Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua dan pola asuh terhadap kemandirian anak dalam keluarga yang dilakukan di dua PAUD yaitu PAUD “Roemah Kita” dan “Indrya Paramartha” di Sleman Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan penelitian korelasi dengan pendekatan kuantitatif desain korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di PAUD “Roemah Kita” dan “Indrya Paramartha” di Sleman Yogyakarta. Subyek penelitian ini adalah siswa yang berumur 3-6 tahun dengan membagikan kuesioner ke orang tua di PAUD “Roemah Kita” dan “Indrya Paramartha” di Sleman Yogyakarta yang berjumlah 85 siswa. Instrumen yang digunakan adalah instrumen non tes. Validitas yang digunakan adalah validitas kriteria, validitas butir instrumen diuji dengan menggunakan analisis faktor, sedangkan untuk reliabilitas instrumen diuji menggunakan rumus Alpha. Untuk analisis data menggunakan chi square dan korelasi spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan orang tua baik orang tua yang berpendidikan SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi cenderung menggunakan pola asuh demokratif. Terdapat korelasi antara tingkat pendidikan orang tua dengan pola asuh akan tetapi hubungannya lemah. Hal ini ditunjukkan pada hasil analisis korelasi spearman sig sebesar 0,035 < 0,05 dan harga koefisien korelasi sebesar 0,229 hal ini berarti bahwa sumbangan tingkat pendidikan orang tua terhadap pola asuh sebesar 22,9%. Tingkat pendidikan orang tua tidak berkorelasi dengan kemandirian anak dalam keluarga. Hal ini ditunjukkan dengan sig sebesar 0,668 > 0,05. Pola asuh demokratif juga belum mewarnai kemandirian anak. Pola asuh tidak berkorelasi dengan kemandirian anak dalam keluarga. Hal ini ditunjukkan pada hasil analisis chi square crosstabulation dan analisis korelasi spearman dengan nilai sig sebesar 0,165 > 0,05.
Abstrak Perkembangan berbicara sebagai bagian dari perkembangan bahasa anak merupakan suatu proses yang menggunakan bahasa ekspresif dalam membentuk arti. Speech Delay adalah proses keterlambatan berbicara seorang anak dibandingkan dengan proses berbicara anak-anak seusianya. Gangguan terlambat bicara ini menimbulkan dampak bagi anak dalam mengembangkan keterampilan sosial (social skill) dan ketika membangun hubungan sosial dengan orang lain. Karena gangguan ini anak menjadi sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain. Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas,. Kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya serta faktor lain di luar tubuh seperti lingkungan, faktor anak yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian 2 bahasa semuanya dapat menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan bicara pada anak yaitu Speech Delay (keterlambatan bicara).
Penelitian dilatar belakangi sebagai berikut. Pertama, memperhatikan pola psikologis anak dan bagaimana kelayakan media yang ditonton. Kedua, sebaiknya orang tua/guru memperhatikan atau mendampingi anak dalam menonton media televisi sekarang Ketiga, guru kurang mewaspadai bila ada media televisi yang menayangkan berita porno, criminal, kejahatan seks, LGBT dsa, untuk mengantisipasinnya. Tujuan penelitian ini adaalah kemampuan menjelaskan kemampuan interpretasi anak usia dini tentang tayangan media (televisi) RA. Ashhabul Kahfi. Penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan menggunakan Metode Deskrptif. Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Populasi penelitian ini adalah RA. Ashhabul Kahfi yang berjumlah 18 anak. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, menentukan skor yang dilihat dari penggunaan kemampuan interpretasi anak usia dini tentang tayangan media (televisi) RA. Ashhabul Kahfi dengan menggunakan format rubrik penilaian. Kedua, mengubah skor kemampuan interpretasi anak usia dini tentang tayangan media (televisi) RA. Ashhabul Kahfi menjadi nilai. Ketiga, mencari rata-rata kemampuan interpretasi anak usia dini tentang tayangan media (televisi) RA. Ashhabul Kahfi berdasarkan rata-rata hitung (M). Keempat, kemampuan interpretasi anak usia dini tentang tayangan media (televisi) RA. Ashhabul Kahfi berdasarkan skala 10. Kelima, menguraikan hasil analisis data dengan cara mendeskripsikan kemampuan interpretasi anak usia dini tentang tayangan media (televisi) RA. Ashhabul Kahfi. Keenam, menuliskan histogram hasil penelitian. Ketujuh, meyimpulkan hasil penelitian.