sayatan.
  • Laparoskop dan peralatan lainnya akan dikeluarkan.
  • Gas karbon dioksida akan keluar melalui sayatan, dan selang kecil akan diletakkan pada sayatan untuk mengeluarkan cairan dari dalam rongga perut.

Setelah operasi selesai, usus buntu akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Sayatan akan ditutup dengan jahitan, dan perban akan digunakan untuk menutup luka sayatan.

Apa saja yang perlu diperhatikan setelah operasi usus buntu?

Setelah operasi, pasien akan dibawa ke ruang pemulihan. Tim medis akan mengawasi tanda-tanda vital pasien, seperti tekanan darah, detak jantung, dan pernapasan guna memastikan tidak ada komplikasi yang mungkin terjadi. 

Pasien sudah dapat diperbolehkan minum air beberapa jam setelah apendektomi dan mengonsumsi makanan padat secara bertahap jika kondisi fisik sudah membaik. 

Apendektomi laparoskopi dapat dilakukan secara rawat jalan. Pasien yang menjalani operasi usus buntu laparoskopi dapat bangun dari tempat tidur beberapa jam setelah operasi dan dapat pulang di hari yang sama.

Sementara pada pasien yang menjalani apendektomi terbuka biasanya membutuhkan waktu beberapa hari setelah operasi untuk bisa bangun dari tempat tidur. Kebanyakan pasien yang menjalani apendektomi biasanya dapat pulang setelah dirawat selama 1-2 hari pascaoperasi. 

Namun jika pasien mengalami usus buntu yang sudah pecah, Pasien mungkin perlu diopname lebih lama. Pasien juga akan diberikan antibiotik dan berada di bawah pengawasan dokter guna memastikan tidak ada tanda-tanda komplikasi yang mungkin terjadi.

Jika Anda sudah diperbolehkan pulang ke rumah, pasien disarankan untuk melakukan pemulihan dan perawatan secara mandiri. Luka jahitan harus selalu kering dan bersih guna menghindari infeksi. 

Dokter mungkin akan memberikan obat pereda nyeri yang perlu dikonsumsi secara rutin untuk meredakan rasa sakit pascaoperasi. Pasien juga harus memerhatikan pemilihan makanan pascaoperasi supaya tidak memperburuk kondisi dan mempercepat proses pemulihan luka operasi. 

Hindari aktivitas fisik yang berat, seperti mengangkat beban berat atau berolahraga untuk menghindari terbukanya jahitan dan mempercepat sembuhnya luka operasi.

Jika pasien menjalani laparoskopi, rasa sakit gas karbon dioksida yang masih ada di perut mungkin akan terasa selama beberapa hari. Namun efek tersebut akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari. 

Umumnya, pasien dapat kembali melakukan aktivitas normalnya dalam 2-4 minggu setelah operasi.

Anda juga perlu segera menghubungi dokter apabila mengalami gejala-gejala di bawah ini selama masa pemulihan:

  • Demam di atas 38,30C
  • Tidak bisa buang gas (kentut) atau buang air besar selama tiga hari
  • Nyeri yang tidak kunjung hilang atau memburuk
  • Sakit perut yang parah
  • Muntah

Kebanyakan orang yang menjalani operasi usus buntu dapat pulih dengan cepat tanpa komplikasi. Meski demikian, setiap prosedur medis tetap memiliki risiko efek samping, tak terkecuali operasi usus buntu.

Beberapa komplikasi dan efek samping yang bisa terjadi setelah operasi usus buntu meliputi:

  • Perdarahan 
  • Obstruksi atau penyumbatan usus yang bisa menyebabkan gangguan pergerakan feses, gas, dan cairan dalam usus. 
  • Pada sebagian kasus, operasi usus buntu saat pasien sedang hamil dapat menyebabkan kelahiran prematur. Risiko ini akan semakin besar bila usus buntu pasien sudah pecah.
  • Infeksi pada organ di sekitar usus buntu atau di luka operasi.

Meski sangat jarang, komplikasi-komplikasi di bawah ini juga dapat timbul:

  • Terbentuknya gumpalan darah
  • Komplikasi jantung, seperti serangan jantung
  • Pneumonia
  • Infeksi saluran kemih
  • Kematian

Biaya operasi usus buntu dapat bervariasi tergantung metode operasi yang dipilih dan fasilitas kesehatan yang menyediakannya. Sebagai gambaran, di rumah sakit swasta biaya appendektomi berkisar antara 2  juta hingga 45 juta rupiah.

Kabar baiknya, operasi usus buntu termasuk ke dalam tindakan yang ditanggung BPJS Kesehatan. Jadi, jika Anda merupakan peserta BPJS aktif, Anda tidak perlu membayar sepeserpun untuk melakukan operasi ini.