Apa tujuan dianakake upacara sekaten ing kraton ngayogyakarta lan Surakarta

Alunan Gamelan Kyai Guntur Madu - Abdi Dalem Keraton Yogyakarta memainkan gamelan Kyai Guntur Madu di kompleks Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, Jumat (18/1). Tradisi setiap perayaan Sekaten tersebut selalu dinanti oleh warga yang meyakini bahwa alunan bunyi gamelan tersebut dapat menghadirkan berkah serta ketentraman dalam kehidupan mereka. Kompas/Ferganata Indra Riatmoko (DRA)

TRIBUNNEWS.COM - Sekaten adalah rangkaian kegiatan tahunan sebagai peringatan ulang tahun Nabi Muhammad yang diadakan oleh keraton Surakarta dan Yogyakarta.

Dilansir dari Wikipedia, kebanyakan pustaka bersepakat bahwa nama Sekaten adalah adaptasi dari istilah bahasa Arab, syahadatain.

Syahadatain berarti "persaksian (syahadat) yang dua", maksudnya adalah persaksian atas syahadat yang terdiri dari dua kalimat.

Perluasan makna dari sekaten dapat dikaitkan dengan istilah sahutain yang bererti menghentikan atau menghindari perkara dua.

Dua perkara itu adalah sifat lacur dan menyeleweng.

Baca: Insiden Kabin Terbalik, Walkot Jogja Tutup Semua Wahana Bianglala dan Kora-Kora di Acara Sekaten

Sekaten juga bisa dikaitkan dengan sakhatain atau menghilangkan perkara dua, yaitu watak hewan dan sifat setan.

Kemudian juga sakhotain yakni menanamkan perkara dua, yaitu selalu memelihara budi suci atau budi luhur dan selalu menghambakan diri pada Tuhan.

Sekati atau setimbang, orang hidup harus bisa menimbang atau menilai hal-hal yang baik dan buruk.

Serta sekat yakni batas, orang hidup harus membatasi diri untuk tidak berbuat jahat serta tahu batas-batas kebaikan dan kejahatan.

Rangkaian perayaan secara resmi berlangsung dari tanggal 5 dan berakhir pada tanggal 12 Mulud penanggalan Jawa.

Abdi dalem Keraton Surakarta menabuh gamelan Kyai Guntur Madu di Halaman Masjid Agung Keraton. sumber

Sekaten merupakan acara tahunan yang sudah ada sejak lama di Solo dan Yogyakarta. Tradisi yang digelar sejak abad 15 ini bertujuan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sekaten juga merupakan tradisi yang selalu ditunggu oleh masyarakat Solo dan Jogja menjelang penutupan akhir tahun.

Pada tradisi ini, selalu diadakan pasar malam selama satu bulan penuh. Kemudian pada puncak acara diadakan Grebeg Maulud Nabi yang berupa kirab gunungan. Tahun ini puncak acara sekaten jatuh pada 1 Desember lalu.

Sekaten sendiri dipercaya sebagai perpaduan antara kesenian dan dakwah. Tradisi ini merupakan salah satu bentuk penyebaran agama Islam di Jawa. Walisongo menggunakan kesenian untuk menarik masyarakat agar datang dan menikmati acara ini. Dari acara ini masyarakat mulai diperkenalkan dengan agama Islam.

Sekaten di Keraton Surakarta

Prosesi resmi Sekaten Surakarta tahun ini dimulai Jumat, 24 November 2017 lalu. Prosesi adat ini diawali dengan keluarnya dua gamelan milik Keraton Surakarta. Dua gamelan  itu ialah gamelan Kyai Guntur Madu dan gamelan Kyai Guntur Sari.

Kedua gamelan tersebut dibawa menuju Masjid Agung Surakarta dengan rute Kori Kamandungan-jalan Sapit Urang Barat – menuju Masjid Agung Surakarta. Pembukaan sekaten ditandai dengan upacara ungeling gangsa atau tabuhan gamelan.

Masyarakat memadati gunungan yang dibawa oleh para abdi dalem Keraton Surakarta. sumber

Gamelan Kyai Guntur Madu akan dimainkan terlebih dahulu kemudian baru gamelan Kyai Guntur Sari. Para niyaga gamelan akan menabuh gamelan sepanjang siang hari, dan hanya beristirahat pada waktu solat Dzuhur dan Ashar.

Pada puncak sekaten diadakan Grebeg Maulud Nabi atau kirab gunungan dari Keraton Surakarta. Ada dua gunungan pada Grebeg Maulud di Keraton Surakarta, yaitu gunungan jaler (laki-laki) dan gunungan estri (perempuan)

Uniknya, masyarakat rela berdesakan untuk mendapatkan isi gunungan tersebut karena dipercaya bisa membawa berkah dari Tuhan.

Sekaten di Keraton Yogyakarta

Hampir sama dengan sekaten di Solo, Keraton Jogja juga mengelar tradisi ini selama sebulan penuh. Tradisi Sekaten di Yogyakarta dimulai dengan Slametan untuk memohon ketentraman dan kelancaran, tradisi ini bersamaan dengan dibukanya pasar malam perayaan Sekaten.

Satu minggu sebelum acara puncak sekaten, Gamelan dibunyikan di dalam Kraton pada malam tanggal 6 Rabiul Awal di Bangsal Poconiti mulai pukul 19.00 hingga pukul 23.00 WIB.

Pada pukul 23.00 gamelan dipindahkan ke Masjid Agung Yogyakarta oleh para prajurit Kraton. Selama satu minggu gamelan dibunyikan terus menerus, kecuali pada waktu solat Dzuhur dan Ashar. Dua gamelan ini ialah gamelan Kyai Guntur Madu dan Gamelan Kanjeng Kyai Nagawilaga.

Puncak acara sekaten ditandai dengan grebeg maulud atau keluarnya gunungan dari Keraton. Sumber

Upacara selanjutnya ialah Numplak Wajik. Berlokasi di Magangan Kidul, upacara numplak wajik merupakan tanda dimulainya pembuatan gunungan wadon.

Kemudian dilaksanakan upacara miyos atau hadirnya Sri sultan di Masjid besar untuk menyebarkan udhik-udik yang berisi beras, bunga, dan uang logam. Setelah itu Sri Sultan duduk di serambi masjid untuk mendengarkan pembacaan riwayat hidup Nabi Muhammad SAW.

Miyos Dalem berakhir ditandai dengan pelaksanaa Kondur Gongso atau dikembalikannya gamelan kembali ke dalam Keraton. Rangkaian upacara terakhir sekatenan yaitu dikeluarkannya Hajad Dalem Pareden atau Gunungan tepat pada 12 Rabiul Awal.

Yang membedakan dengan sekaten di Solo, di Keraton Yogyakarta ada 6 buah gunungan, yaitu 2 buah gunungan lanang/laki-laki, 1 gunungan wadon/perempuan, 1 gunungan dharat, 1 gunungan gepak, 1 gunungan pawuhan.

budaya jogja sekaten solo tradisi

SHARE :

Lihat Foto

KOMPAS.com/Labib Zamani

Warga melintas di depan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Solo, Jawa Tengah, Rabu (22/11/2017).

SOLO, KOMPAS.com - Tradisi Sekaten untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW akan kembali digelar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Solo, Jawa Tengah.

Tradisi turun temurun sejak zaman Kerajaan Demak atau sekitar abad ke-15 ini ditandai dengan ditabuhnya gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari milik Keraton Surakarta di bangsal selatan dan utara kawasan Masjid Agung Surakarta, Jumat (24/11/2017).

Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, GPH Dipokusumo menjelaskan, dua gamelan tersebut akan dikeluarkan dari Kori Kamandungan Keraton Surakarta, Jumat pukul 09.30 WIB.

Gamelan tersebut dibawa utusan dalem, sentana dalem, dan abdi dalem Keraton Surakarta menuju Masjid Agung Surakarta. Mereka akan melewati rute Kori Kamandungan-jalan Sapit Urang Barat - menuju Masjid Agung Surakarta.

"Karena bersamaan dengan Hari Jumat kita mempertimbangkan persiapan itu jangan sampai mengganggu shalat Jumat. Sehingga Jumat pagi Gongsa (gamelan) Sekaten ini dikeluarkan ke Masjid Agung Surakarta," jelas Dipokusumo di Dalem Sasana Putra Keraton Surakarta, Rabu (22/11/2017).

(Baca juga : Menteri Susi Puji Tradisi Sasi dalam Merawat Alam Maluku)

Dua gamelan itu baru akan ditabuh seusai Salat Jumat selesai atau sekitar pukul 12.30 WIB. Prosesi tabuh gamelan ini dimulai setelah utusan Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan (SISKS) Paku Buwono XIII memerintahkan menabuh gamelan tersebut.

Gamelan berhenti ditabuh hanya saat waktu shalat saja. Khusus hari Jumat, gamelan baru mulai ditabuh setelah shalat Ashar.

"Diharapkan satu gending paling tidak sebelah selatan dan utara bisa berbunyi sehingga pada shalat Ashar berhenti," ungkapnya.

Puncak acara Sekaten ini ditandai dengan Garebeg Maulid pada Jumat (1/12/2017) di depan Masjid Agung Surakarta. Ada dua gunungan yakni jaler (laki-laki) dan estri (perempuan) serta gunungan anakan dikiran dari Keraton Surakarta menuju depan Masjid Agung Surakarta.

Kompas TV

Prosesi adat di Medan membuat Kahiyang menjadi pusat perhatian.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA