Bagaimana orangtua dapat memodifikasi dampak TV pada anak mereka

Oleh: Fitri Indriani

Dosen PGSD UAD Yogyakarta

Seiring adannya kemajuan teknologi, media televisi mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semakin menarik untuk dinikmati,  baik dari desain media maupun konten media itu sendiri. Televisi merupakan salah satu media yang paling mudah diakses dan hampir setiap keluarga memiliki pesawat televisi, bahkan dengan perkembangan teknologi saat ini kita dapat menerima siaran televisi melalui telepon seluler (Handphone).

Sayang, secara kualitas tayangan yang ditampilkan di televisi saat ini dapat dikatakan sangat minim. Menurut tim TIFA disebabkan beberapa hal: (1) industri televisi padat teknologi yang tentunya membutuhkan peralatan yang canggi dan itu membutuhkan biaya yang sangat mahal. (2) sebagian industri program acara di televisi sengaja dibuat untuk meraih keuntungan, (3) semua tayangan televisi sengaja diciptakan dengan kreatifitas dan aturan pengelola televisi, melalui pemilihan, pengulangan, penonjolan audio visual (suara dan gambar); (4) industri televisi bisa terus berlangsung karena didukung pendapatan dari iklan. Salah satu ukuran dari perusahaan iklan untuk menempatkan iklannya di program siaran televisi adalah rating pemirsa, yaitu siaran yang paling banyak ditonton pemirsa (yang datanya didapat berdasarkan sampel survei). Maka, industri televisi bersaing agar siaran-siarannya memperoleh rating tinggi, untuk mendapatkan masukkan iklan yang banyak. Risikonya, yang menjadi prioritas adalah program siaran yang diperkirakan menarik untuk ditonton. Tujuannya untuk mendongkrak rating, bukan siaran bermutu yang bermanfaat bagi publik; (5) bisnis televisi adalah bisnis waktu. Di dalam bisnis waktu ini, faktor kecepatan diutamakan. Konsekuensinya, acara-acara yang diproduksi seperti sinetron, variety show seringkali sifatnya kejar tayang dan mengabaikan ketepatan informasi serta dampak yang ditimbulkannya.

Saat ini, betapa banyak tayangan televisi terutama sinetron maupun iklan yang tidak mendidik bagi anak-anak. Hal tersebut berdampak pada prilaku atau karakter anak. Adapun dampak yang ditimbulkan dari tayangan televisi terhadap karakter anak, antara lain; (1) meniru adegan yang ditonton seperti melakukan kekerasan, memaki, berkata kasar, menghina; (2) meniru gaya hidup mewah (hedonis); (3) konsumtif karena mudah terpengaruh “rayuan” iklan. (4) tidak empati atau tidak peka saat melihat kekerasan dan kejahatan, karena sudah terbiasa menonton kekerasan; (5) anak-anak dan remaja cenderung lebih cepat dewasa seperti mengenal seks dan perselingkuhan; (6) menghabiskan waktu untuk menonton televisi; (7) anak menjadi pasif, tidak kreatif dan kurang bersosialisasi dengan teman sebaya; (8) gangguan penglihatan akibat warna televisi; (9) tidak kritis dan kecanduan karena penasaran melihat lanjutan sinetron yang ditonton; (10) semangat belajar menurun dan menunda-nunda pekerjaan karena menunggu tayangan selesai; (11) merenggangkan hubungan keluarga karena rebutan remot TV, dan sebagainya.

Melihat banyaknya dampak yang ditimbulkan dari tayangan televisi, maka penting bagi para orang tua untuk melakukan perhatian pada anak. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua antara lain; (1) mendampingi anak saat menonton televisi. Anak terutama usia TK dan SD, pada dasarnya belum mampu menyaring informasi yang mereka peroleh baik dari penglihatan ataupun dari  pendengaran. Jika tidak ada pendampingan, dikhawatirkan informasi negatif yang didapatkan dari televisi akan dicerna tanpa ada penyaringan, baik prilaku maupun bahasa; (2) selektif memili tayangan televisi yang mendidik, hal ini dikarenakan tidak semua tayangan televisi baik untuk ditonton oleh anak-anak, baik kartun maupun sinetron ataupun yang lainnya; (3) membuat aturan menonton televisi seperti membuat jadwal, menentukan tayangan yang boleh ditonton dan yang tidak boleh ditonton, dan tentunya aturan yang dibuat harus konsisten; (4) mengalihkan perhatian anak dari menonton televisi dengan kegiatan lain yang lebih bermanfaat, seperti; mendongeng, membaca buku, bersepeda, jalan-jalan ke pameran buku, mengajak anak memasak dan lain-lain,  

Ungkapkan di atas hanyalah salah satu usaha dalam mengatasi dampak negatif televisi. Dukungan dari semua pihak juga diperlukan, baik orangtua, lembaga pendidikan, pemerintah, masyarakat dan pertelevisian itu sendiri.

ayangan-tayangan di televisi memang menarik bagi semua orang. Dengan perpaduan suara dan visual yang bagus, tayangan televisi mampu mengikat hati pemirsa untuk betah menontonnya. Tak hanya itu, ada dampak lain, misalnya suka menirukan adegan-adegan yang ada di tayangan televisi dan mengidolakan artis tertentu.

Dampak menonton televisi yang sedemikian rupa tersebut bisa dialami oleh siapa saja, tak terkecuali anak-anak. Ya, anak-anak suka hal-hal baru apalagi terdapat perpaduan antara suara dan visual. Meskipun mereka masih belum mengerti maksud isi tayangan televisi tersebut.

Tidak semua tayangan yang disiarkan di televisi itu cocok untuk ditonton anak-anak. Banyak tayangan-tayangan yang menampilkan kekerasan dan tidak cocok untuk usia anak-anak. Itulah sebabnya, orang tua harus cermat dan bijak memilah serta memilihkan tontonan untuk anak-anaknya.

Tidak hanya itu, sedapat mungkin orang tua mendampingi anak saat menonton televisi. Tiga alasan berikut ini mengungkap betapa pentingnya orang tua mendampingi anak saat menonton TV.

Alasan Pentingnya Mendampingi Anak Saat Menonton TV 1. Anak-Anak Mudah Meniru

Sumber image : nakita.grid.id

Anak-anak merupakan peniru yang paling baik. Mereka dengan sangat mudah menyerap kata-kata atau perbuatan yang didengar dan dilihatnya, serta kemudian ditirunya. Tak ada masalah jika yang didengar, dilihat, lalu ditiru adalah hal-hal yang mendidik dan positif terhadap tumbuh kembang anak. Menjadi persoalan dan berbahaya kalau yang ditiru adalah hal-hal yang buruk.

Televisi sebagai media yang menggabungkan suara dan visual tentunya memikat hati anak-anak untuk menontonnya. Padahal, tayangan-tayangan di televisi banyak yang tidak cocok ditonton oleh anak-anak. Sebab itu, di sinilah letak pentingnya kehadiran orang tua mendampingi anaknya ketika sedang menonton televisi.

Orang tua hendaknya memilih tayangan-tayangan yang sesuai dengan usia anak-anak. Selain itu, sertakan alasan mengapa anak seusia mereka tidak boleh menonton tayangan tertentu, karena anak kalau dilarang-larang, biasanya malah semakin mendekati dan penasaran.

2. Menjelaskan Program yang Sedang Ditonton Anak

Sumber image : nova.grid.id

Mendampingi anak saat sedang menonton televisi berisi sudah siap ditanya-tanya oleh anak-anak Anda perihal tayangan yang sedang ditonton. Karena, ketika anak fokus menonton, bukan berarti dia mengerti dan memahami alur cerita atau maksud isi dari sebuah tayangan televisi. Anak-anak hanya tertarik dengan suara dan visual dari tayangan televisi, akan tapi belum tentu mereka mengerti pesan moral yang ada dalam tayangan tersebut.

3. Anda Dapat Mengarahkan Anak Pada Tontonan Alternatif yang Mendidik

Dengan mendampingi sang anak saat menonton, berarti Anda sedang mengarahkan anak pada hal-hal yang positif yang terdapat pada sebuah tayangan televisi.  Pendampingan ini secara tidak langsung memberikan contoh ilmu yang positif pada sang anak melalui tayangan televisi. Sehingga, yang terjadi anak tidak hanya menyerap informasi dari tayangan televisi, melainkan mendapat penjelasan positif dari Anda sebagai orang tua.

Di samping pendampingan orang tua, gunakanlah televisi yang bisa Anda atur sedemikian rupa sehingga anak Anda hanya dapat menonton tayangan tertentu. Hal ini sebagai upaya antisipasi apabila Anda sedang tidak bisa mendampingi anak Anda. Gunakanlah TV SHARP AQUOS LED Seri LC-32SA4200i yang memiliki fitur Child Timer. Sehingga, Anda tidak perlu khawatir soal program apa saja yang ditonton oleh si buah hati karena Anda dapat mengaturnya.

Selain itu, TV keluaran Sharp ini memiliki fitur bernama Antenna Booster yang dapat memperkuat sinyal sehingga kejernihan dan kualitas gambar tayangan TV terjaga serta menghilangkan gambar berbayang. Tunggu apalagi, jadikan produk-produk Sharp Electronics sebagai bagian dari kenyamanan dan proteksi Anda terhadap si kecil. Sharp, Be Original.

Lihat Foto

Shutterstock

Ilustrasi anak menonton didampingi oleh orangtua.

KOMPAS.com - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memberikan sanksi teguran untuk tayangan animasi "Big Movie Family: The Spongebib Squarepants" yang disiarkan GTV.

Seperti diberitakan Kompas.com, Minggu (15/9/2019), Wakil Ketua KPI, Mulyo Hadi Purnomo mengatakan, sanksi diberikan karena adegan-adegan dalam tontonan tersebut melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) Pasal 14 Ayat 2 tentang perlindungan kepada anak dan Pasal 21 Ayat 1 tentang penggolongan program siaran.

Tayangan itu juga dianggap melanggar Standar Program Siaran (SPS) Pasal 15 Ayat 1 tentang perlindungan anak-anak dan remaja dan Pasal 37 Ayat 4 Huruf A tentang klasifikasi R.

Tayangan untuk anak-anak perlu mendapatkan perhatian ekstra.

Pasalnya, anak-anak bisa berpikir kitis dan membedakan mana yang benar dan salah.

Oleh karena itu, anak mudah terpengaruh dengan apa yang mereka saksikan.

Baca juga: Studi: SpongeBob Squarepants Pengaruhi Fokus dan Kontrol Diri Anak

Tayangan kartun memang memberikan unsur hiburan dan berbagai hal positif.

Di sisi lain, tayangan animasi tersebut juga bisa membawa dampak buruk terhadap pola pikir anak.

Untuk itu, orangtua perlu membatasi durasi menonton tayangan animasi agar anak tidak mudah terpengaruh.

Berapa durasi menonton tayangan kartun yang ideal untuk anak?

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA