Apa yang dimaksud aset lancar dan aset tetap?

Jika Anda baru merintis suatu bisnis, aset merupakan salah satu aspek yang penting untuk Anda pahami. Sering juga disebut sebagai aktiva, aset menunjukkan kekayaan suatu perusahaan yang terbagi atas aset lancar dan aset tidak lancar. Keduanya memegang peranan yang sama penting bagi perusahaan, tapi memiliki fungsi yang berbeda.

Secara singkat, Investopedia mendefinisikan aset sebagai sumber kekayaan dengan nilai ekonomis yang dimiliki atau dikendalikan oleh individu, korporasi, atau negara, yang akan memberikan manfaat di masa depan. Komponen ini dicatat dalam neraca keuangan dan menjadi salah satu indikator untuk menentukan valuasi suatu entitas bisnis. Semakin besar aset, berarti valuasi perusahaan tersebut akan semakin tinggi, begitu pun sebaliknya. 

Tak hanya dapat menjadi tolok ukur kekayaan perusahaan, aset juga kerap dijadikan sebagai indikator keuangan penting lainnya. Sebagai contoh, untuk mengecek rasio likuiditas perusahaan, pelaku bisnis dapat melihat besar aset lancar dan membandingkannya dengan kewajiban lancar. Sementara itu, bagi kreditur, jumlah aset tidak lancar merupakan komponen yang sangat penting karena berkaitan dengan nilai kolateral apabila perusahaan tak mampu melunasi utang.

Untuk memahami lebih lanjut soal aset lancar dan aset tidak lancar serta perbedaannya, mari kita simak ulasan lengkapnya berikut ini.

Pengertian aset lancar dan aset tidak lancar

Dalam laporan keuangan, aset lancar dan aset tidak lancar sama-sama dicatat di bagian neraca. Aset lancar menunjukkan kekayaan perusahaan yang bersifat likuid, sementara aset tidak lancar merupakan kekayaan perusahaan yang sifatnya tidak likuid. Likuid sendiri artinya adalah mudah dicairkan atau diubah menjadi uang tunai.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa aset lancar adalah kekayaan perusahaan yang dapat dengan mudah diubah menjadi uang tunai dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 12 bulan atau satu tahun. Nilai dari aset ini juga dapat dengan mudah dipertahankan karena memiliki demand atau pangsa pasar yang besar.

Contoh dari aset lancar di antaranya uang tunai atau kas dan setara kas, piutang usaha, inventory atau persediaan, surat utang dan investasi likuid, serta biaya-biaya yang dibayar di muka. Semua jenis aset ini dapat dengan mudah diubah menjadi uang tunai atau dijual kembali tanpa mengalami penurunan nilai pasar.

Adapun aset tidak lancar adalah kekayaan perusahaan yang sulit diubah menjadi uang tunai dalam waktu singkat dan berisiko mengalami depresiasi nilai saat dijual kembali. Aset ini dimiliki perusahaan untuk menunjang kelangsungan usaha dalam jangka panjang, bukan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek.

Aset tidak lancar dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu:

  1. Aset tetap. Contohnya gedung kantor, lahan, mesin-mesin produksi, mobil operasional, dan sebagainya.
  2. Aset tak berwujud. Contohnya hak cipta, hak paten, hak dagang, franchise, dan lain-lain.
  3. Investasi jangka panjang. Contohnya dengan mengakuisisi suatu entitas bisnis. 

Dengan demikian, aset lancar bisa diibaratkan sebagai uang tunai atau dana darurat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara aset lancar ibaratnya adalah investasi jangka panjang yang dapat menunjang kegiatan operasional.

Perbedaan aset lancar dan aset tidak lancar

Jika sudah mengetahui definisi masing-masing dari aset lancar dan aset tidak lancar, kini saatnya kita memahami perbedaan di antara keduanya.

1. Likuiditas

Perbedaan utama antara aset lancar dan aset tidak lancar terletak pada tingkat likuiditasnya. Seperti sudah dijelaskan, aset lancar mencakup objek-objek kekayaan milik perusahaan yang sifatnya likuid atau dapat dengan mudah diubah menjadi dana tunai dalam waktu kurang dari 12 bulan. Itu mengapa aset lancar memegang peranan penting dalam menentukan likuiditas perusahaan.

Dalam konteks bisnis, likuiditas mencerminkan kemampuan suatu perusahaan untuk mengubah aset menjadi dana tunai. Lebih lanjut, komponen ini juga akan mempengaruhi rasio likuiditas atau kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban lancar alias utang-utang jangka pendek. 

Idealnya, suatu bisnis memiliki rasio likuiditas 1:1 yang artinya jumlah aset lancar setara dengan kewajiban lancar. Yang perlu diwaspadai adalah jika jumlah kewajiban lancar sudah melampaui jumlah aset lancar, karena itu artinya perusahaan akan kesulitan membayar utang yang jatuh tempo dalam waktu dekat.

Sementara itu, aset tidak lancar mencakup kekayaan perusahaan yang sulit diuangkan atau dijual dalam waktu cepat. Aset ini tidak memiliki dampak terhadap rasio likuiditas, tapi akan menjadi bahan pertimbangan utama kreditur dalam meminjamkan dana kepada perusahaan. Sebab, aset tidak lancar akan menjadi jaminan atau agunan atas pinjaman tersebut apabila perusahaan tidak dapat melunasinya sesuai jangka waktu yang telah disepakati.

2. Tujuan

Tujuan perusahaan memiliki aset lancar adalah untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari dan melunasi kewajiban jangka pendek. Itu mengapa aset lancar umumnya sebagian besar terdiri atas uang tunai atau kas dan setara kas. Agar jika dibutuhkan sewaktu-waktu, perusahaan dapat dengan mudah menarik dana dari pos ini.

Sementara itu, aset tidak lancar dibeli atau diakuisisi oleh perusahaan untuk tujuan jangka panjang dalam rangka menunjang kegiatan operasional dan memperbesar skala bisnis. Sebagai contoh, perusahaan membeli mobil untuk kendaraan operasional demi menunjang mobilitas tim sales atau mengakuisisi perusahaan untuk meningkatkan angka pendapatan.

3. Manfaat

Dari segi manfaat, aset lancar dan aset tidak lancar juga memberikan manfaat yang berbeda dalam kelangsungan bisnis. Manfaat utama dari aset lancar adalah sebagai sumber pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan bisnis, mulai dari pembelian tunai sampai pelunasan utang jangka pendek. Manfaat dari aset ini dapat dirasakan oleh perusahaan secara langsung pada saat itu juga atau paling tidak dalam waktu singkat.

Sedangkan aset tidak lancar bermanfaat sebagai jaminan atau agunan ketika perusahaan membutuhkan dana dari pihak ketiga, baik itu perbankan maupun lembaga keuangan lain. Nilai aset tidak lancar yang dimiliki oleh perusahaan akan mempengaruhi jumlah pinjaman yang bisa diperoleh dari pihak ketiga tersebut. Manfaat dari aset tidak lancar dirasakan oleh perusahaan secara tidak langsung dan terakumulasi dalam jangka panjang.

Kesimpulan

Aset lancar dan aset tidak lancar sama-sama penting bagi perusahaan, meskipun memiliki manfaat dan peran yang berbeda. Aset lancar penting untuk menjaga likuiditas, sedangkan aset tidak lancar sangat krusial dalam proses pendanaan dari pihak ketiga. Oleh karena itu, keduanya perlu dikelola dengan cermat agar roda bisnis dapat terus berputar dengan lancar.

Aset lancar atau aktiva lancar adalah istilah bagi aset-aset atau kekayaan lainnya yang diharapkan bisa dikonversi menjadi kas maupun dijual atau dikonsumsi habis dalam waktu tidak lebih dari satu tahun. Aset lancar harus terlampir di dalam neraca perusahaan dan merupakan salah satu laporan keuangan yang wajib diselesaikan setiap tahun.

Aset lancar dapat berupa kas, setara kas, piutang dagang, saham, surat berharga, pinjaman, investasi, bisnis kredit dan aset likuid lain yang bisa dicairkan dalam waktu singkat. Aset lancar bisa disebut dengan istilah rekening koran.

Pengertian Aset Lancar

Aset lancar berbeda dengan aset jangka panjang karena aset tersebut tidak bisa diubah menjadi tunai dalam waktu satu tahun. Aset yang termasuk dalam jangka panjang seperti tanah, fasilitas, peralatan, hak cipta, dan lain-lain tidak termasuk dalam aset lancar.

Aset lancar dinilai penting bagi perusahaan karena dapat digunakan untuk mendanai operasional bisnis sehari-hari untuk membayar biaya operasional yang sedang berlangsung. Karena aset lancar merupakan semua aset yang dapat diubah ke dalam rupiah dalam waktu singkat, istilah current asset juga merujuk pada aset likuid perusahaan.

Namun, perhatikan kembali dengan menentukan aset sesuai dengan kualifikasi yang memenuhi syarat bahwa likuiditas di harga yang wajar selama periode satu tahun berikutnya. Contohnya, ada kemungkinan besar bahwa banyak barang-barang fast-moving consumer goods (FMCG) yang diproduksi oleh perusahaan dapat dengan mudah dijual pada tahun berikutnya. Persediaan atau inventaris seperti tanah atau alat berat juga termasuk dalam aset lancar tetapi cukup sulit untuk dijual sehingga bisa jadi tidak termasuk ke dalam aset lancar.

Aset lancar bisa juga termasuk barel minyak mentah, barang fabrikasi, bahan baku, atau mata uang asing, tergantung pada sifat bisnis dan produk yang dipasarkan.

Komponen Utama Aset Lancar

Uang tunai, setara kas, dan investasi likuid dalam pasar sekuritas, seperti obligasi atau obligasi jangka pendek berbunga sangat jelas termasuk dalam aset lancar. Namun, berikut ini juga termasuk dalam aset lancar:

1.   Piutang Usaha (Account Receivable)

Piutang Usaha dimana uang yang digunakan perusahaan untuk barang atau jasa yang diberikan atau digunakan tetapi belum dibayar oleh pelanggan - dianggap sebagai aset lancar bila bisa diprediksikan akan dibayarkan dalam jangka satu tahun. Jika suatu bisnis melakukan penjualan dengan menawarkan jangka panjang kredit kepada pelanggannya, sebagian dari piutang usaha tidak memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam aset lancar.

Bisa terjadi kemungkinan bahwa beberapa rekening akan tidak dibayarkan penuh. Pertimbangan ini dapat terlihat dalam penyisihan akun tak tertagih, yang dikurangi dari piutang usaha. Jika sebuah rekening tidak akan terkumpul, itu dicatat sebagai piutang yang tidak tertagih dan catatan tersebut tidak termasuk sebagai aset lancar.

2.   Inventaris (Inventory)

Bahan mentah, komponen, dan produk jadi - termasuk dalam aset lancar, tetapi perlu dipertimbangkan dengan cermat. Metode akuntansi yang berbeda dapat digunakan untuk mengembangkan inventaris dan terkadang tidak se-likuid aset lancar lainnya, tergantung produk dan sektor industrinya.

Misalnya, relatif kecil atau tidak ada jaminan bila selusin unit alat berat pengangkut tanah yang termasuk dalam berbiaya tinggi (high cost) dapat terjual tahun depan. Tetapi, peluang keberhasilan relatif lebih tinggi untuk penjualan seribu buah payung pada musim hujan mendatang. Inventaris mungkin tidak likuid seperti piutang usaha, dan dapat menghambat modal kerja perusahaan. Jika permintaan bergeser secara tidak terduga yang umum terjadi pada beberapa industri, maka inventaris dapat terjadi penumpukan.

3.   Beban dibayar dimuka (Prepaid Expenses)

Perusahaan yang melakukan pembayaran dimuka atau di awal untuk barang atau jasa yang akan diterima di masa depan, dianggap sebagai aset lancar. Pembayaran di awal tidak dapat dikonversikan menjadi tunai. Sebagai komponen, pembayaran dimuka dapat digunakan untuk keperluan lain. Seperti contohnya, perusahaan membayar di awal sebagai bentuk kontrak atau sebagai bentuk jaminan.

Pada neraca, aset lancar ditampilkan berdasarkan likuiditas. Artinya, barang-barang yang paling bisa dikonversikan menjadi uang tunai berada di peringkat lebih tinggi. Biasanya urutannya sebagai berikut:

  1. Uang tunai (termasuk mata uang, rekening giro, dan kas kecil)
  2. Investasi jangka pendek (surat berharga yang dapat dipasarkan)
  3. Piutang usaha
  4. Inventaris
  5. Bahan habis pakai
  6. Beban dibayar dimuka

Formula aset lancar diperoleh dari penjumlahan sederhana dari semua aset yang dapat dikonversikan menjadi uang tunai dalam kurun waktu satu tahun. Misalnya, dilihat dari neraca perusahaan, kita dapat menambahkan:

Current Assets = C + CE + I + AR + MS + PE + OLA

Keterangan:

C Cash Tunai
CE Cash Equivalents/Setara Kas
I Inventory/Persediaan
AR Account Receivable/Piutang Usaha
MS Marketable Securities/Surat Berharga
PE Prepaid Expenses/Beban Dibayar Dimuka
OLA Other Liquid Assets/Aset Lancar Lainnya

Studi Kasus

Perusahaan retail Walmart Inc. (WMT) memiliki total aset lancar untuk fiskal tahunan yang berakhir di bulan Januari 2019 yaitu total dari penjumlahan uang tunai ($7,72 miliar atau sekitar Rp 114 triliun), total piutang usaha ($ 6,28 miliar atau sekitar Rp 93 triliun), inventaris ($ 44,27 miliar atau sekitar Rp 656 triliun), dan aset lancar lainnya ($3,62 miliar sekitar Rp 54 triliun), yang berjumlah ($ 61,89 miliar sekitar Rp 917 triliun).

Sama seperti Microsoft Corp. (MSFT) memiliki uang tunai dan investasi jangka pendek ($ 134,15 miliar sekitar Rp 1.987 triliun), total piutang usaha ($ 23,53 miliar sekitar Rp ), total persediaan ($1,82 miliar sekitar Rp 27 triliun), dan aset lancar lainnya ($ 7,47 miliar sekitar Rp 111 triliun) pada tanggal 31 Desember 2019. Dengan demikian, total aset lancar perusahaan teknologi terkemuka di atas adalah $ 167,07 miliar atau sekitar Rp 2.475 triliun.

Penggunaan Aset Lancar

Total angka aset lancar sangat penting bagi manajemen perusahaan sehubungan dengan operasional harian bisnis. Ketika tagihan dan pinjaman jatuh tempo setiap akhir bulan, manajemen harus mengeluarkan uang tunai yang dibutuhkan. Nilai dolar terlihat dari total aset lancar yang mencerminkan posisi kas dan likuiditas perusahaan, dan memungkinkan manajemen untuk mempersiapkan yang diperlukan untuk melanjutkan operasional bisnis.

Selain itu, kreditor dan investor mengawasi dengan cermat aset lancar untuk memperkirakan nilai dan risiko yang terjadi dalam operasional. Banyak yang menggunakan berbagai rasio likuiditas yang merepresentasikan kelas dari metrik keuangan yang digunakan untuk menentukan kemampuan debitur melunasi kewajiban hutang tanpa meningkatkan modal eksternal. Rasio yang umum digunakan seperti itu termasuk aset lancar, komponennya, dan komponen perhitungannya.

Rasio Keuangan Menggunakan Aset Lancar atau Komponennya

Operasional bisnis melekat dengan atribut yang bervariasi, metode akuntansi yang berbeda, dan siklus pembayaran yang berbeda, seringkali sulit untuk mengkategorikan komponen dengan benar sebagai aset lancar dalam jangka waktu tertentu. Rasio berikut biasanya digunakan untuk mengukur posisi likuiditas perusahaan. Setiap rasio menggunakan jumlah komponen aset lancar yang berbeda dengan kewajiban lancar perusahaan.

Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dan jangka panjang serta memperhitungkan total aset lancar (baik likuid maupun tidak likuid) suatu perusahaan terhadap kewajiban lancar.

Rasio cepat mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan asetnya yang paling liquid.n rasio cepat karena sulit untuk ditukar dengan kas. Rasio ini mempertimbangkan kas dan setara kas, surat berharga, dan piutang usaha (tapi bukan inventaris) yang terhadap kewajiban lancar.

Rasio kas mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi segera kewajiban jangka pendeknya dan dihitung dengan membagi kas dan setara kas dengan kewajiban lancar.

Meskipun rasio kas adalah rasio yang paling konservatif, karena hanya mempertimbangkan kas dan setara kas, rasio lancar adalah yang paling akomodatif dan mencakup berbagai komponen untuk dipertimbangkan sebagai aset lancar. Berbagai langkah ini digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar hutang dan menutupi kewajiban dan pengeluaran tanpa harus menjual aset tetap.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA