Apakah keunggulan dari hidroponik brainly?

Lihat Foto

PIXABAY/IAMARERI

Ilustrasi hidroponik.

KOMPAS.com - Hidroponik menjadi salah satu inovasi dalam dunia bercocok tanam. Hidroponik tidak memerlukan lahan yang luas, sehingga ini menjadi salah satu kelebihannya.

Saat ini, hidroponik sudah menjadi hal yang lumrah di kalangan masyarakat. Banyak yang memilih bercocok tanam dengan sistem hidroponik karena dianggap lebih efektif dan efisien.

Apa itu hidroponik?

Definisi hidroponik

Menurut Siti Istiqomah dalam buku Menanam Hidroponik (2007), hidroponik berasal dari Bahasa Latin, hydro dan phonos. Hydro berarti air dan phonos berarti kerja. Dalam konteks ini, hidroponik diartikan sebagai air yang bekerja.

Namun, dalam bidang bercocok tanam, hidroponik adalah kegiatan pertanian yang menjadikan air sebagai medium utama untuk menggantikan tanah. Hidroponik juga dapat diartikan sebagai sistem penanaman tanpa menggunakan media tanah.

Teknik menanamnya bisa menggunakan media tanam non tanah, seperti kerikil, pasir kasar ataupun sabut kelapa.

Baca juga: Perhitungan Biaya Budidaya Tanaman Hias

Sistem hidroponik sudah dikenal dan diterapkan sejak lama, yakni semenjak abad ke-16 Masehi. Menurut sejarah yang beredar, The Hanging Garden of Babylon dipercaya sebagai penggunaan hidroponik pertama di dunia.

Dari abad ke abad hingga sekarang, hidroponik terus berkembang pesat. Tidak hanya di luar negeri, tetapi juga di Indonesia. Caranya sama, yakni dengan menjadikan air sebagai medium utamanya.

Manfaat hidroponik

Hidroponik memiliki sejumlah manfaat. Apa sajakah itu?

Bercocok tanam dengan menggunakan tanah, terkadang bisa menimbulkan hama yang berasal dari tanah itu sendiri. Penggunaan sistem hidroponik untuk bercocok tanam bisa meminimalisasi atau menghilangkan hama yang menjadi musuh utama tanaman.

Pertanianku — Bagi pemula yang akan mulai berhidroponik, sebaiknya pahami dulu kekurangan hidroponik itu sendiri agar Anda melakukannya dengan tepat. Sebab, walaupun sebuah metode atau teknik baru memberikan berbagai kelebihan dan kemudahan, tentunya akan ada kekurangan juga.

Foto: Pixabay

Begitu pun dengan sistem hidroponik, walaupun digadang-gadang sebagai salah sebuah solusi guna menanggulangi keterbatasan lahan, tetapi sistem hidroponik pun mempunyai kekurangan.

Sebelum mengulas masalah kekurangan dan kelebihan hidroponik, sebaiknya Anda mengenal terlebih dahulu apa itu sistem hidroponik?

Sesuai namanya “hidro” itu artinya “air”, maka hidroponik adalah cara budidaya tanaman tanpa mempergunakan media tanah, tetapi dengan memakai media air. Sistem hidroponik ini pun mempunyai beberapa cara yang bisa Anda pilih menurut kemampuan dan modal yang dimiliki.

Anda hanya perlu mencukupi keperluan nutrisi terhadap unsur hara makro ataupun mikro untuk pertumbuhan tanaman yang umumnya diperoleh dari tanah. Dapat dikatakan bahwa sistem hidroponik ini mengganti tanah dengan air yang telah diberi nutrisi khusus sebelumnya.

Setelah mengetahui apa itu hidroponik, sekarang saatnya Anda mengetahui kekurangan hidroponik dalam budidaya tanaman berikut ini.

  • Investasinya di awal lumayan mahal.
  • Memerlukan modal yang cukup besar, terlebih bila Anda berencana melakukannya dalam skala besar. Modal tersebut untuk membeli alat-alat dan bahan yang diperlukan.
  • Peralatan dan perawatannya masih jarang. Sistem hidroponik belum begitu memasyarakat di Indonesia sehingga alat-alat khusus akan sulit didapatkan secara bebas. Begitu pula dengan peralatan untuk pemeliharaan/perbaikannya.
  • Memerlukan kecermatan lebih, hal ini disebabkan Anda mesti betul-betul mengawasi nutrisi yang diberikan sampai taraf keasaman pH tanaman tersebut.
  • Membutuhkan keterampilan tersendiri.

Adapun kelebihan hidroponik dibandingkan dengan pertanian biasa sebagai berikut.

  • Tidak memerlukan tanah karena hidroponik tidak menggunakan tanah untuk media tanamnya. Hal ini membuat lingkungan tempat bertanam menjadi bersih.
  • Pertumbuhan tanaman jadi lebih pesat karena nutrisi yang diperlukan lebih mudah terserap karena berbentuk cairan.
  • Lebih efektif dalam penggunaan air kaena Anda tidak perlu menyiram tanaman.
  • Tidak banyak memerlukan orang/tenaga kerja untuk membuat lahan, menanam, dan melakukan pemanenan.
  • Proses pemanenan hasil tanaman jadi semakin mudah.
  • Hasil panen yang diperoleh oleh petani/pembudidaya tanaman lebih banyak.
  • Menghemat ruangan/tempat.
  • Higienis, sayuran atau buah yang dihasilkan akan lebih terjamin kebersihannya dibandingkan dengan yang ditanam pada lahan sawah/perkebunan biasa.
  • Lebih kecil risikonya terserang hama dan penyakit.
  • Tidak bergantung pada cuaca.
  • Lebih irit dan efektif dalam penggunaan pupuk.

Baca Juga:  Sederet Manfaat Pupuk Organik

Demikian beberapa kekurangan hidroponik beserta kelebihannya yang perlu Anda ketahui sebelum bercocok tanam dengan sistem hidroponik.

Hidroponik (bahasa Inggris: hydroponic) adalah salah satu metode dalam budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan hara nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas.[1]

Hidroponik berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang artinya daya. Hidroponik juga dikenal sebagai soilless culture atau budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi hidroponik berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilless.

Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman.

Di mana pun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila nutrisi (unsur hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi dari tanah adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut nutrisi, untuk kemudian bisa diserap tanaman. Pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan teknik bertanam dengan hidroponik, di mana yang ditekankan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Sistem hidroponik bisa digunakan untuk mengatasi masalah kekurangan lahan yang semakin tahun semakin sempit. Diharapkan hidroponik mampu menjadi manfaat untuk masa depan karena mampu diberdayakan dalam kondisi lahan sempit.

Pada mulanya, kegiatan membudidayakan tanaman yang daratan tanpa tanah ditulis pada buku Sylva Sylvarum oleh Francis Bacon dibuat pada tahun 1627, dicetak setahun setelah kematiannya. Teknik budidaya pada air menjadi penelitian yang populer setelah itu. Pada tahun 1699, John Woodward menerbitkan percobaan budidaya air dengan spearmint. Ia menemukan bahwa tanaman dalam sumber-sumber air yang kurang murni tumbuh lebih baik dari tanaman dengan air murni.

Pada tahun 1842 telah disusun daftar sembilan elemen diyakini penting untuk pertumbuhan tanaman, dan penemuan dari ahli botani Jerman Julius von Sachs dan Wilhelm Knop, pada tahun-tahun 1859-1865, memicu pengembangan teknik budidaya tanpa tanah.[2] Pertumbuhan tanaman darat tanpa tanah dengan larutan yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi mineral bagi tanaman. Dengan cepat menjadi standar penelitian dan teknik pembelajaran, dan masih banyak digunakan saat ini. Sekarang, Solution culture dianggap sebagai jenis hidroponik tanpa media tanam inert, yang merupakan media tanam yang tidak menyediakan unsur hara.

Pada tahun 1929, William Frederick Gericke dari Universitas California di Berkeley mulai mempromosikan secara terbuka tentang Solution culture yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian.[3][4] Pada mulanya dia menyebutnya dengan istilah aquaculture (atau di Indonesia disebut budidaya perairan), namun kemudian mengetahui aquaculture telah diterapkan pada budidaya hewan air. Gericke menciptakan sensasi dengan menumbuhkan tomat yang menjalar setinggi duapuluh lima kaki, di halaman belakang rumahnya dengan larutan nutrien mineral selain tanah.[5] Berdasarkan analogi dengan sebutan Yunani kuno pada budi daya perairan, γεωπονικά,[6] ilmu budidaya bumi, Gericke menciptakan istilah hidroponik pada tahun 1937 (meskipun ia menegaskan bahwa istilah ini disarankan oleh WA Setchell, dari University of California) untuk budidaya tanaman pada air (dari Yunani Kuno ὕδωρ, air ; dan πόνος, tenaga[6]).[2]

Pada laporan Gericke, dia mengklaim bahwa hidroponik akan merevolusi pertanian tanaman dan memicu sejumlah besar permintaan informasi lebih lanjut. Pengajuan Gericke ditolak oleh pihak universitas tentang penggunaan greenhouse dikampusnya untuk eksperimen karena skeptisme orang-orang administrasi kampus. dan ketika pihak Universitas berusaha memaksa dia untuk membeberkan resep nutrisi pertama yang dikembangkan di rumah, ia meminta tempat untuk rumah kaca dan saatnya untuk memperbaikinya menggunakan fasilitas penelitian yang sesuai. Sementara akhirnya ia diberikan tempat untuk greenhouse, Pihak Universitas menugaskan Hoagland dan Arnon untuk menyusun ulang formula Gericke, pada tahun 1940, setelah meninggalkan jabatan akademik di iklim yang tidak menguntungkan secara politik, dia menerbitkan buku berjudul Complete Guide to Soil less Gardening.

Teknik hidroponik banyak dilakukan dalam skala kecil sebagai hobi di kalangan masyarakat Indonesia. Pemilihan jenis tanaman yang akan dibudidayakan untuk skala usaha komersial harus diperhatikan, karena tidak semua hasil pertanian bernilai ekonomis. Jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi untuk dibudidayakan di hidroponik yaitu:

  • Paprika
  • Tomat
  • Timun Jepang
  • Melon
  • Terong Jepang
  • Selada

Pada awalnya Gericke mendefinisikan pertumbuhan tanaman hidroponik dengan larutan nutrien mineral. Hidroponik merupakan bagian dari budidaya tanpa tanah. Banyak budidaya tanpa tanah namun dengan larutan untuk hidroponik.

 

Peneliti NASA (National Aeronautics and Space Administration) memeriksa bawang dan selada hidroponik disebelah kirinya dan lobak di depannya

Tanaman yang tidak ditumbuhkan dengan cara pada umumnya, akan dapat untuk tumbuh menggunakan sistem lingkungan yang dapat dikendalikan seperti hidroponik. Tampaknya NASA juga memanfaatkan hidroponik pada program luar angkasanya. Ray Wheeler, seorang ahli fisiologi tanaman di Laboratorium Space Center Space Life Science, Kennedy, percaya bahwa hidroponik akan berkontribusi membuat kemajuan dalam perjalanan luar angkasa. Dia menyebutnya sebagai sistem bioregenerative life support.[7]

  • Static solution culture (kultur air statis)
  • Continuous-flow solution culture, contoh: NFT (Nutrient Film Technique), DFT (Deep Flow Technique)
  • Aeroponics
  • Passive sub-irrigation
  • Ebb and flow atau flood and drain sub-irrigation
  • Run to waste
  • Deep water culture
  • Bubbleponics
  • Bioponic

 

Budidaya Tanaman Sayur Secara Hidroponik

Static solution culture memiliki pengertian budidaya hidroponik dengan air statis yang mana airnya diam dan tidak mengalir, merupakan teknik hidroponik yang akarnya secara terus-menerus akarnya tercelup air yang diletakkan pada wadah berisi larutan nutrien.

Namun Di Indonesia, Static solution culture lebih dikenal dengan istilah teknik apung (atau disebut rakit apung) dan sistem sumbu (atau disebut wick system). Merupakan jenis paling sederhana dari semua jenis hidroponik.

Untuk ukuran wadah larutan dapat berbeda tergantung pada penggunaan dan ukuran tanaman. Dalam skala kecil (skala rumah tangga maupun hobby berskala kecil), hidroponik dapat dibuat dengan wadah yang biasanya dipakai di dalam rumah seperti gelas, toples, ember, ataupun bak air.

Wadah bening dapat di bungkus dengan Aluminium foil, plastik, cat, atau material lain yang menolak cahaya (membuat cahaya tidak bisa masuk) agar tidak tumbuh lumut.

Penutup wadah air dilubangi dan diisi tanaman, disitu dapat diisi satu atau beberapa netpot tanaman untuk setiap wadah air. Dalam teknik sumbu sendiri setiap net pot diisi media tanam dan potongan kain yang menjulur ke bawah yang berfungsi menyerap larutan ke akar tanaman melalui pipa-pipa kapiler pada kain. Sedangkan dalam teknik apung dapat menggunakan lembaran gabus yang dilubangi dan disisi pot-pot kecil yang diisi (media tanam) untuk tanaman yang akarnya tercelup langsung pada wadah air.

Agar larutan nutrien dapat bersirkulasi secara merata, maka perlu diberi oksigen dengan mesin penggelembung udara atau disebut aerator (aerator kecil bisa didapat di toko ikan) ataupun dengan penggunakan pompa air yang biasa dipakai di aquarium. dalam skala komersial dapat menggunakan pompa bertenaga medium (yang biasa dipakai untuk pancuran kolam dan taman).

Tanpa aerator pun masih bisa, namun jika tidak di beri aerator, akan membuat larutan yang berada di bagian bawah menjadi tidak terserap lantaran posisi akar berada di atas larutan yang tidak terserap (lantaran air tidak bersirkulasi), dan juga, akar-pun kurang mendapat asupan oksigen.

Larutan nutrien dapat diganti sesuai jadwal atau sesuai prosedur. Setiap kali larutan berkurang hingga di bawah tingkat tertentu, maka perlu menambahkan air atau larutan nutrisi segar sesuai dengan kebutuhan masing-masing tanaman yang dinyatakan dengan satuan TDS (Total Solid Dissolved) atau PPM (Part per Million) yang diperlukan.

Dalam budidaya teknik sumbu (wick system) memiliki kendala pada penurunan volume larutan, untuk mencegah ketinggian larutan nutrien turun di bawah akar ataupun sumbu, dapat digunakan keran dengan katup pelampung bola (yang biasa dipakai di tandon) untuk menjaga ketinggian larutan secara otomatis. Dalam budidaya larutan rakit apung, tanaman ditempatkan dalam celah pada lembaran gabus / stereofoam yang mengapung di atas permukaan larutan nutrisi. Dengan teknik apung, ketinggian larutan tidak akan turun di bawah akar dan akarpun selalu tercelup pada larutan nutrien.

Aeroponik

Aeroponik merupakan sistem yang akarnya secara berkala dibasahi dengan butiran-butiran larutan nutrien yang halus (seperti kabut). Metode ini tidak memerlukan media dan memerlukan tanaman yang tumbuh dengan akar yang menggantung di udara atau pertumbuhan ruang yang luas yang secara berkala, akar dibasahi dengan kabut halus dari larutan nutrisi. Aerasi secara sempurna merupakan kelebihan utama dari aeroponik.

Teknik aeroponik telah terbukti sukses secara komersial untuk perkecambahan biji, produksi benih kentang, produksi tomat, dan tanaman daun.[8] Karena penemu Richard Stoner mengkomersialkan teknologi aeroponik pada tahun 1983, Aeroponik telah dilaksanakan sebagai alternatif untuk sistem pengairan hidroponik secara intensif di seluruh dunia.[9] Kelebihan aeroponik yang lain yang berbeda dari hidroponik adalah bahwa setiap jenis tanaman dapat tumbuh (dalam sistem aeroponik yang benar), karena lingkungan mikro dari aeroponik benar-benar dapat dikontrol. Keunggulan aeroponik adalah bahwa tanaman aeroponik yang di jeda pembasahannya akan dapat menerima 100% dari oksigen yang ada, dan karbon dioksida pada bagian akar, batang, serta daun,[10] sehingga mempercepat pertumbuhan biomassa dan mengurangi waktu perakaran.

Penelitian NASA menunjukan teknik aeroponik, bahwa tanaman dapat mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 80% dalam massa berat kering (mineral penting) dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh pada hidroponik lain. Aeroponik menggunakan 65% air dari kebutuhan air hidroponik. NASA juga menyimpulkan bahwa tanaman yang tumbuh dengan aeroponik, membutuhkan ¼ nutrisi yang digunakan dibandingkan dengan hidroponik lain [11]. Bercocok tanam dengan Aeroponik menawarkan kemampuan petani untuk mengurangi penyebaran penyakit dan patogen. Aeroponik juga banyak digunakan dalam penelitian laboratorium fisiologi tanaman dan patologi tanaman. Teknik aeroponik mendapat perhatian khusus oleh NASA karena kabut lebih mudah untuk ditangani daripada menangani cairan di tempat tanpa gravitasi.[12]

Kelebihan lain dari aeroponik ini, kentang dapat dipanen tanpa merusak jaringan akar pada tanaman sehingga sebuah tanaman dapat dipanen berkali-kali[13] dan dapat memilih umbi kentang yang siap panen.

Media tanam inert adalah media tanam yang tidak menyediakan unsur hara. Pada umumnya media tanam inert berfungsi sebagai buffer dan penyangga tanaman. Beberapa contoh di antaranya adalah:

  • Arang sekam
  • Spons
  • Expanded clay
  • Rockwool
  • Sabut (Coir)
  • Perlite
  • Batu apung (Pumice)
  • Vermiculite
  • Pasir
  • Kerikil
  • Serbuk kayu atau disebut serbuk gergaji
  • Tidak membutuhkan tanah
  • Air akan terus bersirkulasi di dalam sistem dan bisa digunakan untuk keperluan lain, misalnya dijadikan akuarium
  • Pengendalian nutrisi lebih sederhana sehingga nutrisi dapat diberikan secara lebih efektif dan efisien
  • Relatif tidak menghasilkan polusi nutrisi ke lingkungan
  • Memberikan hasil yang lebih banyak
  • Mudah dalam memanen hasil
  • Steril dan bersih
  • Media tanam dapat digunakan berulang kali
  • Bebas dari tumbuhan pengganggu/gulma
  • Tanaman tumbuh lebih cepat

Untuk keperluan hiasan, pot dan tanaman akan relatif lebih bersih. Sehingga untuk merancang interior ruangan dalam rumah akan bisa lebih leluasa dalam menempatkan pot-pot hidroponik. Bila tanaman yang digunakan adalah tanaman bunga, untuk bunga tertentu bisa diatur warna yang dikehendaki, tergantung tingkat keasaman dan basa larutan yang dipakai dalam pelarut nutrisinya.

  • Nutrien
  • PPM (Part Per Million atau Bagian Per Juta)
  • Aerator - mesin penghasil gelembung Udara
  • Oksigen terlarut
  • Lingkungan dan bangunan pertanian

  1. ^ "Hidroponik A-Z : Pengertian, Jenis & 4 Tips Memulainya". kebunpintar.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-03-12. 
  2. ^ a b Douglas, James S., Hydroponics, 5th ed. Bombay: Oxford UP, 1975. 1-3
  3. ^ Dunn, H. H. (October 1929). "Plant "Pills" Grow Bumper Crops". Popular Science Monthly: 29. 
  4. ^ G. Thiyagarajan, R. Umadevi & K. Ramesh, "Hydroponics," Diarsipkan 2009-12-29 di Wayback Machine. Science Tech Entrepreneur, (January 2007), Water Technology Centre, Tamil Nadu Agricultural University, Coimbatore, Tamil Nadu 641 003, India.
  5. ^ Bambi Turner, "How Hydroponics Works," HowStuffWorks.com. Retrieved: 29-05-2012
  6. ^ a b Liddell, H.G. & Scott, R. (1940). A Greek-English Lexicon. revised and augmented throughout by Sir Henry Stuart Jones. with the assistance of. Roderick McKenzie. Oxford: Clarendon Press.
  7. ^ Anna Heiney, "Farming for the Future", nasa.gov, 8-27-04
  8. ^ Research News. "Commercial Aeroponics: The Grow Anywhere Story," Diarsipkan 2015-05-08 di Wayback Machine. In Vitro Report (Society for In Vitro Biology), Issue 42.2 (April - June 2008)
  9. ^ "Stoner, R., "Aeroponics Versus Bed and Hydroponic Propagation", Florist Review, Vol 173 no.4477, September 22, 1983". 
  10. ^ Stoner, R.J (1983). Rooting in Air. Greenhouse Grower Vol I No. 11
  11. ^ (Inggris) nasa.gov (2006). "Spinoff 2006" (PDF). diterbitkan oleh nasa.gov. hlm. 65–67, Detail info biomassa aeroponik. Diakses tanggal Agustus, 2015.  Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
  12. ^ (Inggris) "Progressive Plant Growing is a Blooming Business". Diterbitkan oleh Nasa gov. 23 April 2007. 
  13. ^ (Indonesia) Dianawati, M1), Ilyas, S2), Wattimena, GA2), dan Susila, AD2) (20 Februari 2013). "Produksi mini umbi kentang" (PDF). diterbitkan oleh LitBang pertanian: 47. Diakses tanggal Agustus, 2015.  Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)

  Media terkait Hydrophonic di Wikimedia Commons

  • Siti Istiqomah. Menanam Hidroponik. Penerbit: Ganeca Exact.
  • Pinus Lingga. 1984. Hidroponik: Bercocok tanam tanpa tanah. Penerbit: Niaga Swadaya.

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hidroponik&oldid=20832935"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA