Bagi manusia purba gambar dapat dijadikan sebagai alat dan juga sebagai alat

Materi Menggambar Flora fauna dan alam benda di tengah pandemic covid 19

Gambar merupakan bahasa yang universal dan dikenal jauh sebelum manusia mengenal tulisan. Gambar sudah dikenal masyarakat sejak zaman purba. Pada saat itu, gambar sering dihubungkan dengan aktivitas manusia dan roh leluhur yang dianggap memberi keberkahan dan perlindungan. Bagi manusia purba, gambar tidak sekedar sebagai alat komunikasi untuk roh leluhur saja, tetapi juga memberikan kekuatan dan motivasi untuk dapat bertahan hidup.

            Menggambar tidak hanya melibatkan aktivitas fisik semata tetapi juga mental. Aktivitas fisik berhubungan dengan keterampilan menggunakan peralatan menggambar sedangkan mental berhubungan dengan rasa, karsa, dan daya cipta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia dalam melakukan aktivitas menggambar memerlukan media, alat serta bahan yang senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

           Jika pada zaman purba manusia menggambar dengan menggunakan bahan yang tersedia di alam maka pada zaman sekarang peralatan menggambar telah diproduksi oleh pabrik sebagai komoditas ekonomi. Manusia melalui menggambar dapat menyampaikan gagasan, ide, serta simbol sebagai salah satu bentuk ekspresi. Jadi menggambar merupakan salah satu sarana untuk mengekspresikan diri.

             Proses menggambar sebenarnya dapat kamu mulai dengan cara yang sangat sederhana dan mudah dilakukan. Biasakan sebelum menggambar buatlah sketsa terlebih dahulu agar gambar memiliki komposisi, proporsi, dan keseimbangan yang baik. Beberapa tahapan yang harus dilakukan pada saat menggambar sebagai berikut:

1). Mengetahui bentuk dasar dari objek yang akan digambar

2). Mengetahui bagian-bagian dari objek gambar

3). Menyusun atau menyambung bagian per bagian menjadi gambar yang utuh

4). Memberikan dimensi gelap terang baik hitam putih atau berwarna

5). Memberi kesan untuk latar belakang

           Pertama kali menggambar sebaiknya tidak perlu tergesa-gesa untuk memiliki kemiripan bentuk sesuai dengan objek yang digambar. Kamu harus berlatih dan sabar sampai menguasai bentuk dasar bagian-bagian dari objek yang digambar. Mulailah berlatih dari bentuk flora, fauna, dan benda buatan manusia yang paling sederhana dan bisa digambar.

 1.  Teknik Menggambar Flora 

Menggambar flora (tumbuh-tumbuhan) dapat memberikan pemahaman tentang keanekaragaman, keindahan, dan keunikan objek flora yang ada di lingkungan sekitar. Flora memiliki banyak jenis dan bentuknya. Bagian-bagian flora dapat digunakan sebagai objek gambar, misalnya bentuk daun, bunga, dan buah. Bagian-bagian flora ini dapat digambar secara terpisah atau digabung menjadi satu rangkaian.

2. Teknik Menggambar Fauna

          Fauna (hewan) memiliki jenis yang berbeda-beda, ada yang berkaki empat, seperti sapi, kambing, berkaki dua seperti ayam, bebek. Ada hewan yang hidup di air dan di darat. Hewan juga ada yang bersifat galak dan jinak. Setiap hewan memiliki bentuk badan yang berbeda-beda. Kamu bisa menggambar hewan mulai dari badannya, kemudian berlanjut kepala, kaki atau cakarnya. Bentuk-bentuk geometris akan membantu dalam membuat gambar hewan agar lebih mudah dan tentunya diawali dengan sketsa.

3. Teknik Menggambar Alam Benda

          Menggambar alam benda disebut juga menggambar bentuk. Alam benda dapat terdiri atas benda buatan manusia dan benda yang sudah terbentuk dari alam. Alam benda buatan manusia dapat berupa kendi, piring, mangkuk, gelas, dan beraneka ragam bentuk lainnya. Alam benda yang terdapat di alam seperti batu, batang kayu, air, dan juga awan. Menggambar dengan tema flora (tumbuhan), fauna (hewan), dan alam benda dapat melatih imajinasi dan mengembangkan kreativitas. Menggambar juga dapat menambah pengetahuan tentang kekayaan alam Indonesia. Setiap daerah di Indonesia memiliki keragaman flora dan fauna yang dapat memberikan identitas tersendiri. Kekayaan alam ini merupakan anugerah Tuhan yang wajib kita syukuri.

Di masa pandemi seperti ini materi flora dan fauna diajarkan melalui daring dengan cara mengajak peserta didik mengamati flora, fauna dan alam benda yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya selain itu jga mengarahkan mencari nformasi tentang flora dan fauna di mediasosial atau internet.

KOMPAS.com - Manusia purba yang hidup pada zaman prasejarah memang belum mengenal tulisan. Kendati demikian, mereka sudah mengembangkan kebudayaan dan teknologi.

Peralatan pertama yang digunakan oleh manusia purba adalah alat-alat dari bahan batu.

Teknologi yang dikenal manusia purba bermula dari teknologi bebatuan yang digunakan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pada tahap paling awal, mereka membuat peralatan menggunakan benda-benda dari alam, terutama batu dan tulang.

Lambat laun, teknologi bebatuan yang mereka kenal terus berkembang hingga sampai pada teknologi mengolah logam.

Alat-alat yang digunakan manusia purba pun dapat ditelusuri dengan mudah menurut periode perkembangan zaman prasejarah.

Jejak-jejak kehidupan manusia prasejarah dapat ditelusuri melalui benda-benda peninggalan hasil kebudayaannnya

Berikut ini jenis-jenis peralatan manusia purba dan fungsinya berdasarkan pembagian zaman prasejarah.

Baca juga: Pembabakan Masa Prasejarah Berdasarkan Geologi

Peralatan dari Zaman Batu

Pada Zaman Batu, hampir semua peralatan manusia dibuat dari batu. Periode ini dibedakan menjadi empat masa, yaitu Zaman Batu Tua (Paleolitikum), Zaman Batu Madya (Mesolitikum), Zaman Batu Muda (Neolitikum), dan Zaman Batu Besar (Megalitikum).

Peralatan Zaman Batu Tua (Paleolitikum)

Pada periode ini, alat-alat yang dihasilkan manusia purba masih sederhana dan kasar. Berikut ini beberapa peralatan dari Zaman Paleolitikum.

Peralatan dari batu yang berbentuk menyerupai kapak, tetapi tidak bertangkai, ujungnya meruncing, dan penggunaannya dengan cara digenggam.

Kapak genggam biasanya digunakan manusia purba untuk berburu.

Alat-alat yang menyerupai kapak genggam, namun tajaman pada ujungnya berbentuk cembung atau lurus.

  • Alat-alat serpih (flakes)

Slat serpih pada masa paleolithikum dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menusuk, memotong, dan melubangi kulit binatang.

  • Ujung tombak dengan gigi-gigi pada sisinya yang digunakan untuk menangkap ikan
  • Alat-alat dari tulang hewan yang dibentuk menjadi semacam belati, fungsinya untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah

Baca juga: Zaman Paleolitikum: Ciri-ciri, Peninggalan, dan Manusia Pendukung

Peralatan Zaman Batu Madya (Mesolitikum)

Manusia purba masih menggunakan peralatan dari batu yang sudah diasah namun belum halus terjadi pada Zaman Mesolitikum.

Berikut beberapa contoh peralatan manusia purba dari Zaman Mesolitikum.

  • Kapak genggam Sumatera (pebble)

Pebble atau dikenal sebagai Kapak Sumatera berbeda dengan kapak genggam dari Zaman Paleolitikum.

Alat ini terbuat dari batu kali yang pecah dan sisi luarnya dibiarkan kasar, sementara bagian dalamnya dikerjakan sesuai kebutuhan pemakainya.

  • Kapak pendek (hachecourt)

Bentuk peralatan ini lebih pendek dibanding kapak Sumatera, sehingga dinamai kapak pendek.

Fungsi hachecourt adalah untuk memotong buah atau daging hewan buruan dan mencukil biji-bijian dari dalam tanah.

Batu pipisan adalah sejenis alat penggiling yang memiliki landasan. Fungsinya untuk menumbuk makanan dan menghaluskan cat-cat merah.

Baca juga: Zaman Mesolitikum: Peninggalan, Manusia Pendukung, dan Ciri-ciri

Peralatan Zaman Batu Muda (Neolotikum)

Pada masa pra aksara ada banyak peralatan yang sudah digunakan oleh manusia pada saat itu, seperti kapak persegi, gerabah, dan kapak lonjong. Alat-alat tersebut digunakan pada masa bercocok tanam atau Zaman Neolitikum.

Kapak persegi berbentuk persegi panjang dan ada pula yang berbentuk trapesium.

Kapak persegi yang besar sering disebut dengan beliung atau cangkul, bahkan sudah ada yang diberi tangkai sehingga persis seperti bentuk cangkul zaman sekarang.

Sementara yang berukuran kecil dinamakan trah atau tatah, yang digunakan untuk mengerjakan kayu.

Bentuk keseluruhan alat ini lonjong sepeti bulat telur, di mana pada ujungnya yang lancip ditempatkan tangkai dan bagian ujung yang bulat diasah hingga tajam.

Kapak lonjong mempunyai berbagai macam ukuran, yang besar sering disebut walzenbeil, sedangkan yang kecil dinamakan kleinbeil.

Fungsi alat ini diperkirakan untuk kegiatan menebang pohon.

Alat-alat gerabah dari Zaman Neolitikum umumnya digunakan untuk menampung air dan menyimpan bahan makanan.

Baca juga: Zaman Neolitikum: Ciri-ciri, Manusia Pendukung, dan Hasil Kebudayaan

Peralatan Zaman Batu Besar (Megalitikum)

Peralatan manusia purba pada periode ini terbuat dari batu yang berukuran besar.

Umumnya, peralatan yang diciptakan tidak hanya untuk kebutuhan hidup manusia secara fisik, tetapi juga untuk upacara keagamaan.

Hasil peralatan Zaman Megalitikum antara lain sebagai berikut.

Kubur batu adalah wadah penguburan mayat yang terbuat dari batu.

Sarkofagus adalah kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang umumnya terdapat tonjolan pada ujungnya.

Waruga adalah kubur batu yang bentuknya seperti rumah dan biasanya ditemukan di daerah Minahasa.

Biasa disebut sebagai batu tegak, menhir adalah batu alam yang telah dibentuk manusia untuk keperluan pemujaan atau untuk tanda penguburan.

Dolmen atau meja batu adalah peninggalan Zaman Megalitikum yang terdiri dari sebuah batu besar yang ditopang oleh batu-batu berukuran lebih kecil sebagai kakinya.

Bangunan ini digunakan untuk meletakkan sesaji dan pemujaan terhadap nenek moyang.

Peralatan Zaman Megalithikum yang berbentuk anak tangga, berfungsi sebagai pemujaan arwah nenek moyang dan dianggap suci, dinamakan punden berundak.

Arca batu adalah pahatan berbentuk manusia atau binatang yang dipercaya sebagai wujud dari nenek moyang.

Baca juga: Zaman Megalitikum: Peninggalan, Sejarah, Ciri, dan Kepercayaan

Pada Zaman Logam atau Perundagian, manusia purba telah mengembangkan kemampuan untuk membuat alat-alat dari logam.

Berikut ini beberapa contoh alat-alat zaman prasejarah dari Zaman Logam.

Nekara adalah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup.

Peralatan yang bentuknya seperti dandan terbalik ini umumnya digunakan dalam upacara keagamaan, seperti contohnya dalam ritual pemanggilan hujan.

Kapak corong juga dikenal sebagai kapak perunggu atau kapak sepatu. Bentuknya bermacam-macam, ada yang besar dan diberi hiasan, pendek dan lebar, bulat, dan ada pula yang berukuran kecil.

Sedangkan kapak corong yang panjang di salah satu sisinya disebut sebagai candrasa.

Kapak corong dan candrasa umumnya digunakan dalam upacara keagamaan serta perkakas rumah tangga.

Arca perunggu ada yang berbentuk manusia, ada pula yang berbentuk binatang.

Peralatan yang umumnya berukuran kecil dan terdapat cincin di bagian atasnya ini digunakan sebagai tempat penyembahan roh upacara keagamaan.

Bejana perunggu berbentuk seperti periuk, tetapi lebih langsing dan gepeng. Fungsinya adalah sebagai tempat upacara keagamaan dan tempat minum.

Referensi:

  • Sugiarti, Etty. (2010). Ensiklopedia Zaman Prasejarah. Semarang: ALPRIN.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA