Bagaimana cara menuntut ilmu yang baik dan benar?

IBADAH adalah pekerjaan seumur hidup. Termasuk dalam ibadah adalah menuntut ilmu syar’i sebagai bekal tegaknya ibadah yang lain. Oleh karena itu, seorang hamba yang perhatian dengan ibadah, akan perhatian pula dengan ilmu sebagai tonggaknya. Selain itu, menuntut ilmu memiliki banyak keutamaan.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka akan Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim No. 2699)

BACA JUGA: Serunya Berburu Ilmu ke Negeri Seberang

Tidak diragukan lagi bahwa sebab terbesar keberhasilan seseorang dalam menuntut ilmu adalah tawakal kepada Allah kemudian ia meluruskan niatnya. Seorang penuntut ilmu juga harus memperhatikan adab-adab menuntut ilmu. Selain itu, ada beberapa faktor yang hendaknya menjadi perhatian bagi seorang penuntut ilmu sehingga menjadi sebab keberhasilan dalam proses belajarnya.

Memulai dengan pelajaran yang ringan sebelum yang berat

Banyak penuntut ilmu yang tidak paham apa yang mereka pelajari karena terburu-buru mengkaji kitab yang yang luas sebelum mempelajari kitab-kitab yang ringkas. Selayaknya para penutut ilmu memulai belajar dari kitab yang lebih mudah baru beranjak ke kitab yang lebih sulit dan luas pembahasannya. Tentu akselerasi dalam belajar adalah keinginan setiap penuntut ilmu tetapi apa gunanya bila tak paham?

Memulai dari kitab dengan metode yang lebih mudah sehingga lebih mudah pula memahami dan menyerap isinya dengan baik

Untuk mengetahuinya, kita bisa bertanya kepada pengajar yang sudah mempelajari banyak kitab dalam satu cabang ilmu untuk memberikan rekomendasi. Juga termasuk memilih metode belajar yang digunakan, kadang antara ilmu yang satu dengan yang lainnya akan lebih mudah dipahami dengan metode belajar yang berbeda.

Banyak membaca, menelaah, dan menyimak pelajaran yang masih terkait dengan ilmu yang sedang dipelajari sehingga akan membantu meningkatkan pemahaman

Kita juga dapat menyiapkan buku-buku pendamping belajar, misalnya kamus-kamus, atau dalam ilmu hadits dan Alqur`an ada buku-buku yang memuat penjelasan kata-kata asing yang sulit dipahami.

Mengulang-ulang bacaan dengan bacaan yang lebih teliti dan berhenti di setiap faidah

Hal ini sangat penting, tujuannya agar lebih paham dan juga menghafalnya karena menghafal akan menguatkan ilmu. Selain itu, suatu saat kita dapat merujuk kembali pada kitab yang sudah dibaca apabila dibutuhkan.

Hendaknya seorang pelajar bersemangat dalam menghafal ringkasan-ringkasan setiap cabang ilmu

Hafalan ini akan membantunya dalam proses belajar. Juga sepatutnya seorang penuntut ilmu tetap menyiapkan waktu khusus untuk menghafalkan Alqur`an dan kumpulan hadits-hadits dari yang paling ringkas seperti hadits-hadits al-Arba’in an– Nawawiyah.

Membaca dan memahami

Apabila membaca namun tidak paham, sebaiknya kita mengulang bacaan sampai paham. Ketidakpahaman tidak hanya disebabkan teks bacaan yang sulit, bisa jadi karena kecapaian atau pikiran yang lelah sehingga perlu mengulang bacaannya di waktu yang lain.

Mengulang pelajaran dengan menggabungkan berbagai metode

Mengulang bersama teman-teman sesama penuntut ilmu (tanya jawab, recall, atau membuat ringkasan bersama).

Mengajarkan apa yang dibaca kepada orang yang keilmuannya di bawah atau setara dengannya. Hendaknya para guru memotivasi dan membiasakan muridnya untuk mengajarkan apa yang mereka dapatkan dengan pendampingan sehingga tidak keburu ge-er dengan sebutan yang mereka dapat.

Membaca atau murajaah pelajaran di depan guru untuk mengoreksi pemahaman.

Menulis pembahasan ilmiah yang berhubungan dengan pelajaran yang diikuti. Hasil tulisan dapat disetorkan kepada seseorang yang setara keilmuannya, lebih ‘alim, atau kepada gurunya untuk dikoreksi dan diberi pengarahan sehingga tulisannya menjadi lebih baik.

BAC JUGA: Ini 13 Keutamaan Bagi Muslimah yang Kunjungi Majelis Ilmu (2-habis)

Mengamalkan ilmu yang telah di dapat

Jika ilmunya berkaitan dengan akidah maka hati kita meyakini dan beriman dengan akidah yang dipelajari. Jika berupa ibadah maka kita mengerjakan ibadah tersebut. Jika kita mengetahui sebuah dosa maka kita memperingatkan yang lain dari dosa itu. Jika kita mengetahui tentang bid’ah, selayaknya kita memperingatkan orang lain dari kebid’ahan tersebut dengan hikmah. Tips kedepalan bisa jadi tips yang terakhir, tetapi mengamalkan ilmu sejatinya adalah tujuan utama kita untuk bersungguh-sungguh dalam belajar. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan. Apabila kita ibaratkan ilmu seperti pohon yang rindang maka amal adalah buahnya. Ilmu yang kokoh dan shahih akan menghilangkan keraguan dalam beramal shalih karena ia dibangun di atas dalil ilmiah. []

SUMBER: MUSLIMAH

Rep: A Syalabi Ichsan Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Quran and Sunnah Solution, Ustaz Adi Hidayat, menulis sebuah buku berjudul Al-Majmu, Bekal Nabi Bagi Para Penuntut Ilmu. Di dalam buku ini, Ustaz Adi mengungkapkan beberapa keutamaan menuntut ilmu dan menjelaskan tentang cara menuntut ilmu.

Pertama, yakni meluruskan niat. Pahala akan tercatat bagi para penuntut ilmu yang meniatkan belajarnya sebagai ibadah. Sebaliknya, apa bila orientasi dunia menjadi tujuan utama, proses belajarnya hanya men jadi rutinitas tanpa bernilai pahala. Ini pun bisa dikiaskan ketika orang hijrah pada masa Nabi yang memiliki ragam motivasi dan orientasi. Ada yang murni mencari ridha Allah dan Rasul-Nya, ada juga yang berharap pesona dunia atau demi wanita.

"Siapa pun yang menuntut ilmu demi mengharap ridha Allah, namun kemudian ia tujukan untuk meraih keinginan dunia, maka ia tidak akan mencium wangi surga di hari kiamat kelak." (HR Abu Daud).

Berikutnya, mencari guru. Nabi SAW pun pernah meramalkan jika pada akhir zaman, ada orang-orang yang menyampaikan berbagai hal yang tidak pernah kita dengar (sebelumnya), tidak pula (pernah didengar oleh) nenek moyang kita. Dalam HR Muslim, Rasulullah SAW juga meminta kita waspada. Imam Muslim mengungkapkan bab ini pada "Larangan Mengambil Riwayat (belajar) pada Orang yang Lemah (ilmu) dan Waspada dalam Merujuknya".

Menurut buku ini, para ustaz yang tidak memahami satu materi sekalipun pakar di bidang lain tidak dapat menjadi rujukan dalam hal yang tidak dikuasainya. Imam Muslim pun menukil riwayat dari Mu ham mad bin Sirin yang memberi na si hat sebagai berikut. "Sung guh pe nge tahuan ini termasuk (pokok) aga ma, maka telitilah dari siapa kalian mengambilnya." (HR Muslim).

  • cara menuntut ilmu
  • keutamaan menuntut ilmu

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

AKURAT.CO, Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi kaum muslimin dan muslimat sejak ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Menuntut ilmu ini pada dasarnya sudah Allah perintahkan kepada manusia ketika ayat pertama dalam Al-Qur'an diturunkan.

Ayat pertama tersebut yakni Surah Al-Alaq 1-5 di mana Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk membaca.

Hanya saja, kita wajib pula mengetahui adab ketika menuntut ilmu. Kita harus berusaha agar ilmu yang kita pelajari dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri, orang lain, saat di dunia, sampai di akhirat kelak.

1. Mencari ridha Allah

Niat mencari ilmu haruslah lillahi ta'ala (karena Allah ta'ala). Kita tidak boleh mencari ilmu untuk mengejar materi duniawi belaka.

Rasulallah saw bersabda, “Barang siapa yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah (ridha) Allah dengan ikhlas, tetapi ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka kelak ia tidak akan mendapat harumnya aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad).

2. Selalu merasa haus akan ilmu

Ketika kita menuntut ilmu, kita tidak boleh sombong dan merasa sudah tahu segalanya. Justru saat menuntut ilmu kita harus merasa tidak tahu apa-apa, selalu haus akan ilmu pengetahuan.

Rasulullah saw barsabda, “Dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang yaitu orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang terhadapnya dan orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi).

3. Menjauhkan diri dari maksiat

Suatu ketika, Imam Syafii pernah berkeluh kepada gurunya karena hafalannya sangat lemah. Kemudian, gurunya Imam Syafii menyarankan agar ia menjauhi segala bentuk kemaksiatan.

Menurut gurunya, ilmu adalah cahaya Allah, ia tidak akan diberikan pada orang-orang yang berbuat kemaksiatan.

4. Berusaha mengamalkan ilmu dengan sebaik-baiknya

Ilmu yang bermanfaat adalah harapan semua orang. Nabi Muhammad saw bersabda, “Barang siapa yang bertambah ilmunya, tetapi tidak bertambah petunjuknya (amalnya tidak semakin baik), maka ia hanya akan semakin jauh dari Allah.” (HR Ad-Darimi).

5. Diam dan memperhatikan apa yang disampaikan guru

Sudah sewajarnya seorang murid mendengarkan apa yang disampaikan gurunya. Hal ini selaras dikatakan Allah dalam Surah Al-A'raf ayat 204 yang artinya:

...Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raf: 204).

6. Berusaha memahami, menghafal, dan menyampaikan ilmunya

Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw bersabda, “Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku, kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fikih kepada orang yang lebih faham daripadanya....” (HR. At-Tirmidzi).

7. Menulis ilmu yang dipelajari

Menulis adalah bekerja untuk keabadian, termasuk mengabadikan ilmu yang kita pelajari. Rasulullah saw bersabda, “Ikatlah ilmu dengan tulisan.” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr).

Wallahu a'lam.[]

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA