Air laut tiba-tiba surut hal tersebut merupakan tanda akan terjadinya bencana apa?

17/01/202117/01/2021

Gambar : gelombang air laut (Tirto.id)

Jurnalis : Masdin

Unsulbar News, Majene. Pasca gempa bumi dengan kekuatan 6,2 magnitudo mengguncang Sulawesi Barat (Sulbar) pada Jumat (15/01) lalu. Tercatat dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat Gempa Bumi Regional IV Makassar menyebut gempa terjadi dan tercatat sudah sebanyak 32 kali.

Terkait potensi gempa susulan bisa terjadi kapan saja dan sejauh ini informasi dari BMKG mengatakan tidak berpotensi tsunami karena pusat gempa berada di daratan, masyarakat dihimbau tetap waspada khususnya daerah pesisir Majene jika sewaktu-waktu terjadi gempa kuat agar menjauh dari daerah pantai tanpa menunggu adanya peringatan tsunami, mengingat pesisir Majene pernah terjadi tsunami pada tahun 1969.

Rekomendasi BMKG

Terlepas dari itu, tsunami bisa diprediksi dengan tanda-tanda alam yang terjadi seperti aktivitas laut yang berbeda dari biasanya dimana air surut dan adanya gelombang pasang pertanda kembalinya air laut.

Meski gelombang pasang surutnya air laut menjadi salah satu indikator akan terjadi tsunami. Pada kesempatan kali ini Unsulbar News akan membahas mengenai perbedaan antara gelombang pasang biasa dan tsunami serta fenomena air surut ditinjau dari perspektif Geofisika yang dilansir dari beberapa sumber.

Pengertian Gelombang Pasang dan Tsunami

Meskipun keduanya merupakan gelombang besar dari lautan namun pengertian dari keduanya pun berbeda. Pengertian gelombang pasang merupakan gelombang besar yang melebihi ketinggian gelombang pada keadaan normal, atau bisa dikatakan bahwa gelombang pasang merupakan gelombang yang melebihi batas normal. Gelombang pasang ini bisa menimbulkan bahaya baik di lautan maupun di daratan terutama di daerah pesisir pantai.

Sementara itu tsunami merupakan gelombang yang memiliki energi yang sangat besar. Gelombang ini sangatlah berbahaya karena dapat menyapu daerah di pesisir pantai hingga radius berkilo- kilo meter. Gelombang tsunami dan gelombang pasang selain berbeda di kekuatannya juga berbeda di penyebab dan juga tanda- tandanya.

Perbedaan Gelombang Pasang dan Tsunami

Gelombang pasang terjadi disebabkan oleh cuaca ekstrim atau adanya angin kencang. Biasanya perubahan musim sering mendatangkan cuaca ekstrim disertai angin kencang dan hal ini akan menyebabkan terjadinya gelombang pasang.

Sementara itu gelombang tsunami biasanya disebabkan oleh aktivitas tektonik maupun vulkanik yang terjadi di bawah laut. Sebagai contoh adalah gempa bumi bawah laut yang berskala besar dan atau aktivitas longsoran di bawah laut seperti aktivitas longsoran gunung api karena peiristiwa erupsi.

2. Tanda- tanda

Selain penyebabnya, perbedaan antara gelombang tsunami dan gelombang pasang juga bisa dilihat dari tanda- tanda terjadinya. Adapun gelombang pasang adalah gelombang besar yang kedatangannya pelan- pelan dan biasanya didahului oleh angin kencang di area lautan. Sementara gelombang tsunami merupakan gelombang besar yang terjadinya bisa seketika.

Antara penyebab dan kedatangan gelombang tsunami hanya berlangsung beberapa menit saja sehingga lebih menakutkan. Namun meski demikian, kita tetap dapat memprediksi terjadinya gelombang tsunami melalui beberapa tanda, diantaranya sebagai berikut:

  • Terjadi gempa bumi bawah laut atau aktivitas gunung api di bawah laut
  • Air laut tiba- tiba surut
  • Banyak binatang menjauhi area laut.

3. Panjang gelombang

Panjang gelombang pasang antara 10 meter hingga 200 meter atau 1.000 kali lebih rendah daripada tsunami yang bisa mencapai panjang gelombang antara 100 hingga 200 kilometer. Hal ini karena air pasang cenderung dipengaruhi oleh angin sehingga air bergerak di permukaan laut saja, berbeda dengan tsunami yang bergerak hingga ke dasar laut akibat geseran lempeng.

4. Periode gelombang

Periode gelombang pasang antara 6 hingga 12 detik atau 6 kali lebih rendah daripada tsunami, sementara periode gelombang tsunami antara 10 menit hingga 20 menit.

Tinjauan Fenomena Air Laut Surut

Ditinjau dari perspektif Geofisika, adanya fenomena air laut surut di suatu wilayah dapat terjadi akibat beberapa kemungkinan:

  1. Surutnya air laut secara tiba-tiba dapat terjadi setelah didahului dengan adanya kejadian gempa bumi kuat yang mengakibatkan dasar laut bergerak naik (patahan naik / thrust fault) atau patahan turun (normal fault). Fenomena air laut surut yang demikian akan menimbulkan tsunami beberapa menit setelah kejadian gempa bumi tersebut.
  2. Fenomena air laut surut dapat juga terjadi akibat adanya longsoran / amblesan dasar laut (subsidence) dalam skala besar sehingga bukaan yang terjadi kemudian teriisi oleh air laut.
  3. Air laut surut dalam periode yang lama adalah adanya femonena Uplift zona sekitar pantai. Gerakan uplift ini tidak dapat terpantau dari stasiun seismik, tetapi dapat dianalisis dari data GPS.
  4. Fenomena adanya air laut surut selanjutnya akibat gaya tarik bulan dan matahari. Posisi bulan dan matahari terhadap bumi dapat menyebabkan terjadinya pasang / surut air laut. Pasang / surut maksimum biasanya terjadi pada awal bulan Qomariah atau bulan Purnama. Pada awal bulan Qomariah ini jarak bulan terhadap bumi menjadi terdekat (perigee).

Nah itulah beberapa informasi mengenai gelombang pasang surut dan juga tsunami. Dari ulasan tersebut dapat disimpulkan, terjadinya pasang surut air laut bukanlah satu-satunya indikator akan terjadi tsunami, perlu dipahami lebih jauh apa penyebab dari pasang surutnya air tersebut apakakah faktor cuaca ekstem atau karena aktivitas pergeseran lempeng bawah laut.

Meski demikian, mengingat masih adanya potensi terjadi gempa susulan di Sulawesi Barat sesuai keterangan BMKG, dihimbau agar tetap waspada.

Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Admin bpbd | 29 Maret 2013 | 5003 kali

Bencana tsunami biasanya banyak menelan korban nyawa, sehingga perlu ada peringatan dini untuk masyarakat. Meski teknologi sudah bisa memprediksi beberapa bencana tapi tidak ada salahnya mengenali tanda-tanda sebelum bencana terutama tsunami, agar bisa segera mengamankan diri. Tsunami adalah serangkaian gelombang yang disebabkan oleh tanah longsor atau gempa bumi besar baik yang terjadi di darat maupun di laut. Gelombang tsunami dapat terjadi 5 menit hingga 1 jam setelah longsor atau gempa bumi. Berikut beberapa tanda-tanda awal datangnya bencana tsunami, seperti dilansir Ehow, yaitu: 1. Diawali adanya gempa bumi Bila Anda tinggal di dekat pantai, sebaiknya berhati-hati bila terjadi gempa bumi. Tsunami biasanya terjadi karena adanya gempa bumi yang terjadi di bawah atau di dekat laut. Tidak hanya gempa yang terjadi di daerah Anda, tetapi juga di seluruh dunia. Gempa ribuan kilometer jauhnya dapat menyebabkan potensi tsunami yang mematikan di daerah Anda. 2. Dengarkan suara-suara gemuruh Banyak korban tsunami telah mengatakan bahwa datangnya gelombang tsunami akan diawali dengan suara gemuruh yang keras mirip dengan kereta barang. 3. Perhatikan penurunan air laut Jika ada penurunan air laut yang cepat dan bukan merupakan waktu air laut surut, maka segeralah mencari tempat perlindungan yang tinggi. Sebelum terjadi gelombang tsunami, air laut akan terlebih dahulu surut dengan cepat dan kemudian kembali dengan kekuatan yang sangat besar. 4. Selalu waspada pada gelombang pertama Gelombang tsunami pertama tidak selalu yang paling berbahaya, sehingga tetap mendekatkan diri dari garis pantai sampai keadaaan benar-benar aman. Jangan berasumsi bahwa karena tsunami kecil di satu tempat maka akan kecil juga pada daerah yang lain. Ukuran gelombang tsunami bervariasi dan tidak sama di semua lokasi. Gelombang tsunami juga bisa melakukan perjalanan melalui sungai-sungai yang terhubung ke laut. Selain tanda-tanda tersebut, alam juga bisa memberi tanda sebelum terjadinya bencana, seperti gerakan angin yang tidak biasa, tekanan udara atau cuaca yang ekstrem dan perilaku hewan yang berubah. Para ilmuwan berteori bahwa hewan mampu menangkap getaran-getaran atau perubahan tekanan udara di sekitar mereka yang tidak dapat dilakukan manusia. "Saya tidak berpikir bahwa ini adalah indera keenam, setidaknya tidak ada yang dapat kita ukur pada saat ini," kata Diana Reiss, Ph.D., direktur penelitian mamalia laut di Wildlife Conservation Society, berbasis di Bronx Zoo di New York City, seperti dilansir Foxnews. Beberapa kelelawar, yang aktif di malam hari dan biasanya tidur di siang hari, menjadi sangat aktif setengah jam sebelum gelombang tsunami datang.

Di Sri Lanka dan Thailand ada sebuah cerita tentang gajah-gajah berlari ke bukit satu jam sebelum tsunami tahun 2004 yang menghancurkan desa dan membunuh hingga 150.000 orang di kedua negara itu.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA