Asahan deli batanghari kampar rokan merangin adalah nama-nama sungai yang terdapat di pulau

POSKUPANGWIKI.COM - Daftar 15 Nama Sungai di Sumatera, Indonesia.

Berikut Nama-nama sungai yang ada di Sumatera, sebagaimana dilansir poskupangwiki.com dari laman wikipedia indonesia :

1. Krueng Aceh

Krueng Aceh adalah sebuah sungai di provinsi Aceh, di bagian utara pulau Sumatra, Indonesia.

2. Sungai Asahan

Sungai Asahan adalah sebuah sungai sepanjang 147 Km di Provinsi Sumatra Utara, Indonesia.

Sungai ini mengalir dari mulut Danau Toba, melewati Porsea di Kabupaten Toba Samosir dan berakhir di Teluk Nibung, Selat Malaka, Kabupaten Asahan dekat Kota Tanjungbalai.

Di bagian hilir sungai, kejadian banjir kerap kali terjadi karena meluapnya air sungai ini. Sungai Asahan merupakan sungai terbaik ketiga di dunia untuk kegiatan arung jeram.

3. Sungai Barumun

Sungai Barumun adalah sungai di Sumatra yang bermata air di Siraisan, Kabupaten Padang Lawas di sebelah tenggara Provinsi Sumatra Utara, Indonesia, sekitar 1200 km di barat laut ibu kota Jakarta.

4. Batang Gadis

Sungai Batang Gadis adalah Sungai terpanjang di Kabupaten Mandailing Natal, dari Hulu Pakantan Muara Sipongi melewati Kotanopan, Panyabungan, Siabu, dan bermuara di Muara Batang Gadis, Mandailing Natal yang juga merupakan bagian dari Taman Nasional Batang Gadis, Sumatra

5. Batang Hari

Batang Hari adalah sungai terpanjang yang terletak di provinsi Jambi dan Sumatra Barat di pulau Sumatra, Indonesia.

6. Krueng Jamboaye

Krueng Jamboaye adalah sungai di provinsi Aceh, di Sumatra bagian utara, Indonesia, sekitar 1600 km di barat laut ibu kota Jakarta.

7. Sungai Kampar

Sungai Kampar merupakan sebuah sungai di Indonesia, sekitar 800 km di barat laut ibu kota Jakarta.

8. Sungai Indragiri

Batang Kuantan merupakan nama sungai yang terdapat di kabupaten Kuantan Singingi provinsi Riau, Indonesia, sekitar 800 km di barat laut ibu kota Jakarta.

9. Sungai Lematang

Sungai Lematang adalah sungai yang terletak di Provinsi Sumatra Selatan, Indonesia.

Sungai ini dikenal sebagai salah satu Batanghari Sembilan atau sembilan sungai besar yang mengalir di Sumatera Selatan.

10. Sungai Musi

Sungai Musi adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Sumatra Selatan, Indonesia.

Dengan panjang 750 km, sungai ini membelah Kota Palembang menjadi dua bagian. Jembatan Ampera yang menjadi ikon Kota Palembang pun melintas di atas sungai ini.

Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya hingga sekarang, sungai ini terkenal sebagai sarana transportasi utama bagi masyarakat.

11. Batang Rokan

Sungai Rokan adalah sebuah sungai yang terletak di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, Indonesia, sekitar 1100 km di barat laut ibu kota Jakarta.

12. Sungai Siak

Sungai Siak adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Riau, pulau Sumatra, Indonesia, sekitar 1000 km di barat laut ibu kota Jakarta.

13. Batang Tarusan

Batang Tarusan merupakan nama sungai yang membelah kabupaten Pesisir Selatan di provinsi Sumatra Barat.

Sungai ini berhulu pada sekitar Bukit Barisan antara kabupaten Solok dengan kabupaten Pesisir Selatan.

14. Way Tulangbawang

Sungai Tulangbawang adalah sungai terlebar dan terpanjang keempat di Provinsi Lampung, Indonesia.

Dengan luas daerah tangkapan 1.285 km persegi, sungai ini mendominasi bentang alam Kabupaten Tulangbawang dan melintasi ibu kota kabupaten, Menggala. Sebagai salah satu sungai terbesar di provinsi ini, alirannya digunakan oleh penduduk setempat terutama sebagai sumber air irigasi, dan sebagai sarana transporasi sungai.

15. Sungai Wampu

Sungai Wampu adalah sebuah sungai yang mengalir melalui 2 kabupaten di Sumatra Utara, Indonesia, yaitu Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat. (poskupangwiki.com/*) 

Sungai Terpanjang di Sumatera - Pulau Sumatera sumatera merupakan salah satu daerah yang kaya akan sumber daya alam. Banyak sekali pegunungan, lembah, maupun dataran yang ada di pulau tersebut. Tidak hanya itu saja, bahkan pulau sumatera juga terkenal dengan wilayah perairan darat khususnya sungai. Masing-masing sungai yang ada di Pulau Sumatera mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung kesana. Saat Anda mendengarkan sekilas tentang Pulau Sumatera maka Anda akan bisa mengetahui banyak keindahan yang terpampang disana. Selain fitur alam pegunungan, dataran, lembah dan sungai, masih banyak lagi keindahan pulau Sumatera yang bisa Anda jelajahi. Untuk saat ini, geologinesia khusus membahas terkait mengenai fitur alam berupa sungai, yaitu tentang daftar sungai terpanjang di Pulau Sumatera.

Sungai Terpanjang Yang Ada Di Pulau Sumatera

Adapun daftar pemegang rekor sungai terpanjang di Sumatera secara berurutan adalah sebagai berikut:
  1. Sungai Batang Hari (800 km)
  2. Sungai Musi (750 km)
  3. Sungai Batang Kuantan (500 km)
  4. Sungai Kampar (414 km)
  5. Sungai Siak (370 km)
  6. Sungai Batang Rokan (350 km)
  7. Sungai asahan (147 km)
  8. Sungai Way Tulang Bawang (136 km)
  9. Sungai Belawan (74 km)
  10. Sungai Deli (73 km)

(Lihat juga daftar lengkap nama sungai di Indonesia)

Keindahan Beberapa Sungai Terpanjang di Sumatera

Di bawah ini kita akan membahas terkait dengan keindahan yang dipilih dari beberapa sungai yang telah disebutkan diatas, yaitu:

1. Sungai Batang Hari


Sungai batang hari sendiri merupakan salah satu sungai yang sudah cukup terkenal di pulau Sumatera dan tentunya memiliki luas yang sungguh menakjubkan. Dimana luas dari sungai batang hari ini sendiri adalah sekitar 4,9 juta Ha. Dan tentunya sungai ini sendiri merupakan sungai terpanjang di Sumatera yang menjadi pusat aliran sungai di beberapa kabupaten terdekat.

2. Sungai Kampar


Sungai kampar berada di wilayah Sumatera Barat dan berakhir di kota Riau. Tentunya sungai ini menjadi salah satu sungai terpanjang di pulau Sumatera dan tentunya memiliki keindahan yang luar biasa. Karena sungai yang satu ini di kelilingi oleh beberapa gunung yang terbentang dan hijau. Sehingga membuat mata Anda segar saat melihat keindahan dari sungai yang satu ini.

3. Sungai Asahan



Sungai Asahan adalah salah satu sungai terpanjang di Pulau Sumatera yang berada di wilayah Sumatera Utara. Sungai ini pada dasarnya merupakan aliran dari mulut danau toba yang mengalir hingga ke Porsea yang ada di Kabupaten Asahan. Tentunya sungai terpanjang ini sendiri mmeiliki kualitas air yang cukup bersih dan tentunya memiliki manfaat bagi aktivitas masyarakat. Salah satu manfaat selain sebagai sumber air tentunya digunakan sebagai objek wisata arum jeram.

4. Sungai Belawan

Sungai ini juga merupakan salah satu sungai terpanjang dan letaknya berada di wilayah Sumatera Utara. Sungai yang satu ini tentunya masih memiliki anak sungai lagi yaitu sungai Baharu, sungai paluh manan, serta sungai badak.

5. Sungai Deli

Sungai Deli juga merupakan salah satu sungai terpanjang di pulau Sumatera. Akan tetapi sayangnya sungai ini tidak terawat oleh masyarakat sekitar sehingga tidak dapat di manfaatkan karena banyaknya pencemaran lingkungan yang terjadi. Dan tentunya hal tersebut sangat merugikan bagi masyarakat dengan adanya pencemaran lingkungan yang ada di Sungai tersebut. Dari Penjelasan tersebut tentunya dapat disimpulkan bahwa pemegang rekor sungai terpanjang di Sumatera adalah Sungai Batang Hari dengan panjang 800 kilometer. Pulau Sumatera sendiri memiliki banyak sekali wilayah perairan yang luas. Wilayah perairan yang ada di Pulau Sumatera sendiri berupa sungai yang banyak terbentang luas disana. Masing-masing sungai terpanjang di Pulau Sumatera memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Meskipun ada beberapa sungai yang tidak mendapatkan perawatan yang baik sehingga terjadi penceraman lingkungan didalamnya. Tanya-jawab terkait sungai terpanjang di Pulau Sumatera:

1. Sebutkan nama sungai terpanjang di Pulau Sumatera?

Jawab: Sungai terpanjang di Pulau Sumatera adalah Sungai Batang Hari dengan panjang sekitar 800 kilometer.

2. Sebutkan 5 nama sungai yang ada di Pulau Sumatera?

Jawab: 5 nama sungai besar dan terkenal di Pulau Sumatera adalah S.Batang Hari, S.Musi, S.Batang Kuantan, S.Kampar, dan S.Siak.

  • Pulau Sumatera secara topografi terdiri dari dataran rendah, perbukitan dan pegunungan. Topograpi ini membangun banyak sungai, sehingga Sumatera dapat disebut “Pulau Seribu Sungai”.
  • Selama ratusan atau ribuan tahun, sungai-sungai ini telah membentuk berbagai suku dan bahasa di Sumatera sejak masa purba, hingga melahirkan banyak kerajaan besar, seperti Kerajaan Melayu, Kedatuan Sriwijaya, Kerajaan Darmasraya, Kerajaan Minangkabau, serta sejumlah kesultanan.
  • Keberadaan puluhan sungai besar di Sumatera kini terancam rusak atau hilang akibat aktivitas ekonomi ekstraktif, illegal logging, seperti perkebunan skala besar, penambangan, pembangunan infrastruktur, baik di wilayah dataran tinggi maupun rendah.
  • Dibutuhkan upaya menyelamatkan sungai-sungai di Sumatera, baik melalui pengetahuan tentang identitas masyarakat Sumatera terkait sungai, dan upaya berdamai dengan sungai dengan berbagai kegiatan atau tindakan.

Pulau Sumatera [Swarnadwipa, Perca, atau Andalas] luasnya mencapai 44.306.500 hektar. Pulau keenam terbesar di dunia setelah Greenland, New Guinea, Kalimantan, Madagaskar, dan Baffin. Topografi pulau ini kombinasi dataran rendah, perbukitan, dan pegunungan. Pulau ini pun dikenal sebagai “Pulau Seribu Sungai”.

Pernyataan “Pulau Seribu Sungai” disampaikan Gusti Asnan dalam bukunya “Sungai dan Sejarah Sumatera [2016]”. Ungkapan tersebut karena hampir semua wilayah di Pulau Sumatera terdapat sungai. Apakah sungai besar, sungai kecil, serta aliran.

Penyebutan struktur sungai di Sumatera digambarkan seperti sebuah pohon. Batang [sungai], dahan [anak sungai], cabang [anak air], ranting [aliran], tangkai [parit], dan tampuk [mata air].

Namun, tulis Gusti, sedikit sekali buku yang membahas tentang sungai-sungai di Sumatera. Di masa kolonial Belanda, para pengelana atau penulis buku seperti Maas [1905], Kohl [1914], Lekkerkerker [1916], Schrieke [1925], Bosch [1930], Parada Harapan [1927], dan Loeb [1935], lebih menekankan dinamika politik, keeksotisan alam, budaya dan masyarakatnya. Juga, potensi ekonomi Pulau Sumatera dalam pengembangan perkebunan, pertanian, dan perdagangan. Sungai-sungai nyaris tidak diungkap.

Baca: Kejayaan Bahari dan Kesadaran yang Hilang Merawat Sungai Musi

Masyarakat yang hidup di pinggiran Sungai Musi di Palembang, Sumatera Selatan. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

Setelah kemerdekaan, para penulis “daerah-sentris” macam Dali Moetiara [1946], Ismail Yacoeb [1946], hingga Muhammad Ibnu Ibrahim [1977], nyaris tidak mengungkapkan tentang sungai terkait sejarah lokal.

Baru di era 1970-an mulai dikupas sungai di Sumatera, seperti Bennet Bronson [1977] yang menulis hubungan dagang dan politik antara pedalaman [hulu] dengan kawasan pantai [muara] di Asia Tenggara.

Dikutip dari “Atlas Bentanglahan Sumatera” yang dikeluarkan Badan Informasi Geospasial pada Desember 2015, dijelaskan beragam suku hidup di Sumatera. Misalnya Aceh, Batak, Melayu, Minangkabau, Pasemah, Ogan, Komering, Musi, Palembang, dan Lampung, yang hidup dengan 20 bahasa. Seperti bahasa Aceh, Alas, Angkola, Gayo, Kubu, Palembang, Lampung, Mandailing, Melayu, Orang Laut, Pakpak, Rejang Lebong, Riau, Sikule, dan Simulur.

Mereka hidup tak lepas dari keberadaan sungai. Terdapat enam sungai besar yang berhulu di Bukit Barisan dan bermuara di pesisir timur Sumatera, yakni Sungai Musi, Batanghari, Indragiri, Kampar, Siak, dan Rokan.

Baca: Berapa Jenis Ikan yang Hidup di Sungai Musi dan Pesisir Timur Sumatera Selatan?

Perahu ketek masih menjadi angkutan utama di Sungai Musi untuk jakur Palembang Ilir dan Palembang Ulu. Foto: Ikral Sawabi/Mongabay Indonesia

Peradaban bahari

Sejak ribuan tahun lalu, sungai-sungai tersebut membentuk peradaban manusia Sumatera. Dari masa purba [neolitik dan megalitikum], kerajaan, kesultanan, hingga hari ini. Sungai berfungsi sebagai sumber air bersih, pakan [ikan], pertanian, perkebunan, dan jalur transportasi.

Banyak kota tua atau permukiman di Sumatera yang bertahan saat ini, berada di sekitar sungai. Hubungan masyarakat di Sumatera dengan lautan dan sungai sangat kuat sehingga dikenal sebagai bangsa bahari.

Kedatuan Sriwijaya yang pusat pemerintahannya di Sungai Musi [Palembang] dapat dikatakan sebagai puncak peradaban bahari tersebut. Pada saat itu, berkembang teknologi perahu atau perkapalan yang mampu menjelajah Nusantara, Asia, Timur Tengah, hingga Afrika.

Namun tidak hanya Sungai Musi [750 kilometer] yang memiliki sejarah penting Kedatuan Sriwijaya, Sungai Batanghari [800 kilometer] dan Sungai Kampar [413,5 kilometer] juga. Di sekitar Sungai Batanghari terdapat peninggalan Kedatuan Sriwijaya yakni Candi Muaro Jambi [11-12 Masehi], dan Candi Muaro Takus [11 Masehi] di sekitar Sungai Kampar.

Kerajaan-kerajaan besar di Sumatera yang memanfaatkan sungai, bukan hanya Kedatuan Sriwijaya. Juga Kerajaan Melayu, Kerajaan Darmasraya, Kerajaan Minangkabau, dan lainnya.

Sungai Musi selain melahirkan Kedatuan Sriwijaya, juga Kerajaan Palembang dan Kesultanan Palembang. Sungai Batanghari selain Kerajaan Melayu juga Kerajaan Darmasraya. Lalu Kerajaan Minangkabau yang memanfaatkan sungai, seperti Batang Buo dan Batang Selo.

Selanjutnya Kerajaan Indragiri di tepi Sungai Indragiri, Kerajaan Siak Sri Indrapura di tepi Sungai Siak, Kerajaan Kuantan di tepi Batang Kuantan, Kerajaan Bila [Pane] di tepi Sungai Bila dan Batang Pane, serta Kerajaan Rokan di tepi Sungai Rokan.

Sama seperti Kedatuan Sriwijaya, teknologi perahu dan perkapalan merupakan andalan untuk kegiatan politik, ekonomi, dan lainnya, sebagai ciri peradaban bahari.

Baca: Foto: Melestarikan Sungai di Pasaman Melalui Arung Jeram

Kapal Kerajaan Sriwijaya tahun 800-an Masehi yang terukir di Candi Borobudur. Sumber: Wikipedia Commons/MichaelJ Lowe/Atribusi-Berbagi 2.5 Generik

Sungai-sungai kian rusak

Sebagian besar sungai-sungai di Sumatera saat ini kian terancam. Terjadi pendangkalan, penyempitan, terpotong, tercemar, bahkan ditimbun. Ini dampak illegal logging, pembangunan infrastruktur, aktivitas pertanian, perkebunan, pertambangan, industri, serta kegiatan manusia lainnya.

Penebangan pohon di wilayah DAS [Daerah Aliran Sungai] di Sumatera dimulai dari masa kolonial Belanda, baik untuk mengambil kayunya maupun pembukaan lahan untuk perkebunan. Rezim Orde Baru melanjutkan tradisi tersebut, dan masyarakat beserta pelaku usaha pun terlibat dalam kegiatan illegal logging.

Pertambangan batubara, emas, serta perkebunan skala besar yang terlihat cukup cepat mengubah sungai-sungai tersebut, seperti Sungai Batanghari [Sumatera Barat dan Jambi] Sungai Air Bengkulu [Bengkulu], Sungai Musi [Sumatera Selatan], termasuk Sungai Kampar, Sungai Sumpur-Sungai Rokan [Riau], hingga terancamnya Sungai Batang Gadis [Sumatera Utara] dan Sungai Alas [Aceh].

Penambangan emas liar dimulai dari kawasan hulu Sungai Batanghari yang berada di Sumatera Barat, yakni di Kabupaten Solok Selatan, Sawahlunto, Sijunjung dan Dharmasraya.

Baca: Kala Kondisi Sungai-sungai di Jambi Makin Memprihatinkan

Kegiatan arung jeram di Sungai Alahan Panjang, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

Dikutip dari kumparan.com, Dr. Muhammad Ridwansyah, pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis [FEB] Universitas Jambi, mengatakan kondisi mutu air Sungai Batanghari sudah tidak baik. Banyak mengandung E.coli dan coliform.

Salah satu penyebab, maraknya penambangan emas liar di Daerah Aliran Sungai [DAS] Batanghari. Jelasnya, dampak penambangan emas liar ini menyebabkan rusaknya 1,1 juta hektar dari 5,2 juta hektar DAS Batanghari. Sementara areal pertanian menjadi lahan penambangan emas seluas 2.071,5 hektar.

Komunitas Konservasi Indonesia [KKI] Warsi pada 2019 mencatat, Kabupaten Sarolangun dan Merangin merupakan daerah bukaan penambangan emas terluas. Sarolangun [14.126 hektar] dan Merangin [12.349 hektar]. Kerugian negara diperkirakan Rp2,5 triliun dari penambangan emas ilegal tersebut.

Baca: Perlu Upaya Serius Selamatkan Sungai di Sumatera Utara

Sungai Alas-Singkil termasuk sungai terpanjang di Aceh. Alirannya menuju Samudra Hindia. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

Sungai Musi juga kondisinya hampir sama. Mutu air Sungai Musi terus memburuk atau tercemar berat. Kondisi ini tak lepas dari berbagai kegiatan ekonomi. Misalnya, penambangan batubara yang sebagian besar di wilayah DAS Musi ini luasnya mencapai jutaan hektar. Pada 2009 dikeluarkan izin seluas 1,2 juta hektar, pada 2010 [928.700 hektar], tahun 2011 [483.881 hektar], serta 2012-2013 [205.000 hektar]. Angkutan tongkang batubara juga mengganggu Sungai Musi.

Luas perkebunan sawit di Sumatera Selatan saat ini sekitar 1,18 juta hektar. Hampir semua perkebunan sawit tersebut sistem pengairannya pada akhirnya bermuara di Sungai Musi.

Kondisi ini diperparah dengan keberadaan berbagai industri, seperti PLTU Mulut Tambang, pabrik pengolahan getah karet, serta industri lainnya seperti PT. Pupuk Sriwidjaja dan Pertamina.

“Jika bentang alam di Sumatera [dataran tinggi, dataran rendah dan pesisir] rusak, kemungkinan besar sungai-sungai itu hilang. Hilangnya sungai-sungai di Sumatera, menghilangkan pula peradaban manusia Sumatera,” kata Dr. Husni Tamrin, budayawan Palembang, kepada Mongabay Indonesia.

Jika beranjak dari buku “Sungai dan Sejarah Sumatera [2016]” yang ditulis Gusti Asnan, bahwa lebih banyak buku yang menulis Sumatera sebagai “daratan” dibandingkan sungai. Ini yang mungkin mendorong pemikiran manusia Indonesia terhadap Sumatera pada hari ini lebih cenderung mengeksplorasi daratan sebagai sumber ekonomi dibandingkan menjaga sungai-sungainya.

Baca juga: Tidak Rela, Sungai Alas-Singkil Dibendung

Sungai-Alas Singkil merupakan urat nadi kehidupan masyarakat. Tidak hanya sebagai sumber penghidupan tetapi juga digunakan untuk jalur transportasi. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

Pengetahuan identitas

Conie Sema, pekerja seni dari Teater Potlot, mengatakan penelusuran identitas budaya bahari yang kemudian dijadikan pengetahuan bagi manusia Sumatera saat ini, merupakan langkah utama untuk menyelamatkan sungai-sungai di Sumatera.

“Harus dijadikan pengetahuan bagai generasi hari ini, jika kebudayaan masyarakat Sumatera lahir dan tumbuh dari sungai-sungai tersebut. Jika sungai-sungai hilang, sejarah budaya masyarakat Sumatera pun hilang. Selain itu, sungai juga merupakan sumber pengetahuan yang harus dioptimalkan guna membangun peradaban manusia Sumatera ke depan,” kata Conie.

Gusti Asnan mengatakan, upaya tersebut sebagai “berdamai dengan sungai”. Upaya ini, katanya, mulai dilakukan pemerintah, seperti melakukan rehabilitasi kawasan hutan [DAS], serta berbagai kegiatan bersifat hiburan dan ekonomi, yang dilakukan sejumlah pemerintah daerah terhadap sungai.

Mulai dari Festival Krueng Aceh, Pesta Sungai Deli, Potang Balimau di Sungai Rokan dan Batang Mahat, Pacu Jalur di Sungai Kuantan, Lomba Perahu Tradisional dan Naga di Sungai Batanghari, Lomba Perahu Bidar dan Musi Triboatton di Sungai Musi, hingga Tradisi Belangekhan di Sungai Akar.

“Upaya berdamai dengan sungai [baru] dilaksanakan dalam kurun waktu relatif singkat. Hasil atau perubahan yang luar biasa tentu belum terlihat. Namun sikap optimis perlu dibangun. Perubahan akan muncul dan lingkungan sungai akan bersih. Sungai akan menjadi lebih ramah di masa depan. Bagaimana akhir dari upaya berdamai dengan sungai ini? Sejaralah yang akan membuktikannya,” tulis Gusti Asnan.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA