Bagaimana cara agar ip yang diberikan DHCP selalu sama pada client tertentu

Protokol Konfigurasi Hos Dinamik (PKHD) (bahasa Inggris: Dynamic Host Configuration Protocol yaitu protokol yang berbasis arsitektur client/server yang dipakai bagi memudahkan pengalokasian alamat IP dalam satu jaringan. Sebuah jaringan lokal yang tidak memanfaatkan DHCP harus memberikan alamat IP kepada semua komputer secara manual. Jika DHCP dipasang di jaringan lokal, maka semua komputer yang tersambung di jaringan akan mendapatkan alamat IP secara otomatis dari server DHCP. Selain alamat IP, banyak parameter jaringan yang dapat diberikan oleh DHCP, seperti default gateway dan DNS server.

DHCP didefinisikan dalam RFC 2131 dan RFC 2132 yang dipublikasikan oleh Internet Engineering Task Force. DHCP yaitu ekstensi dari protokol Bootstrap Protocol (BOOTP).

Cara Kerja

Karena DHCP yaitu sebuah protokol yang memanfaatkan arsitektur client/server, maka dalam DHCP terdapat dua pihak yang terlibat, yakni DHCP Server dan DHCP Client.

DHCP server umumnya memiliki sekumpulan alamat yang diizinkan bagi didistribusikan kepada klien, yang dikata sebagai DHCP Pool. Setiap klien belakang akan menyewa alamat IP dari DHCP Pool ini bagi waktu yang ditentukan oleh DHCP, kebanyakan sampai beberapa hari. Manakala waktu penyewaan alamat IP tersebut selesai masanya, klien akan memohon kepada server bagi memberikan alamat IP yang baru atau memperpanjangnya.

DHCP Client akan mencoba bagi mendapatkan "penyewaan" alamat IP dari sebuah DHCP server dalam ronde empat langkah berikut:

  1. DHCPDISCOVER: DHCP client akan menyebarkan request secara broadcast bagi berusaha menemukan DHCP Server yang aktif.
  2. DHCPOFFER: Setelah DHCP Server mendengar broadcast dari DHCP Client, DHCP server belakang menawarkan sebuah alamat kepada DHCP client.
  3. DHCPREQUEST: Client memohon DCHP server bagi menyewakan alamat IP dari salah satu alamat yang tersedia dalam DHCP Pool pada DHCP Server yang bersangkutan.
  4. DHCPACK: DHCP server akan merespons permintaan dari klien dengan mengirimkan paket acknowledgment. Kemudian, DHCP Server akan menetapkan sebuah alamat (dan konfigurasi TCP/IP lainnya) kepada klien, dan memperbarui basis data database miliknya. Klien selanjutnya akan memulai ronde binding dengan tumpukan protokol TCP/IP dan karena telah memiliki alamat IP, klien pun dapat memulai komunikasi jaringan.

Empat tahap di atas hanya berlangsung bagi klien yang belum memiliki alamat. Bagi klien yang sebelumnya pernah memohon alamat kepada DHCP server yang sama, hanya tahap 3 dan tahap 4 yang dilakukan, yakni tahap pembaruan alamat (address renewal), yang jelas lebih cepat rondenya.

Berbeda dengan sistem DNS yang terdistribusi, DHCP bersifat stand-alone, sehingga jika dalam sebuah jaringan terdapat beberapa DHCP server, basis data alamat IP dalam sebuah DHCP Server tidak akan direplikasi ke DHCP server lainnya. Hal ini dapat diwujudkan menjadi masalah jika konfigurasi selang dua DHCP server tersebut berbenturan, karena protokol IP tidak mengizinkan dua host memiliki alamat yang sama.

Selain dapat menyediakan alamat dinamis kepada klien, DHCP Server juga dapat menetapkan sebuah alamat statik kepada klien, sehingga alamat klien akan tetap dari waktu ke waktu.

Catatan: DHCP server harus memiliki alamat IP yang statis.

DHCP Scope

DHCP Scope yaitu alamat-alamat IP yang dapat disewakan kepada DHCP client. Ini juga dapat dikonfigurasikan oleh seorang administrator dengan memanfaatkan peralatan konfigurasi DHCP server. Biasanya, sebuah alamat IP disewakan dalam jangka waktu tertentu, yang dikata sebagai DHCP Lease, yang umumnya bermutu tiga hari. Informasi mengenai DHCP Scope dan alamat IP yang telah disewakan belakang disimpankan di dalam basis data DHCP dalam DHCP server. Nilai alamat-alamat IP yang dapat disewakan harus diambil dari DHCP Pool yang tersedia yang dialokasikan dalam jaringan. Kekeliruan yang sering terjadi dalam konfigurasi DHCP Server yaitu kekeliruan dalam konfigurasi DHCP Scope.

DHCP Lease

DHCP Lease yaitu ketentuan yang tidak boleh dilampaui waktu penyewaan alamat IP yang diberikan kepada DHCP client oleh DHCP Server. Umumnya, hal ini dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa oleh seorang administrator dengan memanfaatkan beberapa peralatan konfigurasi (dalam Windows NT Server dapat memanfaatkan DHCP Manager atau dalam Windows 2000 ke atas dapat memanfaatkan Microsoft Management Console [MMC]). DHCP Lease juga sering dikata sebagai Reservation.

DHCP Options

DHCP Options yaitu tambahan pengaturan alamat IP yang diberikan oleh DHCP ke DHCP client. Ketika sebuah klien memohon alamat IP kepada server, server akan memberikan paling tidak sebuah alamat IP dan alamat subnet jaringan. DHCP server juga dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa supaya memberikan tambahan informasi kepada klien, yang tentunya dapat dilakukan oleh seorang administrator. DHCP Options ini dapat diaplikasikan kepada semua klien, DHCP Scope tertentu, atau kepada sebuah host tertentu dalam jaringan.

Dalam jaringan berbasis Windows NT, terdapat beberapa DHCP Option yang sering digunakan, yang dapat disusun dalam tabel berikut.

Nomor DHCP OptionNama DHCP OptionApa yang dikonfigurasikannya
003RouterMengonfigurasikan gateway baku dalam konfigurasi alamat IP. Default gateway merujuk kepada alamat router.
006DNS ServersMengonfigurasikan alamat IP bagi DNS server
015DNS Domain NameMengonfigurasikan alamat IP bagi DNS server yang diwujudkan menjadi "induk" dari DNS Server yang bersangkutan.
044NetBIOS over TCP/IP Name ServerMengonfigurasikan alamat IP dari WINS Server
046NetBIOS over TCP/IP Node TypeMengonfigurasikan cara yang digunakan oleh klien bagi melakukan resolusi nama NetBIOS.
047NetBIOS over TCP/IP Scope haMembatasi klien-klien NetBIOS supaya hanya dapat mengadakan komunikasi dengan klien lainnya yang memiliki alamat DHCP Scope yang sama.

Lihat pula

  • DHCPv6, Dynamic Host Configuration Protocol bagi IPv6

edunitas.com


Page 2

Protokol Konfigurasi Hos Dinamik (PKHD) (bahasa Inggris: Dynamic Host Configuration Protocol yaitu protokol yang berbasis arsitektur client/server yang dipakai untuk memudahkan pengalokasian alamat IP dalam satu jaringan. Sebuah jaringan lokal yang tidak memanfaatkan DHCP harus memberikan alamat IP kepada semua komputer secara manual. Jika DHCP dipasang di jaringan lokal, maka semua komputer yang tersambung di jaringan akan mendapatkan alamat IP secara otomatis dari server DHCP. Selain alamat IP, banyak parameter jaringan yang dapat diberikan oleh DHCP, seperti default gateway dan DNS server.

DHCP diberikan ciri utama dalam RFC 2131 dan RFC 2132 yang dipasarkan oleh Internet Engineering Task Force. DHCP adalah ekstensi dari protokol Bootstrap Protocol (BOOTP).

Metode Kerja

Karena DHCP adalah sebuah protokol yang memanfaatkan arsitektur client/server, maka dalam DHCP terdapat dua pihak yang terlibat, yakni DHCP Server dan DHCP Client.

DHCP server umumnya memiliki sekumpulan alamat yang diizinkan untuk didistribusikan kepada klien, yang disebut sebagai DHCP Pool. Setiap klien yang belakang sekali akan menyewa alamat IP dari DHCP Pool ini untuk waktu yang ditentukan oleh DHCP, biasanya sampai sebagian hari. Manakala waktu penyewaan alamat IP tersebut habis masanya, klien akan memohon kepada server untuk memberikan alamat IP yang baru atau memperpanjangnya.

DHCP Client akan mencoba untuk mendapatkan "penyewaan" alamat IP dari sebuah DHCP server dalam bagian empat langkah berikut:

  1. DHCPDISCOVER: DHCP client akan menyebarkan request secara broadcast untuk berusaha mendapatkan DHCP Server yang aktif.
  2. DHCPOFFER: Setelah DHCP Server mendengar broadcast dari DHCP Client, DHCP server yang belakang sekali menawarkan sebuah alamat kepada DHCP client.
  3. DHCPREQUEST: Client memohon DCHP server untuk menyewakan alamat IP dari salah satu alamat yang tersedia dalam DHCP Pool pada DHCP Server yang bersangkutan.
  4. DHCPACK: DHCP server akan merespons permintaan dari klien dengan mengirimkan paket acknowledgment. Kemudian, DHCP Server akan menetapkan sebuah alamat (dan konfigurasi TCP/IP lainnya) kepada klien, dan memperbarui basis data database miliknya. Klien selanjutnya akan memulai bagian binding dengan tumpukan protokol TCP/IP dan karena telah memiliki alamat IP, klien pun dapat memulai komunikasi jaringan.

Empat tahap di atas hanya berjalan bagi klien yang belum memiliki alamat. Untuk klien yang sebelumnya pernah memohon alamat kepada DHCP server yang sama, hanya tahap 3 dan tahap 4 yang dilakukan, yakni tahap pembaruan alamat (address renewal), yang jelas lebih cepat bagiannya.

Selisih dengan sistem DNS yang terdistribusi, DHCP bersifat stand-alone, sehingga jika dalam sebuah jaringan terdapat sebagian DHCP server, basis data alamat IP dalam sebuah DHCP Server tidak akan direplikasi ke DHCP server lainnya. Hal ini dapat dijadikan persoalan jika konfigurasi selang dua DHCP server tersebut berbenturan, karena protokol IP tidak mengizinkan dua host memiliki alamat yang sama.

Selain dapat mempersiapkan alamat dinamis kepada klien, DHCP Server juga dapat menetapkan sebuah alamat statik kepada klien, sehingga alamat klien akan tetap dari waktu ke waktu.

Catatan: DHCP server harus memiliki alamat IP yang statis.

DHCP Scope

DHCP Scope yaitu alamat-alamat IP yang dapat disewakan kepada DHCP client. Ini juga dapat dikonfigurasikan oleh seorang administrator dengan memanfaatkan peralatan konfigurasi DHCP server. Biasanya, sebuah alamat IP disewakan dalam jangka waktu tertentu, yang disebut sebagai DHCP Lease, yang umumnya bermutu tiga hari. Informasi mengenai DHCP Scope dan alamat IP yang telah disewakan yang belakang sekali disimpankan di dalam basis data DHCP dalam DHCP server. Nilai alamat-alamat IP yang dapat disewakan harus diambil dari DHCP Pool yang tersedia yang dialokasikan dalam jaringan. Kesalahan yang sering terjadi dalam konfigurasi DHCP Server yaitu kesalahan dalam konfigurasi DHCP Scope.

DHCP Lease

DHCP Lease yaitu batas waktu penyewaan alamat IP yang diberikan kepada DHCP client oleh DHCP Server. Umumnya, hal ini dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa oleh seorang administrator dengan memanfaatkan sebagian peralatan konfigurasi (dalam Windows NT Server dapat memanfaatkan DHCP Manager atau dalam Windows 2000 ke atas dapat memanfaatkan Microsoft Management Console [MMC]). DHCP Lease juga sering disebut sebagai Reservation.

DHCP Options

DHCP Options yaitu tambahan pengaturan alamat IP yang diberikan oleh DHCP ke DHCP client. Ketika sebuah klien memohon alamat IP kepada server, server akan memberikan paling tidak sebuah alamat IP dan alamat subnet jaringan. DHCP server juga dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa agar memberikan tambahan informasi kepada klien, yang tentunya dapat dilakukan oleh seorang administrator. DHCP Options ini dapat diaplikasikan kepada semua klien, DHCP Scope tertentu, atau kepada sebuah host tertentu dalam jaringan.

Dalam jaringan berbasis Windows NT, terdapat sebagian DHCP Option yang sering digunakan, yang dapat ditata dalam tabel berikut.

Nomor DHCP OptionNama DHCP OptionApa yang dikonfigurasikannya
003RouterMengonfigurasikan gateway baku dalam konfigurasi alamat IP. Default gateway merujuk kepada alamat router.
006DNS ServersMengonfigurasikan alamat IP untuk DNS server
015DNS Domain NameMengonfigurasikan alamat IP untuk DNS server yang dijadikan "induk" dari DNS Server yang bersangkutan.
044NetBIOS over TCP/IP Name ServerMengonfigurasikan alamat IP dari WINS Server
046NetBIOS over TCP/IP Node TypeMengonfigurasikan metode yang digunakan oleh klien untuk melakukan resolusi nama NetBIOS.
047NetBIOS over TCP/IP Scope haMembatasi klien-klien NetBIOS agar hanya dapat mengadakan komunikasi dengan klien lainnya yang memiliki alamat DHCP Scope yang sama.

Lihat pula

  • DHCPv6, Dynamic Host Configuration Protocol untuk IPv6

edunitas.com


Page 3

Protokol Konfigurasi Hos Dinamik (PKHD) (bahasa Inggris: Dynamic Host Configuration Protocol yaitu protokol yang berbasis arsitektur client/server yang dipakai untuk memudahkan pengalokasian alamat IP dalam satu jaringan. Sebuah jaringan lokal yang tidak memanfaatkan DHCP harus memberikan alamat IP kepada semua komputer secara manual. Jika DHCP dipasang di jaringan lokal, maka semua komputer yang tersambung di jaringan akan mendapatkan alamat IP secara otomatis dari server DHCP. Selain alamat IP, banyak parameter jaringan yang dapat diberikan oleh DHCP, seperti default gateway dan DNS server.

DHCP diberikan ciri utama dalam RFC 2131 dan RFC 2132 yang dipasarkan oleh Internet Engineering Task Force. DHCP adalah ekstensi dari protokol Bootstrap Protocol (BOOTP).

Metode Kerja

Karena DHCP adalah sebuah protokol yang memanfaatkan arsitektur client/server, maka dalam DHCP terdapat dua pihak yang terlibat, yakni DHCP Server dan DHCP Client.

DHCP server umumnya memiliki sekumpulan alamat yang diizinkan untuk didistribusikan kepada klien, yang disebut sebagai DHCP Pool. Setiap klien yang belakang sekali akan menyewa alamat IP dari DHCP Pool ini untuk waktu yang ditentukan oleh DHCP, biasanya sampai sebagian hari. Manakala waktu penyewaan alamat IP tersebut habis masanya, klien akan memohon kepada server untuk memberikan alamat IP yang baru atau memperpanjangnya.

DHCP Client akan mencoba untuk mendapatkan "penyewaan" alamat IP dari sebuah DHCP server dalam bagian empat langkah berikut:

  1. DHCPDISCOVER: DHCP client akan menyebarkan request secara broadcast untuk berusaha mendapatkan DHCP Server yang aktif.
  2. DHCPOFFER: Setelah DHCP Server mendengar broadcast dari DHCP Client, DHCP server yang belakang sekali menawarkan sebuah alamat kepada DHCP client.
  3. DHCPREQUEST: Client memohon DCHP server untuk menyewakan alamat IP dari salah satu alamat yang tersedia dalam DHCP Pool pada DHCP Server yang bersangkutan.
  4. DHCPACK: DHCP server akan merespons permintaan dari klien dengan mengirimkan paket acknowledgment. Kemudian, DHCP Server akan menetapkan sebuah alamat (dan konfigurasi TCP/IP lainnya) kepada klien, dan memperbarui basis data database miliknya. Klien selanjutnya akan memulai bagian binding dengan tumpukan protokol TCP/IP dan karena telah memiliki alamat IP, klien pun dapat memulai komunikasi jaringan.

Empat tahap di atas hanya berjalan bagi klien yang belum memiliki alamat. Untuk klien yang sebelumnya pernah memohon alamat kepada DHCP server yang sama, hanya tahap 3 dan tahap 4 yang dilakukan, yakni tahap pembaruan alamat (address renewal), yang jelas lebih cepat bagiannya.

Selisih dengan sistem DNS yang terdistribusi, DHCP bersifat stand-alone, sehingga jika dalam sebuah jaringan terdapat sebagian DHCP server, basis data alamat IP dalam sebuah DHCP Server tidak akan direplikasi ke DHCP server lainnya. Hal ini dapat dijadikan persoalan jika konfigurasi selang dua DHCP server tersebut berbenturan, karena protokol IP tidak mengizinkan dua host memiliki alamat yang sama.

Selain dapat mempersiapkan alamat dinamis kepada klien, DHCP Server juga dapat menetapkan sebuah alamat statik kepada klien, sehingga alamat klien akan tetap dari waktu ke waktu.

Catatan: DHCP server harus memiliki alamat IP yang statis.

DHCP Scope

DHCP Scope yaitu alamat-alamat IP yang dapat disewakan kepada DHCP client. Ini juga dapat dikonfigurasikan oleh seorang administrator dengan memanfaatkan peralatan konfigurasi DHCP server. Biasanya, sebuah alamat IP disewakan dalam jangka waktu tertentu, yang disebut sebagai DHCP Lease, yang umumnya bermutu tiga hari. Informasi mengenai DHCP Scope dan alamat IP yang telah disewakan yang belakang sekali disimpankan di dalam basis data DHCP dalam DHCP server. Nilai alamat-alamat IP yang dapat disewakan harus diambil dari DHCP Pool yang tersedia yang dialokasikan dalam jaringan. Kesalahan yang sering terjadi dalam konfigurasi DHCP Server yaitu kesalahan dalam konfigurasi DHCP Scope.

DHCP Lease

DHCP Lease yaitu batas waktu penyewaan alamat IP yang diberikan kepada DHCP client oleh DHCP Server. Umumnya, hal ini dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa oleh seorang administrator dengan memanfaatkan sebagian peralatan konfigurasi (dalam Windows NT Server dapat memanfaatkan DHCP Manager atau dalam Windows 2000 ke atas dapat memanfaatkan Microsoft Management Console [MMC]). DHCP Lease juga sering disebut sebagai Reservation.

DHCP Options

DHCP Options yaitu tambahan pengaturan alamat IP yang diberikan oleh DHCP ke DHCP client. Ketika sebuah klien memohon alamat IP kepada server, server akan memberikan paling tidak sebuah alamat IP dan alamat subnet jaringan. DHCP server juga dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa agar memberikan tambahan informasi kepada klien, yang tentunya dapat dilakukan oleh seorang administrator. DHCP Options ini dapat diaplikasikan kepada semua klien, DHCP Scope tertentu, atau kepada sebuah host tertentu dalam jaringan.

Dalam jaringan berbasis Windows NT, terdapat sebagian DHCP Option yang sering digunakan, yang dapat ditata dalam tabel berikut.

Nomor DHCP OptionNama DHCP OptionApa yang dikonfigurasikannya
003RouterMengonfigurasikan gateway baku dalam konfigurasi alamat IP. Default gateway merujuk kepada alamat router.
006DNS ServersMengonfigurasikan alamat IP untuk DNS server
015DNS Domain NameMengonfigurasikan alamat IP untuk DNS server yang dijadikan "induk" dari DNS Server yang bersangkutan.
044NetBIOS over TCP/IP Name ServerMengonfigurasikan alamat IP dari WINS Server
046NetBIOS over TCP/IP Node TypeMengonfigurasikan metode yang digunakan oleh klien untuk melakukan resolusi nama NetBIOS.
047NetBIOS over TCP/IP Scope haMembatasi klien-klien NetBIOS agar hanya dapat mengadakan komunikasi dengan klien lainnya yang memiliki alamat DHCP Scope yang sama.

Lihat pula

  • DHCPv6, Dynamic Host Configuration Protocol untuk IPv6

edunitas.com


Page 4

Protokol Konfigurasi Hos Dinamik (PKHD) (bahasa Inggris: Dynamic Host Configuration Protocol yaitu protokol yang berbasis arsitektur client/server yang dipakai untuk memudahkan pengalokasian alamat IP dalam satu jaringan. Sebuah jaringan lokal yang tidak memanfaatkan DHCP harus memberikan alamat IP kepada semua komputer secara manual. Jika DHCP dipasang di jaringan lokal, maka semua komputer yang tersambung di jaringan akan mendapatkan alamat IP secara otomatis dari server DHCP. Selain alamat IP, banyak parameter jaringan yang dapat diberikan oleh DHCP, seperti default gateway dan DNS server.

DHCP diberikan ciri utama dalam RFC 2131 dan RFC 2132 yang dipasarkan oleh Internet Engineering Task Force. DHCP adalah ekstensi dari protokol Bootstrap Protocol (BOOTP).

Metode Kerja

Karena DHCP adalah sebuah protokol yang memanfaatkan arsitektur client/server, maka dalam DHCP terdapat dua pihak yang terlibat, yakni DHCP Server dan DHCP Client.

DHCP server umumnya memiliki sekumpulan alamat yang diizinkan untuk didistribusikan kepada klien, yang disebut sebagai DHCP Pool. Setiap klien yang belakang sekali akan menyewa alamat IP dari DHCP Pool ini untuk waktu yang ditentukan oleh DHCP, biasanya sampai sebagian hari. Manakala waktu penyewaan alamat IP tersebut habis masanya, klien akan memohon kepada server untuk memberikan alamat IP yang baru atau memperpanjangnya.

DHCP Client akan mencoba untuk mendapatkan "penyewaan" alamat IP dari sebuah DHCP server dalam bagian empat langkah berikut:

  1. DHCPDISCOVER: DHCP client akan menyebarkan request secara broadcast untuk berusaha mendapatkan DHCP Server yang aktif.
  2. DHCPOFFER: Setelah DHCP Server mendengar broadcast dari DHCP Client, DHCP server yang belakang sekali menawarkan sebuah alamat kepada DHCP client.
  3. DHCPREQUEST: Client memohon DCHP server untuk menyewakan alamat IP dari salah satu alamat yang tersedia dalam DHCP Pool pada DHCP Server yang bersangkutan.
  4. DHCPACK: DHCP server akan merespons permintaan dari klien dengan mengirimkan paket acknowledgment. Kemudian, DHCP Server akan menetapkan sebuah alamat (dan konfigurasi TCP/IP lainnya) kepada klien, dan memperbarui basis data database miliknya. Klien selanjutnya akan memulai bagian binding dengan tumpukan protokol TCP/IP dan karena telah memiliki alamat IP, klien pun dapat memulai komunikasi jaringan.

Empat tahap di atas hanya berjalan bagi klien yang belum memiliki alamat. Untuk klien yang sebelumnya pernah memohon alamat kepada DHCP server yang sama, hanya tahap 3 dan tahap 4 yang dilakukan, yakni tahap pembaruan alamat (address renewal), yang jelas lebih cepat bagiannya.

Selisih dengan sistem DNS yang terdistribusi, DHCP bersifat stand-alone, sehingga jika dalam sebuah jaringan terdapat sebagian DHCP server, basis data alamat IP dalam sebuah DHCP Server tidak akan direplikasi ke DHCP server lainnya. Hal ini dapat dijadikan persoalan jika konfigurasi selang dua DHCP server tersebut berbenturan, karena protokol IP tidak mengizinkan dua host memiliki alamat yang sama.

Selain dapat mempersiapkan alamat dinamis kepada klien, DHCP Server juga dapat menetapkan sebuah alamat statik kepada klien, sehingga alamat klien akan tetap dari waktu ke waktu.

Catatan: DHCP server harus memiliki alamat IP yang statis.

DHCP Scope

DHCP Scope yaitu alamat-alamat IP yang dapat disewakan kepada DHCP client. Ini juga dapat dikonfigurasikan oleh seorang administrator dengan memanfaatkan peralatan konfigurasi DHCP server. Biasanya, sebuah alamat IP disewakan dalam jangka waktu tertentu, yang disebut sebagai DHCP Lease, yang umumnya bermutu tiga hari. Informasi mengenai DHCP Scope dan alamat IP yang telah disewakan yang belakang sekali disimpankan di dalam basis data DHCP dalam DHCP server. Nilai alamat-alamat IP yang dapat disewakan harus diambil dari DHCP Pool yang tersedia yang dialokasikan dalam jaringan. Kesalahan yang sering terjadi dalam konfigurasi DHCP Server yaitu kesalahan dalam konfigurasi DHCP Scope.

DHCP Lease

DHCP Lease yaitu batas waktu penyewaan alamat IP yang diberikan kepada DHCP client oleh DHCP Server. Umumnya, hal ini dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa oleh seorang administrator dengan memanfaatkan sebagian peralatan konfigurasi (dalam Windows NT Server dapat memanfaatkan DHCP Manager atau dalam Windows 2000 ke atas dapat memanfaatkan Microsoft Management Console [MMC]). DHCP Lease juga sering disebut sebagai Reservation.

DHCP Options

DHCP Options yaitu tambahan pengaturan alamat IP yang diberikan oleh DHCP ke DHCP client. Ketika sebuah klien memohon alamat IP kepada server, server akan memberikan paling tidak sebuah alamat IP dan alamat subnet jaringan. DHCP server juga dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa agar memberikan tambahan informasi kepada klien, yang tentunya dapat dilakukan oleh seorang administrator. DHCP Options ini dapat diaplikasikan kepada semua klien, DHCP Scope tertentu, atau kepada sebuah host tertentu dalam jaringan.

Dalam jaringan berbasis Windows NT, terdapat sebagian DHCP Option yang sering digunakan, yang dapat ditata dalam tabel berikut.

Nomor DHCP OptionNama DHCP OptionApa yang dikonfigurasikannya
003RouterMengonfigurasikan gateway baku dalam konfigurasi alamat IP. Default gateway merujuk kepada alamat router.
006DNS ServersMengonfigurasikan alamat IP untuk DNS server
015DNS Domain NameMengonfigurasikan alamat IP untuk DNS server yang dijadikan "induk" dari DNS Server yang bersangkutan.
044NetBIOS over TCP/IP Name ServerMengonfigurasikan alamat IP dari WINS Server
046NetBIOS over TCP/IP Node TypeMengonfigurasikan metode yang digunakan oleh klien untuk melakukan resolusi nama NetBIOS.
047NetBIOS over TCP/IP Scope haMembatasi klien-klien NetBIOS agar hanya dapat mengadakan komunikasi dengan klien lainnya yang memiliki alamat DHCP Scope yang sama.

Lihat pula

  • DHCPv6, Dynamic Host Configuration Protocol untuk IPv6

edunitas.com


Page 5

Protosejarah mengacu pada periode dalam sejarah, khususnya wilayah atau bangsa, yang telah memiliki sumber-sumber tertulis (sejarah) namun tidak berasal dari dari wilayah atau bangsa itu sendiri, atau telah benar sumber tertulis dari wilayah atau bangsa itu sendiri namun sumber itu belum dapat dibaca/ditafsirkan.[1]

Dalam rentang sejarah Indonesia, periode protosejarah terjadi pada masa awal tahun Masehi, dengan hal benar sumber-sumber Yunani dan Tionghoa yang menyebutkan hal benar wilayah di ujung timur yang menghasilkan rempah-rempah serta emas. Berita Tionghoa menyebutkan hal benar pemukim di pantai utara Jawa. Periode ini dianggap belakangnya semenjak temuan prasasti di Kutai yang diduga berasal dari masa seratus tahun ke-5 Masehi.

Periode ini juga umum dijumpai pada sejarah bangsa lain. Dalam sejarah Jerman, umpamanya, periode protosejarah terjadi ketika berita-berita Yunani Lawas dan Romawi menyebutkan hal benar bangsa "biadab" yang menghuni utara Pegunungan Alpen. Sejarahwan Romawi juga menulis beberapa kronik tentang hubungan selang orang-orang Romawi dan taklukannya dengan orang-orang Jermanik.

Catatan kaki


edunitas.com


Page 6

Protosejarah mengacu pada periode dalam sejarah, khususnya wilayah atau bangsa, yang telah memiliki sumber-sumber tertulis (sejarah) namun tidak berasal dari dari wilayah atau bangsa itu sendiri, atau telah benar sumber tertulis dari wilayah atau bangsa itu sendiri namun sumber itu belum dapat dibaca/ditafsirkan.[1]

Dalam rentang sejarah Indonesia, periode protosejarah terjadi pada masa awal tahun Masehi, dengan hal benar sumber-sumber Yunani dan Tionghoa yang menyebutkan hal benar wilayah di ujung timur yang menghasilkan rempah-rempah serta emas. Berita Tionghoa menyebutkan hal benar pemukim di pantai utara Jawa. Periode ini dianggap belakangnya semenjak temuan prasasti di Kutai yang diduga berasal dari masa seratus tahun ke-5 Masehi.

Periode ini juga umum dijumpai pada sejarah bangsa lain. Dalam sejarah Jerman, umpamanya, periode protosejarah terjadi ketika berita-berita Yunani Lawas dan Romawi menyebutkan hal benar bangsa "biadab" yang menghuni utara Pegunungan Alpen. Sejarahwan Romawi juga menulis beberapa kronik tentang hubungan selang orang-orang Romawi dan taklukannya dengan orang-orang Jermanik.

Catatan kaki


edunitas.com


Page 7

Protosejarah mengacu pada periode dalam sejarah, khususnya wilayah atau bangsa, yang telah memiliki sumber-sumber tertulis (sejarah) namun tidak berasal dari dari wilayah atau bangsa itu sendiri, atau telah benar sumber tertulis dari wilayah atau bangsa itu sendiri namun sumber itu belum dapat dibaca/ditafsirkan.[1]

Dalam rentang sejarah Indonesia, periode protosejarah terjadi pada masa awal tahun Masehi, dengan hal benar sumber-sumber Yunani dan Tionghoa yang menyebutkan hal benar wilayah di ujung timur yang menghasilkan rempah-rempah serta emas. Berita Tionghoa menyebutkan hal benar pemukim di pantai utara Jawa. Periode ini dianggap belakangnya semenjak temuan prasasti di Kutai yang diduga berasal dari masa seratus tahun ke-5 Masehi.

Periode ini juga umum dijumpai pada sejarah bangsa lain. Dalam sejarah Jerman, umpamanya, periode protosejarah terjadi ketika berita-berita Yunani Lawas dan Romawi menyebutkan hal benar bangsa "biadab" yang menghuni utara Pegunungan Alpen. Sejarahwan Romawi juga menulis beberapa kronik tentang hubungan selang orang-orang Romawi dan taklukannya dengan orang-orang Jermanik.

Catatan kaki


edunitas.com


Page 8

Protosejarah mengacu pada periode dalam sejarah, khususnya wilayah atau bangsa, yang telah memiliki sumber-sumber tertulis (sejarah) namun tidak berasal dari dari wilayah atau bangsa itu sendiri, atau telah benar sumber tertulis dari wilayah atau bangsa itu sendiri namun sumber itu belum dapat dibaca/ditafsirkan.[1]

Dalam rentang sejarah Indonesia, periode protosejarah terjadi pada masa awal tahun Masehi, dengan hal benar sumber-sumber Yunani dan Tionghoa yang menyebutkan hal benar wilayah di ujung timur yang menghasilkan rempah-rempah serta emas. Berita Tionghoa menyebutkan hal benar pemukim di pantai utara Jawa. Periode ini dianggap belakangnya semenjak temuan prasasti di Kutai yang diduga berasal dari masa seratus tahun ke-5 Masehi.

Periode ini juga umum dijumpai pada sejarah bangsa lain. Dalam sejarah Jerman, umpamanya, periode protosejarah terjadi ketika berita-berita Yunani Lawas dan Romawi menyebutkan hal benar bangsa "biadab" yang menghuni utara Pegunungan Alpen. Sejarahwan Romawi juga menulis beberapa kronik tentang hubungan selang orang-orang Romawi dan taklukannya dengan orang-orang Jermanik.

Catatan kaki


edunitas.com


Page 9

Bagaimana cara agar ip yang diberikan DHCP selalu sama pada client tertentu

Provinsi Samarqand adalah sebuah provinsi Uzbekistan yang memiliki luas wilayah 16.400 km² dan populasi 2.322.000 jiwa (2005). Ibu kotanya ialah Samarkand.


edunitas.com


Page 10

Bagaimana cara agar ip yang diberikan DHCP selalu sama pada client tertentu

Provinsi Samarqand adalah sebuah provinsi Uzbekistan yang memiliki luas wilayah 16.400 km² dan populasi 2.322.000 jiwa (2005). Ibu kotanya ialah Samarkand.


edunitas.com


Page 11

Bagaimana cara agar ip yang diberikan DHCP selalu sama pada client tertentu

Provinsi Samarqand adalah sebuah provinsi Uzbekistan yang memiliki luas wilayah 16.400 km² dan populasi 2.322.000 jiwa (2005). Ibu kotanya ialah Samarkand.


edunitas.com


Page 12

Bagaimana cara agar ip yang diberikan DHCP selalu sama pada client tertentu

Provinsi Samarqand adalah sebuah provinsi Uzbekistan yang memiliki luas wilayah 16.400 km² dan populasi 2.322.000 jiwa (2005). Ibu kotanya ialah Samarkand.


edunitas.com


Page 13

Tags (tagged): 4 Title of articles, 4 large round PSSI Championship First Division 1983, 4 large round PSSI Championship First Division 1985, 4 November, 4 September, 4-cylinder engine, 40, 400, 405, 420 's BC, 427 BC, 43, 432, 46, 470, 476, 480, 4th century BC, 4th millennium BC


Page 14

Tags (tagged): 4 Title of articles, 4 large round PSSI Championship First Division 1983, 4 large round PSSI Championship First Division 1985, 4 November, 4 September, 4-cylinder engine, 40, 400, 405, 420 's BC, 427 BC, 43, 432, 46, 470, 476, 480, 4th century BC, 4th millennium BC


Page 15

Tags (tagged): F Title of articles, F/A-18 Hornet, F1 2011 European Grand Prix, F1 Brazilian Grand Prix 2003, F1 Brazilian Grand Prix 2009, FC Sion, FC Slavyansky Slavyansk-na-Kubani, FC Slovan Liberec, FC Smena Komsomolsk-na-Amure, FIFA Ballon d' Or 2011, FIFA Ballon d'Or, FIFA Ballon d'Or 2012, FIFA Ballon d'Or 2013, Flag of Slovakia, Flag of Slovenia, Flag of Solomon Islands, Flag of Somalia, foster brother, Fotodiode, Fouad Rachid, Foued Kadir


Page 16

Tags (tagged): F Title of articles, F/A-18 Hornet, F1 2011 European Grand Prix, F1 Brazilian Grand Prix 2003, F1 Brazilian Grand Prix 2009, FC Sion, FC Slavyansky Slavyansk-na-Kubani, FC Slovan Liberec, FC Smena Komsomolsk-na-Amure, FIFA Ballon d' Or 2011, FIFA Ballon d'Or, FIFA Ballon d'Or 2012, FIFA Ballon d'Or 2013, Flag of Slovakia, Flag of Slovenia, Flag of Solomon Islands, Flag of Somalia, foster brother, Fotodiode, Fouad Rachid, Foued Kadir


Page 17

Tags (tagged): G Title of articles, Gary Andrew Stevens, Gary Breen, Gary Cahill, Gary Caldwell, Georginio Wijnaldum, Georgios George Koumantarakis, Georgios Karagounis, Georgios Samaras, Giuseppe Wilson, giussano, Givi Chokheli, Givi Dmitriyevich Chokheli, Granze, graph, grapheme, graphic, Gunter Friesenbichler, Gunungkidul Persig, Gunungsitoli, Gupta script


Page 18

Tags (tagged): G Title of articles, Gary Andrew Stevens, Gary Breen, Gary Cahill, Gary Caldwell, Georginio Wijnaldum, Georgios George Koumantarakis, Georgios Karagounis, Georgios Samaras, Giuseppe Wilson, giussano, Givi Chokheli, Givi Dmitriyevich Chokheli, Granze, graph, grapheme, graphic, Gunter Friesenbichler, Gunungkidul Persig, Gunungsitoli, Gupta script


Page 19

Tags (tagged): H Title of articles, Half-Blood Prince (character), Hali, halide, Halil Altintop, Harut and Marut, harvest, Harvesters combination, harvesting, Henk Bos (football player), Henk Ngantung, Henk Pellikaan, Henk Sneevliet, Hirofumi Moriyasu, Hirohito, Hiroki Sakai, Hiroshi Kiyotake, Houssine Kharja, Houston, Houston Dynamo, Houston Texans


Page 20

Tags (tagged): H Title of articles, Half-Blood Prince (character), Hali, halide, Halil Altintop, Harut and Marut, harvest, Harvesters combination, harvesting, Henk Bos (football player), Henk Ngantung, Henk Pellikaan, Henk Sneevliet, Hirofumi Moriyasu, Hirohito, Hiroki Sakai, Hiroshi Kiyotake, Houssine Kharja, Houston, Houston Dynamo, Houston Texans


Page 21

Tags (tagged): I Title of articles, Ibrahima Traore, Ibrox Stadium, Ibu Kota Beijing International Airport, Ibu Tien, Independiente, Index Kompas100, Index of Economic Freedom, India, Indonesian Young, Indonesian Youth Party, Indonesian ZALORA, Indonesias Got Talent, Internet Movie Database, Internet protocol, Internet protocol suite, Internet protocol television, ISO 3166-2, ISO 3166-2 : PH, ISO 3166-2 GB, ISO 4217


Page 22

Tags (tagged): I Title of articles, Ibrahima Traore, Ibrox Stadium, Ibu Kota Beijing International Airport, Ibu Tien, Independiente, Index Kompas100, Index of Economic Freedom, India, Indonesian Young, Indonesian Youth Party, Indonesian ZALORA, Indonesias Got Talent, Internet Movie Database, Internet protocol, Internet protocol suite, Internet protocol television, ISO 3166-2, ISO 3166-2 : PH, ISO 3166-2 GB, ISO 4217


Page 23

Tags (tagged): J Title of articles, Jabu Mahlangu, Jabu Pule, Jaca, Jacatra, January, January 1, January 10, January 11, Jens Bertelsen, Jens Hegeler, Jens Janse, Jens Jeremies, Johan Devrindt, Johan Djourou, Johan Elmander, Johan Hendrik Caspar Kern, Jorge Larrionda, Jorge Lobo Carrascosa, Jorge Luis Burruchaga, Jorge Luis Pinto


Page 24

Tags (tagged): J Title of articles, Jabu Mahlangu, Jabu Pule, Jaca, Jacatra, January, January 1, January 10, January 11, Jens Bertelsen, Jens Hegeler, Jens Janse, Jens Jeremies, Johan Devrindt, Johan Djourou, Johan Elmander, Johan Hendrik Caspar Kern, Jorge Larrionda, Jorge Lobo Carrascosa, Jorge Luis Burruchaga, Jorge Luis Pinto


Page 25

Tags (tagged): K Title of articles, Karl Erik Algot Almgren, Karl Gosta Herbert Lofgren, Karl Henry, Karl Hohmann, Kerkrade, Kermes ilicis, Kern County, California, Kernel (computer science), King of Bahrain Cup 2012, King of Bandits Jing, King Osanga, King Power Stadium, Konstantinos Mitroglou, Konstanz, Konya, Koo Ja-Cheol, Kwandang, North Gorontalo, Kwasi Appiah, KY, Kyai


Page 26

Tags (tagged): K Title of articles, Karl Erik Algot Almgren, Karl Gosta Herbert Lofgren, Karl Henry, Karl Hohmann, Kerkrade, Kermes ilicis, Kern County, California, Kernel (computer science), King of Bahrain Cup 2012, King of Bandits Jing, King Osanga, King Power Stadium, Konstantinos Mitroglou, Konstanz, Konya, Koo Ja-Cheol, Kwandang, North Gorontalo, Kwasi Appiah, KY, Kyai