B bagian apa dari sperma yang mampu menembus lapisan sel telur?

Fertilisasi adalah proses pembuahan dimana terjadi peleburan inti sel gamet laki-laki (sperma)  dengan inti sel gamet perempuan (ovum), menghasilkan sel baru yang disebut zigot. Zigot akan berkembang menjadi embrio dua sel, tiga sel, compact morula dan blastocyst. Sel blastocyst akan hatching atau menetas kemudian terjadi proses implantasi di rahim wanita. 

Secara umum jika proses pembuahan berhasil dan embrio berkembang normal, maka wanita akan hamil. Jika pembuahan dan perkembangan gagal, maka wanita akan menstruasi. Wanita harus memahami konsep fertilisasi ini. 

Pasalnya, ia bisa mengetahui seberapa peluang mendapatkan keturunan. Ketika terjadi masalah pada proses pembuahan ini, ia dapat segera mencari solusi yang tepat untuk mengatasinya. Selain itu, pemahaman terhadap konsep pembuahan ini penting bagi wanita yang ingin mencegah kehamilan. Selanjutnya, bagaimana proses pembuahan pada manusia? Simak penjelasan di bawah ini.

Proses Fertilisasi

Secara garis besar, proses fertilisasi dibagi menjadi empat tahapan yang diuraikan berikut ini.

1. Sel Sperma Masuk Ke Dalam Vagina

Pertama-tama, sel sperma hasil ejakulasi yang masuk ke dalam vagina akan di seleksi oleh cervix, sperma yang non motil dan  tidak bagus tidak akan berhasil menembus servix. Sperma yang berhasil melalui servix akan mengalami proses kapasitasi, dimana terjadi perubahan fisiologis pada sperma tersebut, sel sperma akan bergerak lebih aktif karena ion kalsiumnya mengalami peningkatan. Semakin mendekat sel sperma dengan sel telur, antigen yang terdapat pada permukaan sel sperma akan menghilang. Hal ini yang membuat sel telur terikat dengan sperma.

2. Sel Sperma dan Sel Telur Bertemu

Sel telur yang memiliki zona pellucida (lapisan pembungkus sel telur) yang terlalu tebal membuat sel sperma kesulitan mengikatnya. Bahkan proses pembuahan bisa gagal karena hal itu.

Pada tahap ini, sel sperma yang mengalami kapasitasi kemudian akan terjadi reaksi akrosom pada sperma tersebut, reaksi akrosom ini akan memudahkan sperma menembus sel telur,  sperma menghabiskan waktu paling cepat 45 menit untuk mencapai sel telur. Sel sperma berjalan sekitar 18 cm dari leher rahim (serviks) menuju tuba fallopi. Umumnya, sperma berenang kurang lebih 2,5 cm/15 menit.

3. Sel Sperma dan Sel Telur Bersatu

Sperma membutuhkan PH30 yang disebut fertilin untuk membuahi sel telur. Fungsi fertilizin adalah meleburkan kedua membran pada sel telur dan sel sperma sehingga sel sperma dapat masuk ke dalam sel telur. Tempat bertemunya sel sperma dan sel telur ini adalah di tuba fallopi.

Sel sperma melepas ekornya pada tahap ini. Sementara sebagian sperma lain seperti mitokondria bertugas untuk melakukan pembelahan terhadap sel telur sehingga sperma tersebut bisa masuk lebih dalam ke sel telur yang berukuran lebih besar dari sel sperma hingga proses pembuahan terjadi. Pembuahan sel telur membutuhkan waktu selama 16-18 jam.

4. Aktivasi

Tahap terakhir dari pembuahan adalah aktivasi atau respons sel telur terhadap sel sperma yang melakukan pembuahan. Biasanya respons pertama dari sel telur adalah mencegah polispermi atau pembuahan oleh banyak sel sperma (cortical reaction). Setelah proses pembuahan selama 18 jam berhasil, sel telur yang telah dibuahi dinamakan zigot. Ia akan berkembang menjadi embrio yang menempel pada dinding rahim dalam rentang waktu 8-10 hari. Jika tidak terjadi apa-apa, maka akan berkembang menjadi fetus atau janin yang merupakan organisme baru yang akan lahir di dunia.

Fertilisasi Buatan

Uraian sebelumnya menjelaskan fertilisasi adalah proses secara alami yang dapat dilakukan melalui hubungan seksual antara pria dan wanita. Namun, seiring berkembangnya teknologi, kini proses fertilisasi tidak terbatas pada hubungan seksual saja. Salah satu teknologi pembuahan di luar hubungan seksual saat ini adalah fertilisasi in vitro (IVF) atau bayi tabung.

IVF sendiri bisa dibagi menjadi 2: IVF konvensional dan Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI). Proses IVF konvensional dilakukan pada pasangan yang memiliki kualitas sperma normal, dengan cara mengawinkan sperma sejumlah (100 ribu) untuk 1 sel telur pada cawan petridish, Sedangkan ICSI dilakukan pada pasangan yang memiliki kualitas yang sangat sedikit minimal hanya ditemukan 1 sperma yang masih hidup. 1 sperma akan diinjeksikan langsung ke dalam cytoplasma dari sel telur. 

Sel telur yang terbuahi akan menjadi embrio, kemudian embrio yang terbaik akan diseleksi oleh embriologis, embryo bisa ditransfer atau dibekukan langsung tergantung penilaian dari dokter. Tidak jarang orang yang susah hamil mencari klinik yang bagus dan cocok untuk mengupayakan agar ia bisa melakukan program bayi tabung tersebut. 

Bahkan sampai ada yang rela merogoh saku dalam-dalam untuk pergi keluar negeri. Padahal ada Klinik Fertilitas di Indonesia terbaik yang berpengalaman sejak tahun 1977, yakni Morula IVF yang pusatnya di Jakarta. Tidak hanya program bayi tabung, banyak layanan terbaik di sana yang dapat menangani masalah fertilisasi.

WURI DIANASARI, 050210167E (2008) PENGARUH FASE AIR DAUN Justicia gendarussa Burm.f. TERHADAP AKTIVITAS ENZIM HIALURONIDASE SPERMATOZOA KELINCI IN VIVO. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Official URL: //lib.unair.ac.id

Abstract

Proses fertilisasi dapat terjadi apabila spermatozoa dapat menembus tiga lapisan sel telur yang masing-masing urutannya dari luar ke dalam adalah lapisan kumulus ooforus, korona radiata, dan zona pelusida. Untuk dapat menembus ketiga lapisan sel telur tersebut, spermatozoa mensekresi enzim spesifik, yaitu hialuronidase, Corona Penetration Enzyme (CPE), dan akrosin yang ketiganya berada pada bagian kepala spermatozoa (akrosom). Hialuronidase berperan untuk penetrasi kumulus ooforus dengan menghidrolisis asam hialuronat yang berfungsi sebagai perekat sel-sel penyusun matriks kumulus ooforus, CPE untuk penetrasi korona radiata, sedangkan akrosin untuk penetrasi zona pelusida. Adapun kerja ketiga enzim ini terjadi secara spesifik dan berurutan, jadi apabila hialuronidase telah bekerja menghidrolisis kumulus ooforus, maka enzim berikutnya akan disekresi. Sebaliknya apabila hialuronidase dihambat, maka akan terjadi penurunan kemampuan mendispersi kumulus ooforus sehingga pada akhirnya tidak terjadi penetrasi ke dalam kumulus ooforus. Tanaman Justicia gendarussa Burm.f memiliki kandungan flavonoid yang disebut gandarusin A (6,8-di--L-arabinosil-4',5,7-trihidroksi flavon) dan gandarusin B (6--L-arabinopiranosil-4',5,7-trihidroksi-8-β-D-silosilapigenin) (Prayogo, 2002). Di antara senyawa gandarusin yang terdapat dalam Justicia gendarussa Burm.f., kandungan kimia utama yang akan dimanfaatkan adalah gandarusin A, karena gandarusin A dapat menyebabkan antifertilitas yaitu dengan mencegah penetrasi spermatozoa dengan menurunkan aktivitas enzim hialuronidase spermatozoa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh fase air daun Justicia gendarussa Burm.f. terhadap aktivitas enzim hialuronidase spermatozoa kelinci in vivo. Banyak metode dikembangkan untuk menentukan aktivitas enzim hialuronidase. Salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode lempeng mikro. Aktivitas hialuronidase dapat diketahui dari kadar asam hialuronat sisa yang tidak terhidrolisis oleh hialuronidase dengan metode lempeng mikro. Metode ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain memiliki sensitivitas yang tinggi, praktis, waktu analisis cepat 96 sampel dapat dianalisa dalam satu waktu dan memerlukan jumlah substrat serta sampel enzim sedikit. Pada metode ini asam hialuronat disuspensikan dalam agarosa dengan konsentrasi masing-¬masing 0,8 mg/ml dan 0,8%. Suspensi tersebut diisikan dalam masing-masing lubang lempeng mikro sebanyak 100 µl. Kemudian sampel enzim yang sudah dipreparasi dimasukkan dalam lubang lempeng mikro yang telah berisi campuran tersebut, lalu diinkubasi pada suhu 37°C selama 17 jam. Setelah diinkubasi keluarkan sampel enzim kemudian masukkan setilpiridinium klorida 10% pada masing-masing lubang sebanyak 100 µl, inkubasi selama 30 menit pada suhu kamar kemudian diamati absorbansinya pada λ 595 nm dengan plate reader. Aktivitas hialuronidase dapat diketahui dari kadar asam hialuronat sisa yang tidak terhidrolisa oleh hialuronidase mengendap setelah diberi setilpiridinium klorida yang memberikan absorbansi pada λ 595 nm. Setelah itu akan didapat data pengukuran absorbansi asam hialuronat pada berbagai rentang kadar, sehingga menjadi persamaan regresi linier y = bx + a dengan y sebagai absorbansi asam hialuronat dan x sebagai kadar asam hialuronat. Kadar asam hialuronat sisa yang tidak terhidrolisa oleh enzim hialuronidase dapat diketahui dengan memasukkan data absorbansi masing-masing kelompok perlakuan pada persamaan regresi tersebut. Aktivitas hialuronidase dapat dinyatakan dalam unit yaitu enzim yang mengkatalisa pembentukan satu mikromol produk permenit. Aktivitas spesifik hialuronidase spermatozoa kelinci dapat diketahui dari aktivitas katalitik per milligram protein. Kadar protein dalam sampel tersebut dapat diketahui dengan membandingkan kadar Bovine Serum Albumin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas katalitik rata-rata enzim hialuronidase spermatozoa kelinci pada pemberian fase air gandarussa dengan dosis 1 (580mg/ kg BB ), dosis 2 ( 490 mg/kg BB ), dosis 3 ( 350 mg/kg BB ), masing-masing adalah 0,791.10-6 unit, 2,268.10-6 unit dan 2,603.10-6 unit, sedangkan aktivitas katalitik rata-rata enzim hualuronidase spermatozoa dengan kontrol positif (pemberian hesperidin) adalah 0,804.10-6 unit dan kontrol negatif (pemberian aquadest) adalah 3,102.10 unit. Aktivitas spesifik rata-rata enzim hialuronidase spermatozoa kelinci setelah pemberian fase air gandarussa seperti dosis diatas, masing-masing adalah 0,185.10-7 unit/mg; 0,440.10-7 unit/mg dan 0,545.10-7unit/mg. Sedangkan aktivitas spesifik rata-rata enzim hualuronidase spermatozoa dengan kontrol positif (pemberian hesperidin) adalah 0,291.10-7 unit/mg dan kontrol negatif (pemberian aquadest) adalah 1,430.10-7 unit/mg. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan aktivitas hialuronidase spermatozoa kelinci setelah pemberian fase air gandarussa dengan dosis 1 ( 580 mg/ kg BB ), dosis 2 ( 490 mg/kg BB ), dosis 3 ( 350 mg/kg BB ) peroral dibandingkan kontrol tanpa pemberian fase air gandarussa. Berdasarkan penelitian ini, disarankan adanya penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan dosis fase air gandarussa yang optimal dalam menghambat aktivitas hialuronidase spermatozoa in vivo.

Item Type: Additional Information: Uncontrolled Keywords: Subjects: Divisions: Creators: Contributors: Depositing User: Date Deposited: Last Modified: URI: Sosial Share:
Thesis (Skripsi)
KKB KK-2 FF 178/07 Dia p
HYALURONIC ACID; ACANTHACEAE
R Medicine
05. Fakultas Farmasi
CreatorsNIM
WURI DIANASARI, 050210167EUNSPECIFIED
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorbambang prajogo, DR. ,EW.MS.,AptUNSPECIFIED
Thesis advisorharianto notopuro, Prof.DR. dr. ,MSUNSPECIFIED
Nn Deby Felnia
02 Jan 2008 12:00
04 Jul 2017 20:13
//repository.unair.ac.id/id/eprint/8895

Actions (login required)

View Item

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA