Bagi mereka yang hanya mengimani al quran saja tanpa mengimani kitab kitab terdahulu dihukumi

Al-Ustadz Abu Ubaidah Syafruddin

“Apakah kamu beriman kepada sebagian al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian di antaramu melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (al-Baqarah: 85)

Makna خِزْيٌ dalam ayat di atas adalah kerendahan dan kenistaan.

Tafsir Ayat

Berikut ini pernyataan Ibnu Katsir tentang tafsir ayat di atas.

Allah berfirman (pada ayat ini) mengingkari tindakan orang-orang Yahudi Madinah yang hidup di zaman Rasulullah karena mereka membantu peperangan yang terjadi antara Aus dan Khazraj. Aus dan Khazraj (orang-orang Anshar) di masa jahiliah adalah para penyembah berhala dan sering terjadi peperangan di antara mereka. Beliau juga menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas bahwa mereka adalah pelaku kesyirikan,penyembah berhala, tidak mengenal surga dan neraka, tidak mengenal hari kebangkitan, kiamat, tidak mengenal al-Kitab, dan halal-haram. Sementara itu, orang-orang Yahudi Madinah terbagi menjadi tiga suku, yaitu Bani Qainuqa’ dan Bani Nadhir yang bersekutu dengan Khazraj, serta Bani Quraizhah yang bersekutu dengan Aus.

Beliau juga memaparkan riwayat dari Asbath dari as-Suddi bahwa Bani Quraizhah bersekutu dengan Aus, sedangkan Bani Nadhir bersekutu dengan Khazraj.

Apabila perang berkecamuk (antara Aus dan Khazraj), masing-masing pihak (dari kabilah Yahudi) membantu sekutunya memerangi lawan. Akibatnya,ketika kabilah Yahudi membunuh lawan, terkadang yang mereka bunuh adalah Yahudi lain yang berpihak kepada lawan (artinya, mereka membunuh saudara sebangsa). Padahal tindakan itu diharamkan atas mereka berdasarkan tuntunan agama dan kitab mereka: mengusir sebagian Yahudi dari kampung halamannya dan merampas perkakas rumah, perhiasan, serta harta.

Jika peperangan telah berhenti, pihak yang kalah menebus tawanan. Hal ini berdasarkan hukum yang terdapat di dalam Taurat. Oleh karena itu, Allah berfirman,

“Apakah kamu beriman kepada sebagian al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain?”

Berdasarkan bimbingan dan konteks ayat ini, terdapat celaan terhadap orang Yahudi ketika mereka menjalani apa yang diperintahkan dalam kitab Taurat yang mereka yakini kebenarannya, yaitu penentangan terhadap syariat dalam keadaan mereka mengetahui dan mempersaksikannya.

Asy-Syinqithi rahimahullah mengatakan bahwa berdasarkan lafadz sebelumnya (dalam ayat ini) tampak dengan jelas bahwa sebagian perkara yang diimani oleh mereka (Bani Israil) yang ada dalam al-Kitab adalah penebusan tawanan. Adapun sebagian perkara yang mereka ingkari adalah pengusiran, pembunuhan, dan bantu-membantu dalam hal dosa dan permusuhan. (Hal ini tersebut dalam ayat sebelumnya,

”Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu): kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya. Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan darimu dari kampung halamannya, kamu bantu-membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan kepadamu; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu.” (al-Baqarah: 84—85, -pen.)

As-Sa’di rahimahullah mengatakan bahwa beberapa perbuatan yang disebutkan dalam ayat ini adalah tindakan yang dilakukan oleh orang-orang yang hidup di zaman (turunnya) wahyu di Madinah (orang-orang Yahudi, -pen.). Sebelum diutusnya Nabi Muhammad, orang-orang dari suku Aus dan Khazraj—mereka adalah kaum Anshar—menyekutukan Allah (musyrik). Ketika berperang, mereka berada di atas kebiasaan jahiliah.

Kemudian turunlah kepada mereka tiga kelompok dari kelompok Yahudi, yaitu Bani Quraizhah, Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa’. Setiap kelompok Yahudi tersebut mengadakan perjanjian persahabatan (bersekutu) dengan kelompok penduduk Madinah (suku Aus dan suku Khazraj, -pen.). Ketika terjadi perang saudara di antara mereka (Aus dan Khazraj), sebagian Yahudi berpihak kepada sekutunya melawan (musuhnya) yang juga dibantu oleh pihak Yahudi yang lain (Bani Quraizhah membantu suku Aus dan Bani Nadhir membantu suku Khazraj, -pen.). Akhirnya, terjadilah Yahudi membunuh Yahudi. Jika terjadi pengusiran, mereka pun mengusir pihak lain dari kampung halamannya atau menerima tebusan sampai perang berhenti. Antara kedua belah pihak terjadi tawan-menawan. Jika ada orang Yahudi yang tertawan, kedua belah pihak bersepakat menebusnya, meskipun sebelumnya mereka saling berperang.

Tiga hal di atas (tidak boleh membunuh, tidak mengusir, dan tidak menawan sesama Yahudi) seluruhnya diwajibkan atas mereka. Diwajibkan atas mereka untuk tidak menumpahkah darah, tidak mengusir sebagian yang lain, dan apabila mereka mendapati tawanan, hendaknya mereka menebusnya.

Dari ketiga hal tersebut hanya satu yang mereka tunaikan, yaitu yang terakhir (menebus tawanan). Akan tetapi, dua hal lain mereka ingkari, yaitu dua yang pertama (untuk tidak membunuh dan tidak mengusir).

Hal ini diingkari oleh Allah sebagaimana dalam firman-Nya,

“Apakah kamu mengimani sebahagian al-Kitab,” yaitu dengan menebus tawanan;

“dan ingkar terhadap sebahagian yang lain,” yaitu dengan membunuh dan mengusir.

Dalam ayat ini terdapat dalil terbesar bahwa iman menuntut adanya mengerjakan perintah dan menjauhi larangan, dan bahwa segala hal yang diperintahkan adalah perkara keimanan.

Firman Allah, “Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian di antara kalian melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia.”

Kenistaan hidup telah menimpa mereka. Allah ‘azza wa jalla menghinakan mereka dan menguasakan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam atas mereka ketika di dunia. Sebagian mereka pun terbunuh, sebagian mereka tertawan dan sebagian yang lain terusir. Adapun pada hari kiamat nanti, mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat.

Alasan Mereka Mengimani dan Mengingkari Sebagian Al-Kitab

As-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Pada ayat berikutnya Allah memberitakan tentang sebab pengingkaran mereka terhadap sebagian al-Kitab dan mengimani sebagiannya. Allah ‘azza wa jalla berfirman,

“Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat.” (al-Baqarah: 86)

Mereka (orang Yahudi) mengira bahwa apabila tidak membantu sekutunya (dalam peperangan), hal itu menjadi sebuah cacat dan aib bagi mereka. Dengan demikian, mereka lebih memilih neraka daripada harus menanggung keaiban. Oleh karena itu, Allah berfirman,

“Maka tidak akan diringankan siksa mereka.” (al-Baqarah: 86)

Siksa itu justru tetap ada dan sangat keras serta sedikit pun mereka tidak pernah mengalami kesenangan (keadaan lega).

“Dan mereka tidak akan ditolong.” (al-Baqarah: 86)

Maksudnya, tidak akan dijauhkan dari keburukan.

Beberapa Faedah Ayat

  1. Disyariatkan untuk memberi peringatan dan nasihat kepada manusia dengan hal-hal yang dapat menjadi sebab hidayah bagi mereka.
  2. Umat Islam juga akan menghadapi bahaya berupa kenistaan dalam kehidupan dunia dengan sebab menerapkan sebagian hukum syariat dan meninggalkan sebagian yang lain.
  3. Kekufuran bagi orang yang memilih sebagian hukum syariat lantas mengamalkan apa yang sesuai dengan hawa nafsunya, kemudian meninggalkan perkara syariat yang tidak cocok dengan hawa nafsunya.
  4. Kekufuran bagi orang yang tidak menjalankan agama Allah karena berpaling dan tidak perhatian kepadanya.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Cara Beriman kepada Kitab-kitab Allah sebelum Al Quran di antaranya dengan mengimani keberadaan kitab Taurat, Zabur dan Injil serta memelajari Al Quran dengan baik dan benar. (Foto: Freepik)

Kastolani Minggu, 05 Desember 2021 - 19:21:00 WIB

JAKARTA, iNews.id - Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT sebelum Al Quran merupakan rukun Iman yang ketiga. Muslim wajib meyakini keberadaan kitab-kitab Allah SWT yang diturunkan atau diberikan kepada para nabi pilihannya. 

Beriman kepada kitab-kitab Allah disebutkan dalam Al Quran, Surat Ali Imran ayat: 3

BACA JUGA:
7 Ayat Alquran tentang Kedudukan Wanita, Latin, Arti & tafsir

نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَاَنْزَلَ التَّوْرٰىةَ وَالْاِنْجِيْلَۙ

Artinya: "Dia menurunkan Al-Kitab (al-Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil". (QS.Ali Imran ayat 3).

Ibnu Katsir menjelaskan dalam ayat tersebut bahwa Allah SWT yang menurunkan Al Quran kepada Nabi Muhammad SAW, dengan sebenarnya. Yakni tidak ada kebimbangan dan tidak ada keraguan padanya, melainkan ia benar-benar diturunkan dari sisi Allah. 

Dia menurunkannya dengan sepengetahuan-Nya, sedangkan para malaikat menyaksikannya; dan cukuplah Allah sebagai saksi. Kitab-kitab sebelum Al Quran yang diturunkan dari langit buat hamba-hamba Allah dan para nabi. Kitab-kitab tersebut membenarkan Al Quran melalui apa yang diberitakannya dan apa yang disiarkan-nya sejak zaman dahulu kala. 

Begitu pula sebaliknya, Al Quran membenarkan kitab-kitab tersebut, karena Al Quran sesuai dengan apa yang diberitakan oleh kitab-kitab tersebut yang isinya antara lain membawa berita gembira yang sangat besar, yaitu janji Allah yang akan mengutus Nabi Muhammad Saw dan menurunkan Al-Quran yang agung kepadanya.

Cara beriman kepada kitab-kitab Allah sebelum Al Quran juga disebutkan dalam Hadits. Rasulullah SAW meminta umatnya untuk mengimani kitab-kitab Allah SWT yang diturunkan sebelum Al Quran. 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ أَهْلُ الْكِتَابِ يَقْرَءُونَ التَّوْرَاةَ بِالْعِبْرَانِيَّةِ وَيُفَسِّرُونَهَا بِالْعَرَبِيَّةِ لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُصَدِّقُوا أَهْلَ الْكِتَابِ وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ وَقُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ الْآيَةَ

Dari Abu Hurairah berkata, Ahli kitab membaca Taurat dengan bahasa ibrani dan menafsirkannya dengan bahasa Arab untuk pemeluk Islam! Spontan Rasulullah Shallallahualaihiwasallam bersabda: "Jangan kalian benarkan ahli kitab, dan jangan pula kalian mendustakannya, dan katakan saja (Kami beriman kepada Allah, dan apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu) ." (HR. Bukhari) [ No. 7362 Fathul Bari] Shahih.

Berikut cara beriman kepada kitab-kitab Allah SWT sebelum Al Quran dapat dilakukan dengan:

a. Memercayai keberadaan kitab Taurat, Zabur , Injil dan Al Quran.

Memercayai kitab-kitab sebelum Al Quran merupakan rukun iman ketiga dalam ajaran Islam. Karena itu, Muslim wajib mengimani kitab-kitab Allah SWT yang diturunkan kepada para nabi sebelum Al Quran. 

b. Mempelajari isi kandungan Al Quran.

Mempelajari isi kandungan Al Quran merupakan salah satu cara beriman kepada kitab-kitab Allah SWT. Dengan memahami isi kandungan Al Quran, akan menambah keimanan seseorang.

c. Mempraktikkan ajaran Al Quran dalam kehidupan sehari-hari.

Cara beriman kepada kitab-kitab sebelum Al Quran berikutnya adalah dengan mempraktikkan ajaran yang terkandung dalam Al Quran dalam kehidupan sehari-hari di antaranya menghargai orang lain dan menjaga toleransi.

d. Membaca Al Quran dengan baik dan benar.

Cara beriman kepada kitab-kitab sebelumnya lainnya yakni membaca Al Quran dengan baik dan benar dengan memelajari Ilmu tajwid. Belajar ilmu tajwid ini fardu kifayah namun membaca Al Quran dengan baik dan benar adalah fardu ain bagi tiap Muslim. Sebab, membaca Al Quran dengan baik ganjarannya atau pahalanya sangat besar yakni 10 kali per huruf.

Mengenal Kitab-Kitab Sebelum Al Quran

Di antara kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para Rasul-Nya adalah Taurat, Zabur, Injil dan Al Quran.

1. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa as,

Allah SWT berfirman:

وَآتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلا تَتَّخِذُوا مِنْ دُونِي وَكِيلا  

Artinya: Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman)". (QS. Al Isra: 2)

Adapun isi pokok Kitab Taurāt adalah: 

1. Jangan ada padamu Tuhan lain dihadirat-Ku. 

2. Jangan membuat patung ukiran dan jangan pula menyembah patung karena Aku Tuhan Allah mu. 

3.Jangan kamu menyebut Tuhan Allāh mu dengan sia-sia. 

4. Ingatlah akan hari sabat (sabtu), supaya kamu sucikan dia. 

5. Berilah hormat kepada bapak ibumu. 

6. Jangan membunuh sesama manusia.

7. Jangan berzina. 

8. Jangan mencuri.

9. Jangan menjadi saksi palsu. 

10. Jangan berkeinginan memiliki hak orang lain. 

2. Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud as,

Kitab Zabur merupakan wayhu Allah yang diturunkan kepada Nabi Daud Alaihisalam (as) untuk membimbing umat Yahudi atau Bani Israil. Kitab Zabur menggunakan bahasa Qibti dan diturunkan di daerah Yerusalem pada abad 10 SM. 

{وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ (105) إِنَّ فِي هَذَا لَبَلاغًا لِقَوْمٍ عَابِدِينَ (106) }

Artinya: Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauhul Mahfuz, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh. Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (surat) ini benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah (Allah). (QS. Al Anbiya: 105-107).

Adapun isi kitab Zabur yang berisi nasihat kebaikan bagi manusia untuk merawat bumi dengan baik serta menjadi hamba-hamba Allah yang saleh. 

3. Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa as dan

Injil adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa as sebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi Bani Israil. Firman Allah SWT:

وَقَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ

Artinya: Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israil) dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan kami telah memberikan kepadanya kitab Injil, sedangkan di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang mene­rangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu kitab Tau­rat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Maidah: 46)

Isi pokok Kitab Injil adalah ajaran untuk hidup dengan zuhud dan menjauhi kerakusan dan ketamakan dunia. Ini dimaksudkan untuk meluruskan kehidupan orang-orang Yahudi
yang materialistis.

4. Kitab Suci Al Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW

Al Quran adalah kitab yang diturunkan kepada nabi terakhir, yakni Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk dan pedoman hidup umatnya. 

Berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang hanya terbatas untuk satu kaum, Al Quran tidak hanya diturunkan untuk bangsa Arab, melainkan untuk seluruh umat manusia. 

Firman Allah SWT: 

تَبٰرَكَ الَّذِيْ نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلٰى عَبْدِهٖ لِيَكُوْنَ لِلْعٰلَمِيْنَ نَذِيْرًاۙ

Artinya: Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (yaitu al-Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al-Furqan: 1)

Al-Quran disebutkan dengan nazzala yang menunjukkan makna turun secara berulang-ulang dengan ulangan yang banyak, sedangkan kitab-kitab terdahulu disebutkan dengan nazala. Karena kitab-kitab terdahulu diturunkan sekaligus, sedangkan Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur, terpisah-pisah, dan terinci ayat demi ayat, hukum demi hukum dan surat demi surat. Hal ini lebih berkesan dan lebih mendapat perhatian yang sangat dari orang yang Al-Quran diturunkan kepadanya.

Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman:

إِنَّا أَنزلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Artinya: Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab agar kalian memahaminya. (QS. Yusuf: ayat 2).

Al Quran menurut Istilah adalah Wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW secara berangsur-angsur melalui malaikat Jibril dan membacanya adalah ibadah. Rasulullah banyak menerima wahyu dari Allah baik seca ra langsung maupun perantara Malaikat Jibril dan dibukukan, tetapi tidak disebut Al Quran dan membaca tidak dinilai ibadah.
Fungsi Al Quran sebagai kitab Allah Swt menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam, baik yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri,hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia dengan alam.

Keistimewaan Al Quran:

Sebagai pedoman hidup umat manusia, al-Qur’an memiliki beberapa keistimewaan dan kelebihan dibanding kitab-kitab suci lainnya, diantaranya:
a. Al Quran memuat ringkasan dari ajaran-ajaran ketuhanan yang pernah dimuat kitabkitab suci sebelumnya seperti Taurat, Zabur, Injil dan lain-lain. 

Juga ajaran-ajaran dari Tuhan yang berupa wasiat. Al-Quran juga m engokohkan perihal kebenaran yang pernah terkandung dalam kitab-kitab suci terdahulu yang berhubungan dengan peribadatan kepada Allah Yang Maha Esa, beriman kepada para rasul, membenarkan adanya balasan pada hari akhir, keharusan menegakkan hak dan keadilan, berakhlak luhur serta berbudi mulia dan lain-lain.

b. Al Quran memuat kalam-kalam Allah yang dijadikan pedoman hidup manusia sepanjang masa sehingga Al Quran memang dikehendaki Allah untuk kekal. Kewajiban kita menjaganya dari serangan pihak-pihak yang menginginkan al-Quran musnah dan mengubah kemurniannya. 

c. Al-Quran adalah sumber ilmu pengetahuan. Sehingga seluruh fenomena yang terjadi di alam semesta yang merupakan ciptaan Allah juga tidak akan pernah kontradiktif dengan apa yang Dia ciptakan. 

Dari sudut inilah, maka kita menyaksikan sendiri betapa banyaknya kebenaran yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern ternyata sesuai dan cocok dengan apa yang terkandung dalam Al-Quran. 
d. Al Quran diturunkan oleh Allah SWT dengan suatu gaya bahasa yang istimewa, mudah, tidak sukar bagi siapa pun untuk memahaminya dan tidak sukar pula mengamalkannya, asal disertai dengan keikhlasan hati dan kemauan yang kuat. 

Allah SWT menghendaki agar Al Quran dapat disyiarkan kepada akal pikiran dan seluruh pendengaran sehingga dapat menjadi kenyataan dan perbuatan.

Wallahu A'lam


Editor : Kastolani Marzuki

​ ​

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA