Apa tujuan dan fungsi kolaborasi seni dan musik?

Seni memiliki sifat multi dimensional, multilingual, dan multikultural. Sifat multidimensional, mengandung makna bahwa seni mampu mengembangkan potensi dasar manusia dalam dimensi fisik, perceptual, intelektual, emosional, sosial, kreativitas dan estetik. Multilingual, berarti bahwa seni mampu mengembangkan potensi manusia untuk berkomunikasi dengan berbagai bahasa ungkap (ekspresi), baik melalui unsur rupa, gerak, maupun suara. Sementara itu sifat multikultural, mengandung pengertian bahwa seni, baik sebagai kreasi individu maupun kelompok merupakan bagian atau cerminan suatu kebudayaan. Beragamnya kebudayaan nusantara mengakibatkan beragam pula wujud kesenian, di antaranya seni rupa (termasuk di dalamnya seni busana), seni tari, drama, dan seni musik. Sebagai bangsa besar, yang secara historis memiliki catatan emas dalam bidang kebudayaan dan kesenian sudah selayaknya menempatkan apresiasi dan kreasi seni sebagai tanggung jawab bersama. Sejarah menunjukkan bahwa bangsa besar senantiasa menunjukkan kreasi-kreasi seni genial yang diiringi sejajar dengan kemampuan mengapresiasi karya seni pada zamannya. Kesenian Yunani dan Romawi Kuno dengan identitas klasiknya adalah merupakan satu contoh kesenian yang eksis dalam iklim berkesenian yang kondusif. Demikian pula Kesenian India, Kesenian Cina, dan Kesenian Indonesia. Pada era kejayaannya merupakan cerminan matangnya sikap apresiasi masyarakat. Pada saat yang sama, sikap apresiatif terhadap karya seni (ciptaan orang lain) akan menumbuhkan sikap menghargai, menghormati, dan toleransi terhadap orang lain. Pada gilirannya iklim berkesenian yang matang, yang didukung cipta, rasa, dan karsa akan menumbuhkan perilaku halus dan santun atau bisa disebut sebagai pribadi yang merak- ati . Universitas Negeri Surabaya (Unesa) sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki berbagai jurusan/program studi dengan potensi yang beraneka ragam. Potensi-potensi kreatif, terutama yang termanifestasi dalam karya seni selama ini kurang dipublikasikan sebagai media apresiasi secara luas, sehingga pengenalan masyarakat terhadap potensi seni Unesa relatif terbatas. Sementara itu, berbagai karya (seni rupa, sendratasik, busana, teknologi pendidikan) kreasi sivitas akademika Unesa memiliki kualitas cukup membanggakan, yang ditunjukkan dengan prestasi dalam berbagai event, baik dalam kompetisi di tingkat nasional maupun pagelaran-lawatan seni di mancanegara. Di sisi lain, berbagai potensi kreatif Unesa tersebut bak energi yang terpencar, tidak saling mengenal, apalagi bersinergi. Bertolak dari latar belakang di atas, karya seni sivitas akademika Unesa layak dipublikasikan (dalam format kolaborasi), sebagai wahana pencitraan lembaga sekaligus sebagai media apresiasi masyarakat. Apresiasi dapat ditumbuhkembangkan melalui pengamatan karya dan juga dapat ditempuh melalui aktivitas berkarya. Dalam konteks Kolaborasi Seni ini apresiasi via berkarya tersebut dikemas dalam bentuk lomba seni yang melibatkan para siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan tema Keragaman Budaya . Dengan demikian, tujuan Kolaborasi Seni Unesa ialah (1) memperkenalkan karya-karya seni civitas akademika Unesa, (2) membangun media apresiasi masyarakat, dan (3) memotivasi sportivitas dan kreativitas siswa melalui lomba seni. Secara rinci bentuk kegiatan Kolaborasi Seni Unesa yang dihelat pada tanggal 23-25 Oktober 2009 di Atrium Supermal Pakuwon Indah ialah (1) Pameran Karya Seni Rupa yang menampilkan lukisan pada kanvas sejumlah 18 karya, Kriya Logam sejumlah tiga karya, Poster sejumlah lima karya, Fotografi sejumlah 10 karya, Patung sejumlah dua karya; (2) Pameran Karya Cipta Boga dan Busana yang menampilkan rancangan busana pria sebanyak 12 karya dan busana wanita sebanyak 12 karya; (3) Pameran Foto Majapahit; (4) Pameran Teknologi Pendidikan; (5) Pagelaran Sendratasik; (6) Peragaan Busana; (7) Face Painting; (8) Body Painting; (9) Tata Rias; (10) Lomba Lukis; dan (11) Lomba Tari. Makna kolaborasi dalam hal ini dipahami secara sederhana, yakni menghelat pagelaran secara bersama-sama yang melibatkan berbagai potensi, khususnya seni karya civitas akademika Unesa, dengan tujuan pencitraan publik dan membangun media apresiasi serta mengukur respon masyarakat. Dari sisi promosi, dampak kegiatan itu ialah terjadinya peningkatan animo masyarakat terhadap Unesa, terutama dalam kaitannya dengan penerimaan mahasiswa baru. Jika peningkatan minat mendaftar di Unesa terjadi, asumsinya akan terjadi pula peningkatan kualitas input. Hal ini menjadi signifikan, karena bagi pemenang lomba melukis dan lomba tari akan dipertimbangkan diterima melalui jalur PMDK di program studi yang relevan. Sementara itu, pagelaran kolaborasi seni ini menemukan momentumnya dalam rangka Dies Natalis ke-45 atau Lustrum ke-9 Unesa yang secara resmi jatuh pada 19 Desember 2009. Usia 45 tahun merupakan usia yang cukup dewasa bagi lembaga untuk mewujudkan harapan dan menghadapi tantangan yang semuanya itu bertumpu pada satu kata: Mutu! Nah, Pagelaran Kolaborasi Seni Unesa 2009 ini kali hanyalah suatu sudut kecil potensi Unesa. Bermutu atau tidak, biarlah masyarakat yang menilai. Walahualam Bisawab! [Humas - Drs. Muhajir, M.Sn.]

Share It On:

You're Reading a Free Preview
Pages 7 to 8 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 13 to 26 are not shown in this preview.

A. Pengertian

Kolaborasi Seni Dalam Permainan Musik dapat diartikan sebagai kerjasama dua atau lebih cabang seni. Pernahkah kalian menyaksikan kolaborasi antara musik dengan gerak yang merupakan substansi dasar seni tari? Atau, kolaborasi antara musik dengan imaji atau visual yang merupakan substansi dasar seni rupa? Atau, kolaborasi antara seni musik, gerak tubuh, dan imaji atau visual dalam suatu pertunjukan.

Perlu diketahui bahwa Kolaborasi Seni Dalam Permainan Musik beberapa cabang seni dalam permainan musik dapat saja dilakukan. Namun, perlu diingat bahwa apa pun gerakan atau peralatan (properti) yang digunakan dalam permainan musik, harus disesuaikan dengan tema karya musiknya. Berdasarkan pengamatan dan hasil diskusi kalian tentang gerakan dan peralatan atau properti yang digunakan.

B. Eskplorasi Musik 

Kita tentu sering melihat sekelompok orang memainkan musik dengan menggunakan instrumen-instrumen yang sudah kita kenal dengan baik, seperti gitar, drum, atau keyboard. Namun, pernahkah kalian melihat sekelompok orang bermain musik dengan menggunakan alat-alat perkusif sederhana, seperti potongan bambu, botol, bel, atau gelas berisi air yang dipukul dengan sendok.

Pada saat ini, alat-alat perkusif sederhana sudah banyak digunakan oleh pemain musik di banyak negara, termasuk Indonesia. Umumnya, alat-alat sederhana tersebut digunakan oleh pemain musik untuk mengeksplorasi beragam bunyi yang dibutuhkan dalam permainan musik mereka. Dapat dikatakan bahwa eksplorasi bunyi merupakan salah satu usaha manusia untuk mengekspresikan gagasan atau ide mereka tentang kehidupan melalui permainan musik.

Eksplorasi bunyi tidak hanya dilakukan dengan mengembangkan sumber bunyinya atau instrumen, tetapi juga melalui pengembangan pada simbolsimbol musik, seperti nada dan ritme. Pertama, eksplorasi nada dengan menggunakan dua buah suling yang memiliki diameter dan panjang yang berbeda. Selain eksplorasi nada, kita juga dapat melakukan eksplorasi ritme untuk memainkan alat-alat perkusif sederhana.

C. Gerak Dalam Permainan Musik

Gerakan tubuh seringkali dilakukan seseorang ketika tampil dalam suatu acara yang diiringi dengan permainan musik. Umumnya, acara-acara seperti itu menggunakan tema tertentu. Namun, apa pun tema acara, peserta yang turut serta dalam acara itu akan melibatkan gerakan-gerakan tertentu yang dapat dipandang sebagai simbol. Bagi para penonton, gerakan-gerakan itu seringkali dihubungkan dengan nilai-nilai estetik dalam masyarakat dari mana peserta tersebut berasal. 

Tubuh merespon permainan musik yang terdengar melalui gerakan, seperti gerakan tangan, kaki, dan kepala. Dalam permainan musik, gerakan anggota badan itu dilakukan dengan cara-cara tertentu yang dipandang sesuai dengan nilai-nilai keindahan dalam masyarakatnya. Hal ini dapat dipahami karena gerakan tubuh seseorang dipandang sebagai salah satu pola perilaku yang dipelajari orang tersebut dalam lingkungan masyarakatnya.

Gerakan tubuh dalam permainan musik tidak hanya memperlihatkan nilainilai estetik suatu masyarakat, tetapi juga memperlihatkan hubungan antara kesesuaian pola gerakan dan musik, khususnya tempo dan irama. Pada bagian ini kalian mempelajari pola-pola ragam gerak tangan, kaki, badan, dan kepala. Mari kita gunakan pola-pola ragam gerak anggota tubuh tersebut sesuai dengan tempo dan irama lagu yang terdengar. Dengarkanlah salah satu lagu dalam masyarakat Timor, Bolelebo. Dengarkan lagu tersebut dengan cermat serta ‘rasakan’ irama dan tempo atau kecepatan lagunya.

Kita telah mencoba melakukan kolaborasi lagu dengan gerakan tubuh melalui dua lagu dengan tempo berbeda. Bagaimana apabila sekarang kita melakukan kolaborasi permainan pola ritmik yang telah kalian kuasai dengan gerakan tubuh. Kita mulai dengan memainkan salah satu pola ritmik yang telah kita pelajari di Bagian B. Pilihlah satu alat perkusif untuk memainkan pola ritmik ini:

Untuk kolaborasi permainan pola ritmik dengan gerakan dibutuhkan dua kelompok siswa. Buatlah dua kelompok, A dan B. Kelompok A bertugas memainkan pola ritmik 1 secara berulang dengan menggunakan alat perkusif yang kalian pilih. Kelompok B mendengarkan dengan seksama dan membayangkan pola-pola ragam gerak anggota tubuh yang sesuai dengan tempo dan irama lagu tersebut. Setelah kelompok B dapat merasakan iramanya maka setiap anggota kelompok B diharapkan dapat melakukan gerakan sesuai dengan irama musiknya.

D. Kolaborasi Seni Dalam Permainan Musik

Dalam bagian C kita telah mencoba melakukan Kolaborasi Seni Dalam Permainan Musik dengan pola-pola ragam gerak tangan, kaki, badan, dan kepala. Namun, kolaborasi musik dapat dilakukan pula dengan cabang seni lainnya, misalnya seni rupa. John Paynter (1972) pernah mengemukakan tentang kemungkinan melibatkan aktivitas lain dalam pembelajaran musik. Hal ini menyebabkan pembelajaran musik dapat dilakukan melalui aktivitas yang beragam yang dilakukan sesuai dengan potensi dan pengetahuan yang kalian miliki. Berdasarkan pemikiran Paynter itu, coba kita kolaborasikan gerak tubuh, properti, dan ekspresi dalam permainan musik. Karya seni rupa apa saja yang dapat kita gunakan dalam kolaborasi seni itu?

Properti yang digunakan dalam permainan musik tersebut tentu saja harus disesuaikan dengan tema yang ada. Dalam acara Lomba Bermain Sambil Bernyanyi IGTKI – PGRI 2013 yang bertema “Permainan Tradisional Anak Indonesia”, misalnya, terdapat beberapa kelompok peserta yang menggunakan media topeng yang disesuaikan dengan tema cerita yang dimainkan secara teatrikal.

Sebagai hasil karya seni rupa, properti atau hiasan yang digunakan dalam permainan musik atau pertunjukan seni tidak hanya terdiri dari instrumen perkusif yang dihias atau topeng, tetapi juga properti lainnya, seperti kerajinan tangan, asesoris, dan kostum. Seperti halnya gerakan tubuh, properti yang digunakan para pemain yang terlibat dalam suatu pertunjukan atau permainan musik dapat dipandang sebagai simbol yang memperlihatkan nilai-nilai estetik dalam suatu masyarakat.

Baca Juga

Demikian Artikel Kolaborasi Seni Dalam Permainan Musik Yang Saya Buat Semoga Bermanfaat Ya Mbloo:)



  • Pengertian Dan Sejarah Seni Rupa Grafis
  • Pengertian Dan Jenis Dari Sebuah Kritik Musik
  • Jenis Suara Manusia Dari Sebuah Pertunjukan Musik Barat
  • Tujuan Dan Fungsi Manajemen Dalam Pertunjukkan Tari
  • Penciptaan Dan Prinsip Dari Sebuah Karya Seni Lukis


Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA