Apa operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia?

Ahad , 21 Jul 2013, 05:02 WIB

ARNI

Agresi Militer I Belanda ke Indonesia

Red: M Irwan Ariefyanto

REPUBLIKA.CO.ID,Operatie Product atau yang dikenal di Indonesia dengan nama Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan mulai hari ini di 1947 sampai 5 Agustus 1947.

Operasi militer ini merupakan bagian dari Aksi Polisionil yang diberlakukan Belanda dalam rangka mempertahankan penafsiran Belanda atas Perundingan Linggarjati. Dari sudut pandang Republik Indonesia, operasi ini dianggap merupakan pelanggaran dari hasil Perundingan Linggajati.

Agresi ini berawal saat 15 Juli 1947, van Mook mengeluarkan ultimatum supaya RI menarik mundur pasukan sejauh 10 km. dari garis demarkasi. Tentu pimpinan RI menolak permintaan Belanda ini.Tujuan utama agresi Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak. Namun sebagai kedok untuk dunia internasional, Belanda menamakan agresi militer ini sebagai Aksi Polisionil, dan menyatakan tindakan ini sebagai urusan dalam negeri. Letnan Gubernur Jenderal Belanda, Van Mook menyampaikan pidato radio di mana dia menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Linggarjati. Pada saat itu jumlah tentara Belanda telah mencapai lebih dari 100.000 orang, dengan persenjataan yang modern, termasuk persenjataan berat yang dihibahkan oleh tentara Inggris dan tentara Australia.Konferensi pers pada malam 20 Juli di istana, di mana Gubernur Jenderal HJ Van Mook mengumumkan pada wartawan tentang dimulainya Aksi Polisionil Belanda pertama. Serangan di beberapa daerah, seperti di Jawa Timur, bahkan telah dilancarkan tentara Belanda sejak tanggal 21 Juli malam, sehingga dalam bukunya, JA Moor menulis agresi militer Belanda I dimulai tanggal 20 Juli 1947. Belanda berhasil menerobos ke daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, yaitu Sumatera Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Sumatera Timur, sasaran mereka adalah daerah perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, sasaran utamanya adalah wilayah di mana terdapat perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.Pada agresi militer pertama ini, Belanda juga mengerahkan kedua pasukan khusus, yaitu Korps Speciale Troepen (KST) di bawah Westerling yang kini berpangkat Kapten, dan Pasukan Para I (1e para compagnie) di bawah Kapten C. Sisselaar. Pasukan KST (pengembangan dari DST) yang sejak kembali dari Pembantaian Westerling|pembantaian di Sulawesi Selatan belum pernah beraksi lagi, kini ditugaskan tidak hanya di Jawa, melainkan dikirim juga ke Sumatera Barat.

Agresi tentara Belanda berhasil merebut daerah-daerah di wilayah Republik Indonesia yang sangat penting dan kaya seperti kota pelabuhan, perkebunan dan pertambangan.

  • van mook
  • agresi militer 1 belanda
  • perjanjian linggarjati

sumber : Wikipedia

Lihat Foto

C.J. (Cees) Taillie

Iring-iringan tentara saat Agresi Militer Belanda I pada 1947.

KOMPAS.com - Agresi Militer Belanda I merupakan operasi militer yang dilakukan oleh Belanda di Jawa dan Sumatra. 

Agresi Militer Belanda I berlangsung sejak 21 Juli 1947 hingga 5 Agustus 1947, yang dipimpin oleh Letnan Gubernur Jenderal Johannes van Mook. 

Alasan van Mook melancarkan Agresi Militer Belanda I adalah untuk memulihkan perekonomian Belanda pasca-Perang Dunia II dengan menguasai kekayaan alam di Indonesia. 

Baca juga: Agresi Militer Belanda I

Kronologi 

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dikumandangkan, Indonesia tidak langsung lepas begitu saja dari penjajah.

Belanda masih terus berusaha merebut kemerdekaan dengan melakukan sejumlah serangan, salah satunya Agresi Militer Belanda I.

Tujuan Belanda melakukan Agresi Militer Belanda I adalah untuk membangkitkan perekonomian negara dengan menguasai kekayaan alam Indonesia.

Oleh sebab itu, Belanda menyerang Sumatra dan Jawa untuk menguasai sumber daya alam di sana.

Di Pulau Jawa, Belanda menyerang Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Pada 21 Juli 1947, Jawa Barat diserang oleh Divisi B dipimpin S De Waal dan Divisi C dipimpin Mayjen HJJW Durt Britt.

Dalam serangan ini, Belanda berhasil menerobos pertahanan TNI di sektor Bandung Timur setelah dilakukan pergantian pertahanan oleh Divisi II/Sunan Gunung Jati dari Jawa Tengah.

Lihat Foto

C.J. (Cees) Taillie

Iring-iringan tentara saat Agresi Militer Belanda I pada 1947.

KOMPAS.com - Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer Belanda yang dilakukan di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia.

Agresi militer Belanda I dilakukan dari 21 Juli 1947 hingga 5 Agustus 1947. 

Tujuan Belanda melakukan Agresi Militer Belanda I di Indonesia karena ingin menguasai sumber daya alam yang ada di Pulau Sumatera dan Jawa. 

Baca juga: Agresi Militer Belanda I

Alasan Belanda Melakukan Agresi Militer I di Indonesia

Pada 27 Mei 1947, Belanda mengirimkan sebuah ultimatum kepada Indonesia yang harus segera dijawab dalam rentang waktu 14 hari. 

Ultimatum itu membahas mengenai:

  1. Pembentukan pemerintahan peralihan bersama 
  2. Mengadakan garis demiliterisasi dan menghentikan pengacauan di daerah-daerah Konferensi Malino (Negara Indonesai Timur, Kalimantan, Bali)
  3. Mengadakan pembicaraan pertahanan negara, di mana sebagian Angkatan Darat, Laut, dan Udara Kerajaan Belanda harus tinggal di Indonesia
  4. Pembentukan kepolisian demi melindungi kepentingan dalam dan luar negeri 
  5. Hasil-hasil perkebunan dan devisa diawasi bersama

Ketika itu, Presiden Soekarno meminta Amir Sjarifuddin untuk melakukan perundingan dengan Belanda.

Pertemuan mereka berlangsung tanggal 14 hingga 15 Juli 1947. 

Namun, perundingan ini tidak menghasilkan jawaban apa-apa. 

Indonesia masih bersikeras tetap mempertahankan kesatuan bersama. Pemerintah Indonesia menolak dengan tegas untuk mematuhi ultimatum yang dikirimkan Belanda.

Penolakan dari Indonesia ini yang kemudian membuat Belanda melancarkan Agresi Militer di Indonesia pada 21 Juli 1947 hingga 5 Agustus 1947. 

"Operatie Product" (bahasa Indonesia: Operasi Produk) atau yang dikenal di Indonesia dengan nama Serangan Militer Belanda I merupakan operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia yang diterapkan dari 21 Juli 1947 mencapai 5 Agustus 1947. Operasi militer ini merupakan anggota dari Gerakan Polisionil yang diberlakukan Belanda dalam rangka mempertahankan penafsiran Belanda atas Perundingan Linggarjati. Dari sudut pandang Republik Indonesia, operasi ini dianggap merupakan pelanggaran dari hasil Perundingan Linggajati.

Latar balik

Pada tanggal 15 Juli 1947, van Mook mengeluarkan ultimatum supaya RI menarik mundur pasukan sejauh 10 km. dari garis demarkasi. Tentu pemimpin RI menolak permintaan Belanda ini.

Sasaran utama serangan Belanda merupakan merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah yang mempunyai sumber daya dunia, terutama minyak. Namun sbg kedok kepada dunia internasional, Belanda menamakan serangan militer ini sbg Gerakan Polisionil, dan menyatakan tingkah laku yang dibuat ini sbg urusan dalam negeri. Letnan Gubernur Jenderal Belanda, Dr. H.J. van Mook menyampaikan pidato radio di mana ia menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Linggarjati. Pada ketika itu jumlah tentara Belanda telah mencapai lebih dari 100.000 orang, dengan persenjataan yang modern, termasuk persenjataan berat yang dihibahkan oleh tentara Inggris dan tentara Australia.

Dimulainya operasi militer

Konferensi pers pada malam 20 Juli di istana, di mana Gubernur Jenderal HJ Van Mook mengumumkan pada wartawan tentang dimulainya Gerakan Polisionil Belanda pertama. Serangan di beberapa daerah, seperti di Jawa Timur, bahkan telah dilancarkan tentara Belanda sejak tanggal 21 Juli malam, sehingga dalam bukunya, J. A. Moor menulis serangan militer Belanda I dimulai tanggal 20 Juli 1947. Belanda berhasil menerobos ke daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, adalah Sumatera Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Sumatera Timur, sasaran mereka merupakan daerah perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, sasaran utamanya merupakan wilayah di mana terdapat perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.

Pada serangan militer pertama ini, Belanda juga mengerahkan kedua pasukan khusus, adalah Korps Speciale Troepen (KST) di bawah Westerling yang sekarang berpangkat Kapten, dan Pasukan Para I (1e para compagnie) di bawah Kapten C. Sisselaar. Pasukan KST (pengembangan dari DST) yang sejak kembali dari Pembantaian Westerling|pembantaian di Sulawesi Selatan belum pernah beraksi lagi, sekarang ditugaskan tidak hanya di Jawa, melainkan dikirim juga ke Sumatera Barat.

Serangan tentara Belanda berhasil merebut daerah-daerah di wilayah Republik Indonesia yang sangat penting dan kaya seperti kota pelabuhan, perkebunan dan pertambangan.

Pada 29 Juli 1947, pesawat Dakota Republik dengan simbol Palang Merah di badan pesawat yang membawa obat-obatan dari Singapura, sumbangan Palang Merah Malaya ditembak jatuh oleh Belanda dan berakibat tewasnya Komodor Muda Udara Mas Agustinus Adisucipto|Agustinus Adisutjipto, Komodor Muda Udara dr. Abdulrahman Saleh dan Perwira Muda Udara I Adisumarmo Wiryokusumo.

Campur tangan PBB

Republik Indonesia secara formal mengadukan serangan militer Belanda ke PBB, karena serangan militer tersebut dinilai telah melanggar suatu akad Internasional, adalah Persetujuan Linggajati.

Belanda ternyata tidak memperhitungkan reaksi keras dari dunia internasional, termasuk Inggris, yang tidak lagi menyetujui penyelesaian secara militer. Atas permintaan India dan Australia, pada 31 Juli 1947 masalah serangan militer yang dilancarkan Belanda dimasukkan ke dalam kegiatan yang dipekerjakan Dewan Keamanan PBB, yang kesudahan mengeluarkan Resolusi No. 27 tanggal 1 Agustus 1947, yang intinya menyerukan supaya konflik bersenjata dibubarkan.

Dewan Keamanan PBB de facto mengakui eksistensi Republik Indonesia. Hal ini terbukti dalam semua resolusi PBB sejak tahun 1947, Dewan Keamanan PBB secara formal mempergunakan nama INDONESIA, dan bukan Netherlands Indies. Sejak resolusi pertama, adalah resolusi No. 27 tanggal 1 Augustus 1947, kesudahan resolusi No. 30 dan 31 tanggal 25 August 1947, resolusi No. 36 tanggal 1 November 1947, serta resolusi No. 67 tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB selalu menyebutkan konflik selang Republik Indonesia dengan Belanda sbg The Indonesian Question.

Atas tekanan Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947 Pemerintah Belanda hasilnya menyatakan akan menerima resolusi Dewan Keamanan kepada menghentikan pertempuran.

Pada 17 Agustus 1947 Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Belanda menerima Resolusi Dewan Keamanan kepada menerapkan gencatan senjata, dan pada 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan membentuk suatu komite yang akan dijadikan penengah konflik selang Indonesia dan Belanda. Komite ini awalnya hanyalah sbg Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Baik Kepada Indonesia), dan lebih dikenal sbg Komisi Tiga Negara (KTN), karena beranggota tiga negara, adalah Australia yang dipilih oleh Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda dan Amerika Serikat sbg pihak yang netral. Australia diwakili oleh Richard C. Kirby, Belgia diwakili oleh Paul van Zeeland dan Amerika Serikat menunjuk Dr. Frank Graham.

Lihat pula

  • Serangan Militer Belanda II
  • Gerakan Polisionil

Sumber :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, kk.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya.

Page 2

"Operatie Product" (bahasa Indonesia: Operasi Produk) atau yang dikenal di Indonesia dengan nama Serangan Militer Belanda I merupakan operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia yang diterapkan dari 21 Juli 1947 mencapai 5 Agustus 1947. Operasi militer ini merupakan anggota dari Gerakan Polisionil yang diberlakukan Belanda dalam rangka mempertahankan penafsiran Belanda atas Perundingan Linggarjati. Dari sudut pandang Republik Indonesia, operasi ini dianggap merupakan pelanggaran dari hasil Perundingan Linggajati.

Latar balik

Pada tanggal 15 Juli 1947, van Mook mengeluarkan ultimatum supaya RI menarik mundur pasukan sejauh 10 km. dari garis demarkasi. Tentu pemimpin RI menolak permintaan Belanda ini.

Sasaran utama serangan Belanda merupakan merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah yang mempunyai sumber daya dunia, terutama minyak. Namun sbg kedok kepada dunia internasional, Belanda menamakan serangan militer ini sbg Gerakan Polisionil, dan menyatakan tingkah laku yang dibuat ini sbg urusan dalam negeri. Letnan Gubernur Jenderal Belanda, Dr. H.J. van Mook menyampaikan pidato radio di mana ia menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Linggarjati. Pada ketika itu banyak tentara Belanda telah mencapai semakin dari 100.000 orang, dengan persenjataan yang modern, termasuk persenjataan berat yang dihibahkan oleh tentara Inggris dan tentara Australia.

Dimulainya operasi militer

Konferensi pers pada malam 20 Juli di istana, di mana Gubernur Jenderal HJ Van Mook mengumumkan pada wartawan tentang dimulainya Gerakan Polisionil Belanda pertama. Serangan di beberapa daerah, seperti di Jawa Timur, bahkan telah dilancarkan tentara Belanda sejak tanggal 21 Juli malam, sehingga dalam bukunya, J. A. Moor menulis serangan militer Belanda I dimulai tanggal 20 Juli 1947. Belanda berhasil menerobos ke daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, adalah Sumatera Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Sumatera Timur, sasaran mereka merupakan daerah perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, sasaran utamanya merupakan wilayah di mana terdapat perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.

Pada serangan militer pertama ini, Belanda juga mengerahkan kedua pasukan khusus, adalah Korps Speciale Troepen (KST) di bawah Westerling yang sekarang berpangkat Kapten, dan Pasukan Para I (1e para compagnie) di bawah Kapten C. Sisselaar. Pasukan KST (pengembangan dari DST) yang sejak kembali dari Pembantaian Westerling|pembantaian di Sulawesi Selatan belum pernah beraksi lagi, sekarang diberi tugas tidak hanya di Jawa, melainkan dikirim juga ke Sumatera Barat.

Serangan tentara Belanda berhasil merebut daerah-daerah di wilayah Republik Indonesia yang sangat penting dan kaya seperti kota pelabuhan, perkebunan dan pertambangan.

Pada 29 Juli 1947, pesawat Dakota Republik dengan simbol Palang Merah di badan pesawat yang membawa obat-obatan dari Singapura, sumbangan Palang Merah Malaya ditembak jatuh oleh Belanda dan berakibat tewasnya Komodor Muda Udara Mas Agustinus Adisucipto|Agustinus Adisutjipto, Komodor Muda Udara dr. Abdulrahman Saleh dan Perwira Muda Udara I Adisumarmo Wiryokusumo.

Campur tangan PBB

Republik Indonesia secara formal mengadukan serangan militer Belanda ke PBB, karena serangan militer tersebut dinilai telah melanggar suatu akad Internasional, adalah Persetujuan Linggajati.

Belanda ternyata tidak memperhitungkan reaksi keras dari dunia internasional, termasuk Inggris, yang tidak lagi menyetujui penyelesaian secara militer. Atas permintaan India dan Australia, pada 31 Juli 1947 masalah serangan militer yang dilancarkan Belanda diisi ke dalam kegiatan yang dipekerjakan Dewan Keamanan PBB, yang kesudahan mengeluarkan Resolusi No. 27 tanggal 1 Agustus 1947, yang intinya menyerukan supaya konflik bersenjata ditiadakan.

Dewan Keamanan PBB de facto mengakui eksistensi Republik Indonesia. Hal ini terbukti dalam semua resolusi PBB sejak tahun 1947, Dewan Keamanan PBB secara formal mempergunakan nama INDONESIA, dan bukan Netherlands Indies. Sejak resolusi pertama, adalah resolusi No. 27 tanggal 1 Augustus 1947, kesudahan resolusi No. 30 dan 31 tanggal 25 August 1947, resolusi No. 36 tanggal 1 November 1947, serta resolusi No. 67 tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB selalu menyebutkan konflik selang Republik Indonesia dengan Belanda sbg The Indonesian Question.

Atas tekanan Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947 Pemerintah Belanda yang belakang sekalinya menyatakan akan menerima resolusi Dewan Keamanan kepada menghentikan pertempuran.

Pada 17 Agustus 1947 Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Belanda menerima Resolusi Dewan Keamanan kepada menerapkan gencatan senjata, dan pada 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan membentuk suatu komite yang akan dibuat sebagai penengah konflik selang Indonesia dan Belanda. Komite ini awalnya hanyalah sbg Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Tingkah laku baik Adun Kepada Indonesia), dan semakin dikenal sbg Komisi Tiga Negara (KTN), karena beranggota tiga negara, adalah Australia yang dipilih oleh Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda dan Amerika Serikat sbg pihak yang netral. Australia diwakili oleh Richard C. Kirby, Belgia diwakili oleh Paul van Zeeland dan Amerika Serikat menunjuk Dr. Frank Graham.

Lihat pula

  • Serangan Militer Belanda II
  • Gerakan Polisionil

Sumber :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, kk.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya.

Page 3

"Operatie Product" (bahasa Indonesia: Operasi Produk) atau yang dikenal di Indonesia dengan nama Serangan Militer Belanda I merupakan operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli 1947 mencapai 5 Agustus 1947. Operasi militer ini merupakan anggota dari Gerakan Polisionil yang diberlakukan Belanda dalam rangka mempertahankan penafsiran Belanda atas Perundingan Linggarjati. Dari sudut pandang Republik Indonesia, operasi ini dianggap merupakan pelanggaran dari hasil Perundingan Linggajati.

Latar balik

Pada tanggal 15 Juli 1947, van Mook mengeluarkan ultimatum supaya RI menarik mundur pasukan sejauh 10 km. dari garis demarkasi. Tentu pemimpin RI menolak permintaan Belanda ini.

Sasaran utama serangan Belanda merupakan merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah yang mempunyai sumber daya dunia, terutama minyak. Namun sbg kedok kepada dunia internasional, Belanda menamakan serangan militer ini sbg Gerakan Polisionil, dan menyatakan tingkah laku yang dibuat ini sbg urusan dalam negeri. Letnan Gubernur Jenderal Belanda, Dr. H.J. van Mook menyampaikan pidato radio di mana ia menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Linggarjati. Pada ketika itu jumlah tentara Belanda telah mencapai semakin dari 100.000 orang, dengan persenjataan yang modern, termasuk persenjataan berat yang dihibahkan oleh tentara Inggris dan tentara Australia.

Dimulainya operasi militer

Konferensi pers pada malam 20 Juli di istana, di mana Gubernur Jenderal HJ Van Mook mengumumkan pada wartawan tentang dimulainya Gerakan Polisionil Belanda pertama. Serangan di beberapa daerah, seperti di Jawa Timur, bahkan telah dilancarkan tentara Belanda sejak tanggal 21 Juli malam, sehingga dalam bukunya, J. A. Moor menulis serangan militer Belanda I dimulai tanggal 20 Juli 1947. Belanda berhasil menerobos ke daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, yaitu Sumatera Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Sumatera Timur, sasaran mereka merupakan daerah perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, sasaran utamanya merupakan wilayah di mana terdapat perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.

Pada serangan militer pertama ini, Belanda juga mengerahkan kedua pasukan khusus, yaitu Korps Speciale Troepen (KST) di bawah Westerling yang sekarang berpangkat Kapten, dan Pasukan Para I (1e para compagnie) di bawah Kapten C. Sisselaar. Pasukan KST (pengembangan dari DST) yang sejak kembali dari Pembantaian Westerling|pembantaian di Sulawesi Selatan belum pernah beraksi lagi, sekarang diberi tugas tidak hanya di Jawa, melainkan dikirim juga ke Sumatera Barat.

Serangan tentara Belanda berhasil merebut daerah-daerah di wilayah Republik Indonesia yang sangat penting dan kaya seperti kota pelabuhan, perkebunan dan pertambangan.

Pada 29 Juli 1947, pesawat Dakota Republik dengan simbol Palang Merah di badan pesawat yang membawa obat-obatan dari Singapura, sumbangan Palang Merah Malaya ditembak jatuh oleh Belanda dan mengakibatkan tewasnya Komodor Muda Udara Mas Agustinus Adisucipto|Agustinus Adisutjipto, Komodor Muda Udara dr. Abdulrahman Saleh dan Perwira Muda Udara I Adisumarmo Wiryokusumo.

Campur tangan PBB

Republik Indonesia secara formal mengadukan serangan militer Belanda ke PBB, karena serangan militer tersebut dinilai telah melanggar suatu akad Internasional, yaitu Persetujuan Linggajati.

Belanda ternyata tidak memperhitungkan reaksi keras dari dunia internasional, termasuk Inggris, yang tidak lagi menyetujui penyelesaian secara militer. Atas permintaan India dan Australia, pada 31 Juli 1947 masalah serangan militer yang dilancarkan Belanda diisi ke dalam kegiatan yang dipekerjakan Dewan Keamanan PBB, yang kesudahan mengeluarkan Resolusi No. 27 tanggal 1 Agustus 1947, yang intinya menyerukan supaya konflik bersenjata ditiadakan.

Dewan Keamanan PBB de facto mengakui eksistensi Republik Indonesia. Hal ini terbukti dalam semua resolusi PBB sejak tahun 1947, Dewan Keamanan PBB secara formal mempergunakan nama INDONESIA, dan bukan Netherlands Indies. Sejak resolusi pertama, yaitu resolusi No. 27 tanggal 1 Augustus 1947, kesudahan resolusi No. 30 dan 31 tanggal 25 August 1947, resolusi No. 36 tanggal 1 November 1947, serta resolusi No. 67 tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB selalu menyebutkan konflik selang Republik Indonesia dengan Belanda sbg The Indonesian Question.

Atas tekanan Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947 Pemerintah Belanda yang belakang sekalinya menyatakan akan menerima resolusi Dewan Keamanan kepada menghentikan pertempuran.

Pada 17 Agustus 1947 Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Belanda menerima Resolusi Dewan Keamanan kepada menerapkan gencatan senjata, dan pada 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan membentuk suatu komite yang akan dijadikan penengah konflik selang Indonesia dan Belanda. Komite ini awalnya hanyalah sbg Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Adun Kepada Indonesia), dan semakin dikenal sbg Komisi Tiga Negara (KTN), karena beranggota tiga negara, yaitu Australia yang dipilih oleh Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda dan Amerika Serikat sbg pihak yang netral. Australia diwakili oleh Richard C. Kirby, Belgia diwakili oleh Paul van Zeeland dan Amerika Serikat menunjuk Dr. Frank Graham.

Lihat pula

  • Serangan Militer Belanda II
  • Gerakan Polisionil

Sumber :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, kk.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya.

Page 4

"Operatie Product" (bahasa Indonesia: Operasi Produk) atau yang dikenal di Indonesia dengan nama Serangan Militer Belanda I merupakan operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli 1947 mencapai 5 Agustus 1947. Operasi militer ini merupakan anggota dari Gerakan Polisionil yang diberlakukan Belanda dalam rangka mempertahankan penafsiran Belanda atas Perundingan Linggarjati. Dari sudut pandang Republik Indonesia, operasi ini dianggap merupakan pelanggaran dari hasil Perundingan Linggajati.

Latar balik

Pada tanggal 15 Juli 1947, van Mook mengeluarkan ultimatum supaya RI menarik mundur pasukan sejauh 10 km. dari garis demarkasi. Tentu pemimpin RI menolak permintaan Belanda ini.

Sasaran utama serangan Belanda merupakan merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah yang mempunyai sumber daya dunia, terutama minyak. Namun sbg kedok kepada dunia internasional, Belanda menamakan serangan militer ini sbg Gerakan Polisionil, dan menyatakan tingkah laku yang dibuat ini sbg urusan dalam negeri. Letnan Gubernur Jenderal Belanda, Dr. H.J. van Mook menyampaikan pidato radio di mana ia menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Linggarjati. Pada ketika itu banyak tentara Belanda telah mencapai semakin dari 100.000 orang, dengan persenjataan yang modern, termasuk persenjataan berat yang dihibahkan oleh tentara Inggris dan tentara Australia.

Dimulainya operasi militer

Konferensi pers pada malam 20 Juli di istana, di mana Gubernur Jenderal HJ Van Mook mengumumkan pada wartawan tentang dimulainya Gerakan Polisionil Belanda pertama. Serangan di beberapa daerah, seperti di Jawa Timur, bahkan telah dilancarkan tentara Belanda sejak tanggal 21 Juli malam, sehingga dalam bukunya, J. A. Moor menulis serangan militer Belanda I dimulai tanggal 20 Juli 1947. Belanda berhasil menerobos ke daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, yaitu Sumatera Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Sumatera Timur, sasaran mereka merupakan daerah perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, sasaran utamanya merupakan wilayah di mana terdapat perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.

Pada serangan militer pertama ini, Belanda juga mengerahkan kedua pasukan khusus, yaitu Korps Speciale Troepen (KST) di bawah Westerling yang sekarang berpangkat Kapten, dan Pasukan Para I (1e para compagnie) di bawah Kapten C. Sisselaar. Pasukan KST (pengembangan dari DST) yang sejak kembali dari Pembantaian Westerling|pembantaian di Sulawesi Selatan belum pernah beraksi lagi, sekarang diberi tugas tidak hanya di Jawa, melainkan dikirim juga ke Sumatera Barat.

Serangan tentara Belanda berhasil merebut daerah-daerah di wilayah Republik Indonesia yang sangat penting dan kaya seperti kota pelabuhan, perkebunan dan pertambangan.

Pada 29 Juli 1947, pesawat Dakota Republik dengan simbol Palang Merah di badan pesawat yang membawa obat-obatan dari Singapura, sumbangan Palang Merah Malaya ditembak jatuh oleh Belanda dan mengakibatkan tewasnya Komodor Muda Udara Mas Agustinus Adisucipto|Agustinus Adisutjipto, Komodor Muda Udara dr. Abdulrahman Saleh dan Perwira Muda Udara I Adisumarmo Wiryokusumo.

Campur tangan PBB

Republik Indonesia secara formal mengadukan serangan militer Belanda ke PBB, karena serangan militer tersebut dinilai telah melanggar suatu akad Internasional, yaitu Persetujuan Linggajati.

Belanda ternyata tidak memperhitungkan reaksi keras dari dunia internasional, termasuk Inggris, yang tidak lagi menyetujui penyelesaian secara militer. Atas permintaan India dan Australia, pada 31 Juli 1947 masalah serangan militer yang dilancarkan Belanda diisi ke dalam kegiatan yang dipekerjakan Dewan Keamanan PBB, yang kesudahan mengeluarkan Resolusi No. 27 tanggal 1 Agustus 1947, yang intinya menyerukan supaya konflik bersenjata ditiadakan.

Dewan Keamanan PBB de facto mengakui eksistensi Republik Indonesia. Hal ini terbukti dalam semua resolusi PBB sejak tahun 1947, Dewan Keamanan PBB secara formal mempergunakan nama INDONESIA, dan bukan Netherlands Indies. Sejak resolusi pertama, yaitu resolusi No. 27 tanggal 1 Augustus 1947, kesudahan resolusi No. 30 dan 31 tanggal 25 August 1947, resolusi No. 36 tanggal 1 November 1947, serta resolusi No. 67 tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB selalu menyebutkan konflik selang Republik Indonesia dengan Belanda sbg The Indonesian Question.

Atas tekanan Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947 Pemerintah Belanda hasilnya menyatakan akan menerima resolusi Dewan Keamanan kepada membubarkan pertempuran.

Pada 17 Agustus 1947 Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Belanda menerima Resolusi Dewan Keamanan kepada memainkan gencatan senjata, dan pada 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan membentuk suatu komite yang akan dijadikan penengah konflik selang Indonesia dan Belanda. Komite ini awalnya hanyalah sbg Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Tingkah laku baik Baik Kepada Indonesia), dan semakin dikenal sbg Komisi Tiga Negara (KTN), karena beranggota tiga negara, yaitu Australia yang dipilih oleh Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda dan Amerika Serikat sbg pihak yang netral. Australia diganti oleh Richard C. Kirby, Belgia diganti oleh Paul van Zeeland dan Amerika Serikat menunjuk Dr. Frank Graham.

Lihat pula

  • Serangan Militer Belanda II
  • Gerakan Polisionil

Sumber :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, kk.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA