Apa yang dimaksud dengan finishing dalam tahapan pengolahan limbah?

Cara finishing kayu harus dilakukan secara maksimal, hal ini disebabkan karena proses tersebut harus juga memberikan suatu kesan. Selain itu juga harus mampu menyatukan konsep dengan barang yang kita buat nantinya. Bahan yang paling sering digunakan dalam proses cara finishing kayu adalah bahan berbasis oilbased, karena memiliki konsep dan pengaplikasian yang cukup mudah. Dengan begitu kayu akan nampak elegant dan mengkilap.

Langkah-Langkah Cara Finishing Kayu yang Simpel dan Tepat

Agar hasilnya tidak mengecewakan, maka cara finishing kayu pun harus serius dan maksimal. Namun untuk langkah pertama, memang Anda harus terlebih dahulu menentukan konsepnya untuk memudahkan, kemudian adapun step by stepnya yakni sebagai berikut:

1. Proses Sanding atau Pengamplasan

Mengamplas bagian kayu

Cara pertama ketika akan finishing kayu adalah pengamplasan, hal ini supaya plywood atau permukaan kayu bisa lebih halus dan mulus. Maksud dari halus di sini tentu supaya serat-serat yang ada, tidak ada yang tegak ke atas permukaan, serta terbebas pula dari ujung runcingnya.

Nah, pada proses pertama ini pastikan semua kayu diamplas dengan bagus, hal ini agar memperlancar proses finishing selanjutnya. Adapun grade kertas amplas yang harus dipakai saat melalui langkah ini yaitu berawal dari 120 dan 240.

2. Proses Wood Filler atau Penutupan pada Pori-Pori Kayu

Cara finishing kayu selanjutnya yakni wood filler, yang cukup penting untuk menutupi lubang cacat ketika pengerjaan, serta pori-pori yang terlalu besar pada kayu. Jadi Anda hanya perlu siapkan warna dari wood filler yang hampir sama seperti warna akhir maupun warna kayu yang akan di finishing. Jika sudah beres, maka kayu pun bisa terlihat lebih rata.

3. Proses Staining atau Pewarnaan Menggunakan Metode Semprot

Metode semprot untuk mewarnai kayu

Berikutnya adalah proses pewarnaan, yang tentu tak bisa dilakukan dengan sembarangan. Jadi pewarnaan dengan metode semprot ini pun bisa dilakukan sebelum base coat, namun bisa juga setelahnya, sesuai yang Anda inginkan. Kemudian untuk aplikasinya nanti akan memakai metode wipping.

Namun selain itu ada pula yang mencampur bahan base coat dengan wood stain, jadi caranya tentu lebih simpel, karena pada saat pelapisan pertama tadi dapat langsung menggunakan warna yang Anda mau. Namun kembali lagi bahwa kedua cara ini, tergantung Anda yang menginginkan hasil warna akhir seperti apa.

4. Proses Sealer dengan Spray

Cara finishing kayu yang satu ini adalah, proses pengisian lapisan dari pelindung warna yang nantinya bisa menggunakan spray. Untuk proses sealer ini dapat termasuk pula pada proses coating, yang setelah itu kita perlu melakukan sanding dari sealer tersebut.

5. Proses Glazing dan Top Coat

Memberikan glaze dan top coat pada kayu

Kedua proses ini dilakukan secara berurutan, maka yang pertama adalah glasing yang merupakan proses, ketika akan menambah kedalaman saat dimulainya pewarnaan. Memang agak membutuhkan waktu, terutama saat proses pengeringan glaze sendiri.

Adapun proses top coat, yakni merupakan lapisan paling atas yang sebaiknya tidak perlu dicampur dengan warna. Maka disarankan memakai Viskositas yang lebih encer, karena top coat ini dapat dilakukan lebih dari sekali. Setelah semua selesai, lakukanlah sanding memakai kertas gosok yang diberi air.

6. Proses Paling Akhir, Polishing dan Compound

Cara finishing kayu yang terakhir, adalah bagian yang harus dijaga kualitasnya. Terutama ketika akan menggosok permukaan kayu, gunakanlah satu arah ketika proses finish baik compound maupun polishing. Pakailah juga kertas amplas pada grade 240-320.

Itulah beberapa langkah dan proses dari cara finishing kayu dari awal hingga akhir. Adapun langkah yang berbeda dari finishing ini, sebab semua tergantung merk dan bahan apa yang digunakan.

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Finishing adalah serangkaian proses untuk melapisi permukaan suatu benda. Tujuannya adalah untuk memberikan nilai tambah pada produk tersebut. Pada pelatihan tahap awal ini, mereka dilatih untuk mempraktikannya pada kayu. Para pelatih melatih mereka dengan tekun dan sabar. Begitu pun dengan peserta pelatihan, mereka sangat antusias mencari pengalaman dan ilmu baru.

"Dalam finishing kayu, nilai tambah dapat diasumsikan menjadi banyak hal. Misalnya meningkatnya nilai seni, keindahan, keunikan, keawetan, bahkan nilai komersialnya,” ungkap Nanang. Dia menjelaskan, secara garis besar karakteristik finishing kayu terbagi menjadi dua. ”Penampilan dan ketahanan finishing. Dua hal itulah intinya,” imbuhnya.

Dalam hal penampilan pun masih banyak lagi pembagiannya. Mulai dari permukaan lapisan kayu, pewarnaan, bahkan sampai tingkat kilapnya. Lapisan kayu terbagi menjadi dua, yaitu pori terbuka atau yang biasa dikenal dengan gaya modern dan pori tertutup yang terkesan klasik. Untuk pewarnaan juga dijelaskan mulai dari natural, transparan, semi transparan, tutup serat (solid colour), bahkan sampai simpang rupa (special effect). Tingkat kilap juga mempunyai intensitas dari gloss (90%), medium gloss (70%), semi gloss (50%), satin (30%), dof (15%), dan dead matt (5%).

Untuk ketahanan finishing dipecah menjadi ketahanan mekanis, kimiawi, cuaca, dan ketahanan terhadap jamur dan serangga. “Ketahanan ini nantinya akan menentukan kriteria sebuah produk mau dijadikan barang interior atau eksterior,” jelasnya.

Setelah sesi materi, para mahasiswa ini dipersilakan untuk mencoba sendiri berbagai macam proses finishing. Beberapa di antaranya adalah sistem pelapisan melamin dan sistem polyurethane (PU). “Kami memberi pengetahuan tentang PU karena mempunyai banyak kelebihan dan mudah dipraktikkan,” terang Nanang. Beberapa kelebihan di antaranya adalah daya pembasahan bagus, sangat transparan, tingkat kilap tinggi untuk tipe clear gloss, tahan bau kimia, dan yang paling penting adalah non toxic.

Semua mahasiswa pun mencobanya dengan penuh antusias. Dalam pelapisan sistem PU, prosesnya juga bertahap. Mulai dari pelapisan wood filler, wood stain, sanding, bahkan sampai proses top coat. Dalam prosesnya, beberapa ada juga yang diselingi dengan proses pengamplasan. “Saya sangat senang bisa melakukan hal-hal baru disini. Karena bengkel di jurusan belum lengkap dan kuantitasnya masih belum memadahi untuk semua mahasiswa Despro. Jadi, saya akan mengais pengalaman dan manfaat semaksimal mungkin,” ungkap Angges Wismoyo, salah satu peserta pelatihan.

Menurut Andhika Estiyono ST, dosen mata kuliah modelling, hal ini sangat membantu perkembangan dan pengalaman mahasiswa. Harapannya, mahasiswa ITS mampu bersaing dalam kompetisi global, khususnya dalam bidang desain. “Oleh sebab itu, kunjungan-kunjungan seperti ini sangat dibutuhkan. Selain menambah pengalaman, kunjungan tersebut juga mampu membuka mata mereka ke dunia kerja yang sebenarnya,” ungkapnya. (niv)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA